Pertemuan Trilateral China, Jepang-Korsel Hasilkan Komitmen Perdagangan Bebas

Senin, 30 Desember 2019 - 15:16 WIB
Pertemuan Trilateral...
Pertemuan Trilateral China, Jepang-Korsel Hasilkan Komitmen Perdagangan Bebas
A A A
SICHUAN - Dalam pertemuan trilateral antara China, Jepang dan Korea Selatan (Korsel), para kepala pemerintahan dari ketiga negara tersebut berjanji di antaranya percepat negosiasi perdagangan bebas yang telah lama berdiri. Pertemuan ini juga membawa visi perdamaian dan kemakmuran bagi bangsa yang mewakili seperempat dari ekonomi dunia dan lebih dari transaksi dagang senilai USD700 miliar selama 2018.

Dilansir CNBC, Senin (30/12/2019) bertemu di kota Chengdu, para pemimpin menyadari banyaknya rintangan yang harus dihadapi ke depannya. Secara periodik, mungkin Jepang sebagai mesin ekspor yang tangguh untuk menjaga perekonomian tetap bertahan. Oleh karena itu, peringatan serius yang tak terduga dari Jepang pekan lalumencuat bahwa stabilitas di Laut Timur China diperlukan untuk menjalin ikatan yang lebih baik lagi dimana sejauh ini sebagai mitra perdagangan terbesar Tokyo.

Dengan kata lain, untuk hubungan yang stabil dan percaya diri, Tokyo meminta Beijing untuk menolak klaim teritorial di Kepulauan Senkaku (disebut Diaoyu by China) di Laut China Timur yang saat ini dikelola oleh Jepang. Suatu kondisi menyebalkan bagi Cina yang menganggap Diaoyu sebagai bagian dari wilayah kuno yang tidak dapat dicabut.

Di atas semua itu, Jepang sedang mengangkat isu hak asasi manusia di China, kerusuhan dan masalah Hong Kong yang sedang berlangsung begitu juga dengan penduduk Uighur di Provinsi Xinjiang, China. Hampir tidak ada yang memprediksi apa yang akan terjadi antara Beijing dan Tokyo soal hubungan baru mereka jelang kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Jepang, pada April mendatang.

Dipertaruhkan juga ekspor Jepang ke China yang mencapai senilai USD144 miliar. Raihan itu hampir seperlima dari total perdagangan Jepang ke luar negeri sepanjang 2018. Masalah kritis bagi ekonomi berbasis ekspor yakni saat ini tengah menghadapi penurunan permintaan eksternal dan kebutuhan untuk secara substansial mengurangi surplus pada perdagangan AS.

Sementara itu sebelumnya Perdana Menteri China, Li Keqiang mengatakan pada pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe kemarin bahwa Beijing bersedia memperkuat kerja sama ekonomi dengan Jepang untuk pasar negara ketiga. Di sela-sela pertemuan puncak tiga pihak di kota barat daya Chengdu, Li menambahkan bahwa China akan "lebih membuka industri jasanya ke Jepang.

Pada pertemuan terpisah, Senin lalu, dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, Li mengatakan China bersedia membantu proyek jaringan kereta api yang menghubungkan Korea dengan China dan Eropa.

Selain itu hubungan Jepang dan Korea Selatan juga kurang berjalan mulus, meski tidak dengan dimensi keamanan sensitif seperti dengan China. Insiden terbaru muncul oleh keputusan pengadilan Korea mendesak kompensasi untuk kerja paksa yang harus dibayar oleh perusahaan Jepang.

Tokyo menolak putusan tersebut, dengan alasan bahwa masalah tersebut telah diselesaikan oleh sebuah perjanjian bilateral 1965.

Semakin memburuknya hubungan Jepang-Korea telah menyebabkan adanya boikot produk Jepang, menyebabkan penurunan ekspor Jepang ke Korea Selatan yang cukup tajam hingga 11,6%. Konflik perdagangan lebih lanjut tidak dapat dihindari karena tidak ada masalah yang dapat diselesaikan dalam waktu dekat.

Pertanyaannya adalah: Mengapa China mendorong untuk kesepakatan perdagangan bebas dan hubungan yang lebih baik dengan dua tetangga Asia Timur Laut tersebut?. Dalam hal perdagangan dan keuangan, Jepang dan Korea Selatan membutuhkan China lebih dari China membutuhkan mereka.

Tahun lalu, penjualan China ke Jepang dan Korea Selatan yakni sekitar setengah dari apa yang China jual ke AS, dan kurang dari dua pertiga dari penjualan barang China ke Uni Eropa. Jepang, terikat dalam aliansi AS secara eksistensial, sehingga tidak dapat memiliki hubungan semacam itu dengan China.

Untuk Kasus Korea Selatan bahkan lebih sulit. Keamanan Seoul bergantung pada kehadiran militer A.S. untuk menjaga China tetap di Teluk dan menawarkan perlindungan dari nuklir Korea Utara. Hal ini disampaikan oleh Michael Ivanovitch, seorang analis independen yang berfokus pada ekonomi dunia, geopolitik dan strategi investasi.

Ia menjabat sebagai ekonom senior di OECD di Paris, ekonom internasional di Federal Reserve Bank of New York, dan mengajar ekonomi di Columbia Business School. sebagai informasi pertemuan ini muncul saat hubungan dagang dengan AS diwarnai ketegangan, China sepertinya ingin membuat tawaran baru perdagangan kepada Jepang dan Korea Selatan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1301 seconds (0.1#10.140)