Produksi Kopi Indonesia Terus Digenjot hingga Sejajar dengan Luas Lahan Panen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Areal panen kopi di Indonesia rata-rata seluas 1,25 juta hektare (ha) per tahun, menempati posisi terbesar kedua setelah Brazil. Namun secara total produksi, Indonesia hanya menduduki peringkat keempat, dan perkebunan kopi rakyat mendominasi hasil produksi hingga 96,1%.
Fakta yang disodorkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas kopi Indonesia tergolong rendah, hanya sekitar 0,56 ton/ha per tahun dan menempati urutan ke-14 di dunia.
Di sisi lain, permintaan kopi di pasar dunia terus meningkat seiring dengan naiknya konsumsi. Dilematika ini memerlukan intervensi kebijakan pemerintah untuk memfasilitasi peran serta para petani, kelompok petani, dan juga pelaku bisnis lainnya dalam rantai pasar kopi.
Kondisi ini menjadi fokus bagi Kementerian BUMN melalui skema Program Makmur yang dilakukan oleh PMO Kopi Nusantar untuk terus meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas dan kualitas biji kopi rakyat. Pada 2023, PMO Kopi Nusantara melakukan pembinaan di lima wilayah kerja, yaitu Sumatra bagian utara, Sumatra bagian selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Ketua PMO Kopi Nusantara, Dwi Sutoro, menyebutkan bahwa tujuan utama pelaksanaan Program Makmur untuk komoditas kopi ini adalah menciptakan ekosistem bisnis yang berkelanjutan. Dari hulu hingga hilir harus terkoneksi.
"Prinsip interconnectedness antara satu pelaku usaha dengan yang lainnya perlu dipermudah. BUMN dan stakeholders PMO Kopi Nusantara memiliki faktor yang memudahkan itu,” ungkap Dwi, dikutip, Rabu (20/12/2023).
Salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh program BUMN ini adalah memberikan kemudahan akses bagi petani terhadap sarana produksi pertanian. Pupuk Indonesia sebagai BUMN produsen pupuk berkomitmen untuk memberikan produk terbaiknya agar produktivitas perkebunan kopi dalam negeri terus meningkat.
Pupuk Indonesia melakukan analisis awal kesuburan tanah dan memberikan rekomendasi pemupukan yang tepat secara tailor-made secara spesifik di wilayah program. Setelah rekomendasi pemupukan diterapkan pada akhir 2022 dan awal 2023, produktivitas petani kopi arabika di wilayah Ijen misalnya, meningkat sebesar 48% dari sebelumnya yang menghasilkan biji kopi sebanyak 525 kg/ha per tahun menjadi 775 kg/ha per tahun.
Dari sisi pembiayaan, sejak awal tahun hingga Q3 2023, BRI mencatat pembiayaan terhadap petani kopi di wilayah kerja PMO Kopi Nusantara mencapai Rp482 miliar kepada 16.241 orang nasabah. Realisasi penyaluran pembiayaan juga dicatatkan oleh BNI kepada 4.024 orang nasabah senilai Rp154 miliar. Pembiayaan ini menjadi daya ungkit bagi petani untuk mengoptimalkan hasil budidaya.
Terkait transaksi perdagangan komoditas kopi yang dilakukan oleh stakeholders PMO Kopi Nusantara juga mencatatkan hasil positif. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia misalnya, memiliki transaksi sebesar Rp25,2 miliar. BNI melalui program Xpora juga mencatat transaksi sebesar Rp20,4 miliar. Selain itu, hingga November 2023, PT Perkebunan Nusantara mendapatkan Rp141,3 miliar untuk penjualan kopi di Jawa Timur.
Baca Juga
Fakta yang disodorkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas kopi Indonesia tergolong rendah, hanya sekitar 0,56 ton/ha per tahun dan menempati urutan ke-14 di dunia.
Di sisi lain, permintaan kopi di pasar dunia terus meningkat seiring dengan naiknya konsumsi. Dilematika ini memerlukan intervensi kebijakan pemerintah untuk memfasilitasi peran serta para petani, kelompok petani, dan juga pelaku bisnis lainnya dalam rantai pasar kopi.
Kondisi ini menjadi fokus bagi Kementerian BUMN melalui skema Program Makmur yang dilakukan oleh PMO Kopi Nusantar untuk terus meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produktivitas dan kualitas biji kopi rakyat. Pada 2023, PMO Kopi Nusantara melakukan pembinaan di lima wilayah kerja, yaitu Sumatra bagian utara, Sumatra bagian selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Ketua PMO Kopi Nusantara, Dwi Sutoro, menyebutkan bahwa tujuan utama pelaksanaan Program Makmur untuk komoditas kopi ini adalah menciptakan ekosistem bisnis yang berkelanjutan. Dari hulu hingga hilir harus terkoneksi.
"Prinsip interconnectedness antara satu pelaku usaha dengan yang lainnya perlu dipermudah. BUMN dan stakeholders PMO Kopi Nusantara memiliki faktor yang memudahkan itu,” ungkap Dwi, dikutip, Rabu (20/12/2023).
Salah satu kegiatan utama yang dilakukan oleh program BUMN ini adalah memberikan kemudahan akses bagi petani terhadap sarana produksi pertanian. Pupuk Indonesia sebagai BUMN produsen pupuk berkomitmen untuk memberikan produk terbaiknya agar produktivitas perkebunan kopi dalam negeri terus meningkat.
Pupuk Indonesia melakukan analisis awal kesuburan tanah dan memberikan rekomendasi pemupukan yang tepat secara tailor-made secara spesifik di wilayah program. Setelah rekomendasi pemupukan diterapkan pada akhir 2022 dan awal 2023, produktivitas petani kopi arabika di wilayah Ijen misalnya, meningkat sebesar 48% dari sebelumnya yang menghasilkan biji kopi sebanyak 525 kg/ha per tahun menjadi 775 kg/ha per tahun.
Dari sisi pembiayaan, sejak awal tahun hingga Q3 2023, BRI mencatat pembiayaan terhadap petani kopi di wilayah kerja PMO Kopi Nusantara mencapai Rp482 miliar kepada 16.241 orang nasabah. Realisasi penyaluran pembiayaan juga dicatatkan oleh BNI kepada 4.024 orang nasabah senilai Rp154 miliar. Pembiayaan ini menjadi daya ungkit bagi petani untuk mengoptimalkan hasil budidaya.
Terkait transaksi perdagangan komoditas kopi yang dilakukan oleh stakeholders PMO Kopi Nusantara juga mencatatkan hasil positif. PT Perusahaan Perdagangan Indonesia misalnya, memiliki transaksi sebesar Rp25,2 miliar. BNI melalui program Xpora juga mencatat transaksi sebesar Rp20,4 miliar. Selain itu, hingga November 2023, PT Perkebunan Nusantara mendapatkan Rp141,3 miliar untuk penjualan kopi di Jawa Timur.
(uka)