Sawit adalah Energi Masa Depan
A
A
A
KARACHI - Wakil Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), Togar Sitanggang, mengatakan bahwa minyak sawit adalah bahan baku energi utama di masa mendatang. Pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan bakar energi baru dan terbarukan sudah tidak terelakkan.
"Kebijakan implementasi mandatori B30 adalah kebijakan yang tepat. Dengan memanfaatkan sawit sebagai energi, selain menghemat devisa negara juga akan meningkatkan kesejahteraan petani sawit," kata Togar saat menjadi pembicara dalam PEOC (Pakistan Edible Oil Conference) 2020 di Karachi Pakistan, Minggu (12/1/2020).
Togar mengatakan, dalam berbagai uji coba dengan berbagai merek kendaraan bermotor, tidak ada persoalan teknis apapun dengan penggunaan biodiesel dari sawit.
"Kalau B100 tentu perlu kajian yang lebih dalam dengan melibatkan banyak ahli," kata Togar.
Togar mengatakan, mandatori biodiesel yang sudah berhasil dilakukan Indonesia akan ditiru oleh Malaysia dengan menerapkan program B20.
"Ini menjadi sentimen positif di pasar sehingga harga minyak sawit sejak Oktober tahun lalu naik tajam," katanya.
Terkait harga minyak sawit, Togar mengakui bahwa kenaikan yang terjadi di luar perkiraan para analis komoditas global. Selain naik lebih cepat yaitu pada dua bulan terakhir 2019, persentase kenaikannya sangat tajam.
"Namun kenaikan harga CPO itu masih dalam range yang wajar. Sehingga sampai saat ini kenaikan harga CPO tersebut belum sampai menekan ekspor sawit termasuk di pasar Asia Selatan," kata Togar kepada wartawan yang meliput PEOC. Togar mengatakan harga CPO akan menemukan ekuilibrium atau titik keseimbangan baru.
Terkait pasar Pakistan, Togar mengatakan Indonesia masih menguasai 80% pasokan minyak sawit di negara Asia Selatan tersebut. Sisanya dari Malaysia. Namun Togar melihat Malaysia tampak sangat agresif untuk meningkatkan pasar minyak sawitnya di Pakistan. Misalnya dalam PEOC 2020, Menteri urusan Industri Primer Malaysia, Teresa Kok langsung datang ke Karachi dan memberikan keynote speech dalam acara tersebut.
"Kebijakan implementasi mandatori B30 adalah kebijakan yang tepat. Dengan memanfaatkan sawit sebagai energi, selain menghemat devisa negara juga akan meningkatkan kesejahteraan petani sawit," kata Togar saat menjadi pembicara dalam PEOC (Pakistan Edible Oil Conference) 2020 di Karachi Pakistan, Minggu (12/1/2020).
Togar mengatakan, dalam berbagai uji coba dengan berbagai merek kendaraan bermotor, tidak ada persoalan teknis apapun dengan penggunaan biodiesel dari sawit.
"Kalau B100 tentu perlu kajian yang lebih dalam dengan melibatkan banyak ahli," kata Togar.
Togar mengatakan, mandatori biodiesel yang sudah berhasil dilakukan Indonesia akan ditiru oleh Malaysia dengan menerapkan program B20.
"Ini menjadi sentimen positif di pasar sehingga harga minyak sawit sejak Oktober tahun lalu naik tajam," katanya.
Terkait harga minyak sawit, Togar mengakui bahwa kenaikan yang terjadi di luar perkiraan para analis komoditas global. Selain naik lebih cepat yaitu pada dua bulan terakhir 2019, persentase kenaikannya sangat tajam.
"Namun kenaikan harga CPO itu masih dalam range yang wajar. Sehingga sampai saat ini kenaikan harga CPO tersebut belum sampai menekan ekspor sawit termasuk di pasar Asia Selatan," kata Togar kepada wartawan yang meliput PEOC. Togar mengatakan harga CPO akan menemukan ekuilibrium atau titik keseimbangan baru.
Terkait pasar Pakistan, Togar mengatakan Indonesia masih menguasai 80% pasokan minyak sawit di negara Asia Selatan tersebut. Sisanya dari Malaysia. Namun Togar melihat Malaysia tampak sangat agresif untuk meningkatkan pasar minyak sawitnya di Pakistan. Misalnya dalam PEOC 2020, Menteri urusan Industri Primer Malaysia, Teresa Kok langsung datang ke Karachi dan memberikan keynote speech dalam acara tersebut.
(ven)