Menakar Risiko China Jika Tak Buka Pasar Bagi Pemain Asing

Senin, 30 Desember 2019 - 05:15 WIB
Menakar Risiko China Jika Tak Buka Pasar Bagi Pemain Asing
Menakar Risiko China Jika Tak Buka Pasar Bagi Pemain Asing
A A A
BEIJING - China dibayangi risiko terbesar jika tetap menjaga pasar domestik dan menutupnya bagi pemain asing, seperti yang disampaikan peneliti dari pemerintah. Ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) telah memberikan tekanan terhadap China di tengah keluhan industri lokal yang terlarang bagi perusahaan asing.

Ditambah pemain domestik memiliki keuntungan yang tidak adil dalam perekonomian negara China. Namun seperti dilansir CNBC, Beijing langsung bertindak cepat tahun ini ketika pihak berwenang bergegas untuk menetapkan aturan baru bagi investasi asing pada bulan, Maret.

Sekitar enam bulan kemudian, regulator mengumumkan bahwa perusahaan asing dapat mengambil kepemilikan penuh pada beberapa sektor penting seperti sektor keuangan setidaknya satu tahun lebih awal. Aturan baru yang menjadi landasan bagi investasi asing diagendakan berlaku efektif mulai 1 Januari, mendatang.

"Mengenai risiko membuka pasar ke luar bagi China, saya pikir tidak membuka justru menjadi risiko terbesar," ujar Zhao Jinping sebagai salah seorang peniliti di Development Research Center yang berada di bawah kendali dewan negara.

Risiko dan Ketidakpastian

Zhao mencatat mengkhawatirkan terhadap ketidakpastian ekonomi di seluruh dunia serta perpecahan dalam sistem teknologi global antara China dan Amerika Serikat meningkatkan proteksionisme bagi perusahaan China. Seperti diketahui pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah menempatkan Huawei dan beberapa perusahaan teknologi China dalam daftar hitam alias blacklist.

Dalam kondisi seperti saat ini, perusahaan China berada dalam tekanan saat berinovasi yang bahkan lebih dari sebelumnya seperti disampaikan Direktur Institute of World Economics and Politics Zhang Yuyan. Dia juga memperkirakan, bahwa arah investasi di China mungkin berubah dan mempercepat pengembangan teknologi.

Beberapa analis sebelumnya mencatat, bagaimana tekanan dari perang dagang versus AS dapat membantu China mempercepat pergeseran yang diperlukan dari kendali negara berat, ke arah berorientasi pasar serta sistem yang efisien.

Memungkinkan lebih banyak perusahaan asing ke pasar lokal menurutnya bisa juga membantu. Seiring dengan masalah lingkungan dan pengentasan kemiskinan di daerah pedesaan, Zhao menyebutnya sebagai risiko dari sistem keuangan kini menjadi perhatian utama bagi China.

Kehadiran lembaga asing yang lebih besar di pasar keuangan domestik diharapkan dapat membantu industri lokal mematuhi standar internasional yang lebih baik. Hal ini disebut reformasi dan membuka kemungkinan juga untuk menarik lebih banyak modal ke China.

Kebijakan Pemerintah

Resmi tetapi sangat meragukan, angka PDB menunjukkan pertumbuhan kuartal III capai 6%, atau masih lebih rendah dari target tahun. Empat ekonom sepakat bahwa perekonomian China bisa tumbuh pada kecepatan sekitar 6% tahun depan.

Namun, mereka juga menekankan bagaimana tahun depan mungkin tidak akan lebih buruk daripada 2019, terutama jika ketidakpastian perang perdagangan hilang. Mereka juga tidak memprediksi perubahan signifikan dalam kebijakan pemerintah.

Mendukung sektor tenaga kerja, terutama pekerjaan berkualitas tinggi, akan tetap menjadi prioritas, kata Liu Shangxi, Presiden Akademi China ilmu fiskal, sebuah lembaga penelitian di bawah Departemen Keuangan.

Selain itu, pemotongan pajak dan biaya kebijakan stimulus yang signifikan di 2019 akan terus di 2020 tetapi, dia melihatnya tidak akan terjadi perubahan besar. Kebijakan pengurangan pajak dan pengeluaran membantu meningkatkan PDB China sebesar 0,8 poin persentase tahun ini, menurut sebuah laporan Menteri Keuangan Liu kun pada hari Rabu.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3231 seconds (0.1#10.140)