Penguatan Rupiah Jadi Kabar Bagus Bagi Importir

Rabu, 22 Januari 2020 - 14:44 WIB
Penguatan Rupiah Jadi Kabar Bagus Bagi Importir
Penguatan Rupiah Jadi Kabar Bagus Bagi Importir
A A A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, tren penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) sejak awal tahun, sejalan dengan fundamental ekonomi Indonesia. Penguatan ini pun memberikan dampak positif bagi para importir dalam negeri.

"BI melihat penguatan Rupiah masih sejalan dengan fundamental, sejalan mekanisme pasar, dan mencerminkan kredibilitas kebijakan dari pemerintah, BI, OJK, dan LPS," kata Perry di Jakarta, Rabu (22/1/2020).

Dia menyatakan, fundamental ekonomi Indonesia terjaga baik, seiring dengan tingkat inflasi yang rendah, ekonomi yang terus tumbuh, hingga neraca pembayaran yang diperkirakan surplus. Derasnya aliran modal asing masuk ke dalam negeri turut mengerek nilai tukar Rupiah. "Jadi ini juga (penguatan Rupiah) masih sejalan dengan mekanisme pasar," jelasnya

Perry menjelaskan, penguatan kurs Rupiah bagi Indonesia dapat mendorong peningkatan investasi dalam negeri, lantaran banyak industri yang memiliki kandungan impor tinggi. Penguatan Rupiah memang berdampak positif bagi importir karena membuat ongkos impor menjadi lebih murah.

Bahkan kondisi penguatan Rupiah secara tak langsung mendorong peningkatan ekspor, khususnya di sektor manufaktur. Biaya impor yang menjadi lebih murah, membuat aktivitas industri manufaktur yang berbasis ekspor lebih terdorong. "Jadi sekarang terlihat ekspor manufaktur juga meningkat," katanya.

Dia menyatakan, kurs Rupiah yang menguat memang berdampak negatif bagi para eksportir komoditas karena hasil dari nilai Rupiah jadi lebih kecil, sebaliknya jika Rupiah melemah maka hasil nilainya akan lebih besar. Meski demikian, Perry menilai ekspor komoditas tak terlalu sensitif terhadap pergerakkan nilai tukar Rupiah, melainkan pada pergerakkan harga dan permintaan di pasar global

"Ekspor komoditas tidak terlalu sensitif terhadap pelemahan Rupiah, lebih sensitif ke permintaan luar negeri dan harga komoditas. Cuma, eksportir memang lebih senang Rupiah melemah, karena nilai Rupiahnya dari hasil ekspor itu lebih besar, jadi bukan nilai jual tapi nilai Rupiahnya," jelas dia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, dirinya ingin kurs Rupiah jangan terlalu cepat menguat. Lantaran, dapat berpengaruh pada penurunan daya saing Indonesia. "Rupiah kalau menguat terlalu cepat, kita juga harus hati-hati. Ada yang senang dan ada yang tidak senang, eksportir tentu enggak senang. Karena jika Rupiah menguat, menguat, menguat, maka daya saing kita juga akan menurun," ungkap Jokowi.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6907 seconds (0.1#10.140)