Menakar Efek Positif dan Negatif Bisnis Kopi Kekinian

Rabu, 18 Desember 2019 - 05:11 WIB
Menakar Efek Positif...
Menakar Efek Positif dan Negatif Bisnis Kopi Kekinian
A A A
JAKARTA - Chairman Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI) Syafrudin mengatakan, bisnis kopi kekinian mempunyai efek positif dan negatif terhadap petani lokal. Menurut dia, tumbuhnya industri kopi kekinian memiliki dampak positif, yaitu menumbuhkan lapangan kerja, meningkatkan konsumsi lokal, serta menimbulkan efek kesejahteraan beberapa petani.

Di sisi lain, bisnis kopi kekinian berdampak pada berkurangnya konsentrasi bagi petani di kebun untuk menghasilkan kopi yang berkualitas. "Artinya, bukan berarti kopi kekinian itu jelek, tapi kita seharusnya bisa mencontoh Brazil. Di sana, produksi, kualitas dan konsumsi kopi lokal bisa berjalan beriringan," ujarnya di Jakarta.

Syafrudin melanjutkan, konsumsi kopi lokal di Brazil mencapai 46%. Sementara di Indonesia baru sekitar 30%. "Di sana, petani juga konsisten selalu menghasilkan kopi yang berkualitas karena baik kopi yang dikonsumsi lokal maupun ekspor, mendapatkan nilai yg baik," ungkapnya.

Dia menuturkan, pihaknya juga merangkul petani-petani lokal agar tetap memproduksi kopi yang baik. Menurutnya, tidak masalah apabila petani menjual kopi untuk industri lokal namun tetap harus memproduksi kopi yang berkualitas baik. "Petani bisa cari penghasilan tambahan dengan menanam cabai, tomat, kentang. Seperti di Gayo, mereka tanam alpukat yang sangat istimewa di sela tanaman kopi. Itu nilai tambah bagi petani," tuturnya.

Sambung Syafrudin menambahkan, pelaku industri kopi kekinian yang tumbuh di Indonesia diharapkan tidak hanya sekadar ikut-ikutan saja tetapi juga memikirkan keberlangsungan usahanya. "Jangan sampai tahun ini buka, tahun depan tutup. Ini yang menjadi PR bagi calon pelaku industri," tandasnya.

Berdasarkan Data Tahunan Konsumsi Kopi Indonesia 2019 yang dikeluarkan oleh Global Agricultural Information Network menunjukkan proyeksi konsumsi domestik (Coffee Domestic Consumption) pada 2019/2020 mencapai 294.000 ton atau meningkat sekitar 13,9% dibandingkan konsumsi pada 2018/2019 yang mencapai 258.000 ton.

Secara per kapita, konsumsi kopi masyarakat Indonesia relatif masih rendah dibandingkan negara Iain, yaitu hanya sekitar 1 kilogram pada 2018. Bandingkan dengan Vietnam yang tingkat pendapatannya di bawah Indonesia, konsumsi kopi per kapitanya mencapai 1,5 kilogram pada tahun yang sama.

Dari sisi bisnis, penjualan produk Ready to Drink (RTD) Coffee atau kopi siap minum-seperti produk kopi yang dijual di kedai kopi-terus meningkat. Menurut data Euromonitor, pada 2013 retail sales volume RTD Coffee Indonesia hanya sekitar 50 juta liter, pada 2018 menjadi hampir 120 juta liter.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1156 seconds (0.1#10.140)