Pupuk Organik Cair Tingkatkan Kesejahteraan Petani Sembalun
A
A
A
LOMBOK TIMUR - Tim pengabdian masyarakat (pengmas) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) menggelar sebuah program di Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk membuat pupuk organik cair. Program ini melibatkan masyarakat petani dan memanfaatkan potensi daerah setempat.
Program berjudul “Pengembangan Pupuk Organik Cair Biometrik untuk Mendorong Efisiensi Usaha Pertanian Kentang dan Bawang Putih” ini mendapat sambutan baik dari masyarakat setempat. Pasalnya program pelatihan seperti ini sudah ditunggu-tunggu masyarakat NTB.
Tim pengmas FMIPA UI pun mengenalkan keunggulan pupuk organik cair. Pupuk ini dari bahan alam, yaitu air kelapa, gula merah, air jahe dan putih telur. Selain itu limbah peternakan seperti kotoran hewan maupun limbah domestik seperti air cucian beras menambah sifat alami pupuk tersebut.
Pembuatan pupuk ini mam pu menekan limbah serta mengonversinya ke dalam bentuk pupuk yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya masyarakat Sembalun yangs ebagian besar memiliki profesi sebagai petani.
Ketua Tim Pengmas Retno Lestari mengutarakan bahwa peristiwa gempa bumi yang terjadi di Lombok dan sekitarnya mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar, khususnya di wilayah Sembalun. Oleh sebab itu berbagai upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi masyarakat, salah satunya dengan mendorong hasil pertanian hortikultura.
“Sembalun merupakan wilayah yang dikenal akan hasil pertanian hortikulturnya seperti bawang, kentang, dan cabai. Intensifikasi banyak dilakukan pada komoditas tersebut guna meningkatkan hasil produksi,” kata Retno.
Namun, lanjut Retno, intensifikasi yang lebih banyak dilakukan adalah perluasan lahan dan penggunaan input pertanian luar seperti pupuk anorganik, obat-obatan, dan pestisida sehingga menimbulkan beberapa masalah, antara lain biaya produksi meningkat, lingkungan tercemari, dan lahan jadi rusak. Hal ini merupakan latar belakang dari pembuatan pupuk organik dengan kearifan lokal.
Proses pembuatan pupuk organik cair ini bisa dibilang cukup mudah sehingga masyarakat awam pun dapat memahami dengan cepat. Tidak seperti pembuatan pupuk organik lain yang membutuhkan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu.
“Berbeda dengan pembuatan pupuk organik lainnya yang dibuat melalui proses fermentasi, pada pembuatan pupuk organik cair ini masyarakat hanya perlu mencampur bahan-bahan yang dibutuhkan dan pupuk langsung siap digunakan. Hal ini dapat mengurangi kegagalan yang biasa terjadi saat membuat pupuk organik dengan fermentasi,” ungkap Retno.
Tim Pengmas FMIPA UI bekerja sama dengan Yayasan Pandu Cendekia dalam pelaksanaan program pembuatan pupuk organik cair. Program ini juga mendapat dukungan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI (DRPM UI).
Sebelum melibatkan masyarakat, tim pengmas mendahului dengan riset dan uji coba. Adapun pada tahap implementasi bagi masyarakat sasaran,tim pengmas melibatkan 2 dosen dan peran serta 5 mahasiswa FMIPA UI.
Sebagai salah satu penduduk lokal yang berprofesi sebagai petani, Leo merasa senang dengan pelatihan yang diberikan oleh tim pengmas FMIPAUI. Ia menyatakan bahwa pupuk organik cair buatan yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi tanaman di lingkungannya.
Hasil tanaman setelah diberi pupuk organik cair memiliki kondisi batang yang lebih kuat dengan daun lebih hijau dan lebar serta memiliki daya tahan hidup yang lebih kuat. Kesehatan tanaman ini berbeda dengan tanaman lainyang tidak diberi pupuk.
Tim pengmas FMIPA UI berharap bahwa pengenalan dan pelatihan pembuatan pupuk organik cair dapat mendorong perekonomian masyarakat setempat yang sempat terpuruk. Terobosan ini diharapkan dapat meningkatkan pula efisiensi usaha pertanian mengingat pupuk organik ini memiliki kelebihan karena relatif lebih murah dan ramah lingkungan. (Fandy)
Program berjudul “Pengembangan Pupuk Organik Cair Biometrik untuk Mendorong Efisiensi Usaha Pertanian Kentang dan Bawang Putih” ini mendapat sambutan baik dari masyarakat setempat. Pasalnya program pelatihan seperti ini sudah ditunggu-tunggu masyarakat NTB.
Tim pengmas FMIPA UI pun mengenalkan keunggulan pupuk organik cair. Pupuk ini dari bahan alam, yaitu air kelapa, gula merah, air jahe dan putih telur. Selain itu limbah peternakan seperti kotoran hewan maupun limbah domestik seperti air cucian beras menambah sifat alami pupuk tersebut.
Pembuatan pupuk ini mam pu menekan limbah serta mengonversinya ke dalam bentuk pupuk yang sangat bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya masyarakat Sembalun yangs ebagian besar memiliki profesi sebagai petani.
Ketua Tim Pengmas Retno Lestari mengutarakan bahwa peristiwa gempa bumi yang terjadi di Lombok dan sekitarnya mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar, khususnya di wilayah Sembalun. Oleh sebab itu berbagai upaya dilakukan untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi masyarakat, salah satunya dengan mendorong hasil pertanian hortikultura.
“Sembalun merupakan wilayah yang dikenal akan hasil pertanian hortikulturnya seperti bawang, kentang, dan cabai. Intensifikasi banyak dilakukan pada komoditas tersebut guna meningkatkan hasil produksi,” kata Retno.
Namun, lanjut Retno, intensifikasi yang lebih banyak dilakukan adalah perluasan lahan dan penggunaan input pertanian luar seperti pupuk anorganik, obat-obatan, dan pestisida sehingga menimbulkan beberapa masalah, antara lain biaya produksi meningkat, lingkungan tercemari, dan lahan jadi rusak. Hal ini merupakan latar belakang dari pembuatan pupuk organik dengan kearifan lokal.
Proses pembuatan pupuk organik cair ini bisa dibilang cukup mudah sehingga masyarakat awam pun dapat memahami dengan cepat. Tidak seperti pembuatan pupuk organik lain yang membutuhkan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu.
“Berbeda dengan pembuatan pupuk organik lainnya yang dibuat melalui proses fermentasi, pada pembuatan pupuk organik cair ini masyarakat hanya perlu mencampur bahan-bahan yang dibutuhkan dan pupuk langsung siap digunakan. Hal ini dapat mengurangi kegagalan yang biasa terjadi saat membuat pupuk organik dengan fermentasi,” ungkap Retno.
Tim Pengmas FMIPA UI bekerja sama dengan Yayasan Pandu Cendekia dalam pelaksanaan program pembuatan pupuk organik cair. Program ini juga mendapat dukungan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI (DRPM UI).
Sebelum melibatkan masyarakat, tim pengmas mendahului dengan riset dan uji coba. Adapun pada tahap implementasi bagi masyarakat sasaran,tim pengmas melibatkan 2 dosen dan peran serta 5 mahasiswa FMIPA UI.
Sebagai salah satu penduduk lokal yang berprofesi sebagai petani, Leo merasa senang dengan pelatihan yang diberikan oleh tim pengmas FMIPAUI. Ia menyatakan bahwa pupuk organik cair buatan yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi tanaman di lingkungannya.
Hasil tanaman setelah diberi pupuk organik cair memiliki kondisi batang yang lebih kuat dengan daun lebih hijau dan lebar serta memiliki daya tahan hidup yang lebih kuat. Kesehatan tanaman ini berbeda dengan tanaman lainyang tidak diberi pupuk.
Tim pengmas FMIPA UI berharap bahwa pengenalan dan pelatihan pembuatan pupuk organik cair dapat mendorong perekonomian masyarakat setempat yang sempat terpuruk. Terobosan ini diharapkan dapat meningkatkan pula efisiensi usaha pertanian mengingat pupuk organik ini memiliki kelebihan karena relatif lebih murah dan ramah lingkungan. (Fandy)
(nfl)