Neraca Perdagangan Masih Defisit, Rupiah Melemah ke Rp13.704
A
A
A
JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) jatuh 24 poin atau 0,18% menjadi Rp13.704 per USD pada sesi I perdagangan Rabu (15/1/2020). Awal dagang, rupiah di indeks Bloomberg, melemah 4 poin menjadi Rp13.684 per USD, berbanding penutupan Selasa di Rp13.680 per USD.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, mematok kurs tengah rupiah pada Rabu ini di Rp13.705 per USD, melemah 52 poin atau 0,38% dibandingkan posisi Rp13.654 per USD pada Selasa kemarin.
Melemahnya nilai tukar rupiah merespon mata uang kawasan yang jungkir balik akibat pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Steven Mnuchin. Meski AS dan China sedang bersiap menandatangani perjanjian perdagangan fase pertama, tetapi "belum membahas masalah struktural". Mnuchin mengatakan tarif untuk barang-barang China masih akan tetap berlaku sambil menunggu pembicaraan lebih lanjut.
Komentar Mnuchin ini langsung menjungkirbalikkan mata uang emerging market, terutama mata uang Asia, seperti yuan China yang kemarin bersinar cemerlang. Pernyataan ini menguntungkan mata uang safe haven, terutama yen Jepang.
Melansir dari Reuters, yen Jepang menguat ke 109,92, mendekati level tertinggi sejak 23 Mei. Franc Swiss juga mencapai level tertinggi di 0,966 per USD karena statusnya sebagai mata uang safe haven. Yuan China melemah menjadi 6,89 per USD, setelah menguat di 6,87 per USD, level terkuat sejak 11 Juli.
Sementara itu, indeks dolar AS diperdagangkan mendatar di level 97,384 melawan enam mata uang utama, setelah sesi sebelumnya berada di 97,562.
Selain faktor eksternal, belum ada kabar baik dari dalam negeri ikut mendorong pelemahan rupiah. Data neraca perdagangan Indonesia masih berkutat di level negatif, dimana sepanjang tahun 2019, neraca perdagangan mengalami defisit USD3,20 miliar. Hal ini ikut melemahkan rupiah.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, mematok kurs tengah rupiah pada Rabu ini di Rp13.705 per USD, melemah 52 poin atau 0,38% dibandingkan posisi Rp13.654 per USD pada Selasa kemarin.
Melemahnya nilai tukar rupiah merespon mata uang kawasan yang jungkir balik akibat pernyataan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Steven Mnuchin. Meski AS dan China sedang bersiap menandatangani perjanjian perdagangan fase pertama, tetapi "belum membahas masalah struktural". Mnuchin mengatakan tarif untuk barang-barang China masih akan tetap berlaku sambil menunggu pembicaraan lebih lanjut.
Komentar Mnuchin ini langsung menjungkirbalikkan mata uang emerging market, terutama mata uang Asia, seperti yuan China yang kemarin bersinar cemerlang. Pernyataan ini menguntungkan mata uang safe haven, terutama yen Jepang.
Melansir dari Reuters, yen Jepang menguat ke 109,92, mendekati level tertinggi sejak 23 Mei. Franc Swiss juga mencapai level tertinggi di 0,966 per USD karena statusnya sebagai mata uang safe haven. Yuan China melemah menjadi 6,89 per USD, setelah menguat di 6,87 per USD, level terkuat sejak 11 Juli.
Sementara itu, indeks dolar AS diperdagangkan mendatar di level 97,384 melawan enam mata uang utama, setelah sesi sebelumnya berada di 97,562.
Selain faktor eksternal, belum ada kabar baik dari dalam negeri ikut mendorong pelemahan rupiah. Data neraca perdagangan Indonesia masih berkutat di level negatif, dimana sepanjang tahun 2019, neraca perdagangan mengalami defisit USD3,20 miliar. Hal ini ikut melemahkan rupiah.
(ven)