Tekanan Kenaikan Harga Februari Diperkirakan Melambat

Selasa, 07 Januari 2020 - 11:02 WIB
Tekanan Kenaikan Harga...
Tekanan Kenaikan Harga Februari Diperkirakan Melambat
A A A
JAKARTA - Konsumen memperkirakan tekanan kenaikan harga pada Februari 2020 melambat dari bulan sebelumnya. Hal tersebut didukung oleh optimisme responden terhadap ketersediaan barang dan jasa yang cukup dan distribusi barang yang lancar. Ini juga terindikasi dari Indeks Ekspektasi Harga sebesar 173,0, lebih rendah dan 176,2 pada bulan sebelumnya.

“Secara spasial, melambatnya tekanan harga pada Februari 2020 mendatang diprakirakan terjadi di 12 kota, terdalam terjadi di Medan diikuti Pontianak,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko di Jakarta, kemarin.

Konsumen memprakirakan tekanan kenaikan harga pada Mei 2020 kembali meningkat, tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) yang meningkat dari 174,1 pada bulan sebelumnya menjadi 176,0. Onny mengungkapkan, perkiraan meningkatnya tekanan inflasi tersebut terutama didorong oleh meningkatnya permintaan barang dan jasa pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang terjadi pada Mei 2020.

Secara spasial, meningkatnya tekanan kenaikan harga pada Mei 2020 akan datang diprakirakan terjadi di 10 kota, tertinggi terjadi di Banten diikuti Bandar Lampung. Sedangkan tekanan harga pada November 2020 diprakirakan melambat, tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) pada 12 bulan mendatang sebesar 175,8, lebih rendah dari 177,0 pada bulan sebelumnya. “Melambatnya tekanan kenaikan harga diprakirakan terjadi di 15 kota, terdalam di Samarinda diikuti Medan,” katanya.

Survei Konsumen Bank Indonesia pada November 2019 mengindikasikan optimisme konsumen menguat. Hal ini terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2019 yang meningkat menjadi 124,2, dari IKK pada bulan sebelumnya sebesar 118,4. Menurut Onny, peningkatan optimisme konsumen terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran.

Optimisme konsumen yang menguat didorong oleh membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan. “Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini membaik didorong oleh persepsi yang lebih baik terhadap ketersediaan lapangan kerja, penghasilan saat ini, dan pembelian barang tahan lama (durable goods),” ujarnya.

Di samping itu, konsumen memiliki ekspektasi yang lebih baik terhadap kondisi ekonomi ke depan, baik pada kondisi kegiatan usaha, ketersediaan lapangan kerja, maupun penghasilan yang akan diterima.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5883 seconds (0.1#10.140)