Sentimen Positif Kesepakatan Dagang, IHSG Diprediksi Menguat

Senin, 13 Januari 2020 - 08:20 WIB
Sentimen Positif Kesepakatan Dagang, IHSG Diprediksi Menguat
Sentimen Positif Kesepakatan Dagang, IHSG Diprediksi Menguat
A A A
JAKARTA - Analis dari PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee memperkirakan minggu ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang konsolidasi menguat, dengan support di level 6.270 sampai 6.218 dan resistance di level 6.295 sampai 6.337. "Sebaiknya pelaku pasar melakukan SOS atau penjualan ketika pasar mengalami penguatan," ujar Hans di Jakarta, Minggu (12/1/2020) malam.

Pekan ini pasar diwarnai sentimen positif penandatanganan kesepakatan perdagangan fase pertama antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Kementerian Perdagangan China menyatakan Wakil Perdana Menteri Liu He akan ke Washington untuk menandatangani perjanjian tersebut, yang dicapai sebelum akhir tahun lalu. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengatakan kesepakatan itu akan ditandatangani pada Rabu.

"Penandatangan Fase 1 menjadi sentimen positif, tetapi eforia pendatangan kami perkirakan berjangka pendek di pasar. Sebenarnya masih banyak perbedaan kedua Negara dan masalah tarif masih menjadi hambatan kedua negara," kata Hans.

Sementara itu, berbagai gejolak politik internasional masih akan menjadi perhatian pasar. Konflik AS-Iran misalnya, meski mereda tapi faktor kejutan masih sangat mungkin terjadi seperti statement dan potensi konflik.

Di sisi lain, Brexit masih menjadi berita dari kawasan Eropa. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melakukan pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Rabu. Dalam pertemuan diberitakan Inggris tidak akan memperpanjang masa transisinya untuk keluar dari Uni Eropa, tetap pada Desember 2020.

Hal berbeda disampaikan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, yang mengatakan Inggris "pada dasarnya tidak mungkin" menegosiasikan semua aspek hubungan masa depan dengan Uni Eropa pada akhir 2020.

Pemimpin blok yang baru saja ditunjuk itu juga mengatakan hubungan antara kedua negara "tidak bisa dan tidak akan sama dengan sebelumnya." Hal ini mungkin meningkatkan risiko Brexit tampa kesepakatan yang kuat dan jelas.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6041 seconds (0.1#10.140)