Luhut: Menteri dan Pejabat Harus Mendengar, Jangan Hanya Mau Didengar

Kamis, 12 Desember 2019 - 12:08 WIB
Luhut: Menteri dan Pejabat...
Luhut: Menteri dan Pejabat Harus Mendengar, Jangan Hanya Mau Didengar
A A A
JAKARTA - Menteri Koodinator (Menko) Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Pandjaitan mengatakan, para jajaran Menteri maupun para pejabat tinggi harus belajar mendengar jangan hanya mau didengar. Hal ini disampaikan dalam pertemuan dengan para menteri dan para pimpinan lembaga non pemerintah yang digelar hari ini.

“Tadi bisa dilihat kan, Menteri-menteri yang hadir walaupun cuma satu sesi, tetapi mereka sangat antusias. Jadi Menteri-menteri itu harus belajar mendengar juga, jangan hanya mau didengar saja. Turun ke bawah dan mendengar langsung. Lemhanas mengorganisir ini sangat baik” ujar Menko Luhut di Jakarta, Kamis (12/12/2019).

Sambung dia menjelaskan, bahwa pertemuan semacam ini sangat penting, sehingga ke depannya Menko Luhut akan mengusulkan mengenai kemungkinan mengadakan pertemuan sejenis, khusus untuk para Menteri.

“Pertemuan semacam ini dimulai awal oleh DPR RI, dan outcomenya sangat bagus. Dan ternyata yang awalnya ada perbedaan-perbedaan, sekarang mereka lebih guyub, kenapa? Karena national interes,” terangnya.

"Saya juga sudah mengusulkan, dari awalnya yang mengikuti pertemuan ini adalah DPR RI, nanti bisa diikuti oleh pejabat-pejabat tinggi dari kementerian dan lembaga, atau pejabat tinggi daerah dengan maksud untuk menyatukan pemahaman dan jangan kita terkotak-kotak. Mungkin nanti disisipkan lagi pemahaman-pemahaman mengenai Pancasila, NKRI dan UUD 1945," sambung Luhut.

Lebih lanjut terang dia mengatakan, pertemuan ini penting untuk memperlancar komunikasi dan juga sekaligus menambah wawasan, karena menurutnya banyak hal yang bisa didapat dari diskusi ringan dan interaksi yang terjalin sepanjang pertemuan tersebut.

“Pertemuan ini super penting, karena tadi Prof Otto secara khusus menyampaikan bahwa Indonesia punya kelebihan yang luar biasa. Seperti program Presiden yakni transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi value added dan yang kedua adalah major super power carbon credit karena kita punya 75-80% carbon credit di Indonesia yang berasal dari lahan gambut, mangrove dan lainnya, dan ini punya kontribusi sangat besar kepada dunia," tandasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0266 seconds (0.1#10.140)