Tergerus Teknologi, Serapan Tenaga Kerja dari Investasi Hanya 1,03 Juta
A
A
A
JAKARTA - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat dengan investasi sebesar Rp809,6 triliun, total penyerapan tenaga kerja Indonesia sepanjang tahun 2019 mencapai 1,03 juta orang. Serapan tenaga kerja ini terdiri dari proyek PMDN sebanyak 520.171 orang dan dari proyek PMA sebanyak 513.664 orang.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, serapan tenaga kerja sepanjang tahun 2019 ini lebih tinggi dari tahun 2018 yang sebanyak 960.052 orang. Meski begitu, realisasi penyerapan tenaga kerja di tahun 2019 menurun dibandingkan realisasi penyerapan tenaga kerja di tahun 2017 yang mencapai 1,17 juta orang.
"Dibanding 2018 terjadi peningkatan. Ini angka yang cukup luar biasa yang harus disyukuri bersama," ujarnya di Kantor BKPM, Rabu (29/1/2020).
Bahlil mengakui, dengan realisasi investasi sebesar Rp809,6 triliun seharusnya mampu menyerap banyak tenaga kerja lebih dari 1 juta orang. Namun karena kemajuan perkembangan teknologi yang saat ini banyak digunakan perusahaan membuat serapan tenaga kerja menjadi rendah.
"Itulah kemajuan teknologi dan tidak bisa kita hindari bahwa tenaga kerja manusia sekarang sudah banyak digantikan teknologi. Semakin hari negara di dunia semakin berubah," jelasnya.
Bahlil menuturkan, pada tahun 2013, 1% pertumbuhan ekonomi mampu menyerap tenaga kerja kurang lebih 270.000 orang. Namun saat ini 1% pertumbuhan ekonomi hanya mampu menyerap tenaga kerja tidak lebih dari 110.000 orang bahkan kurang dari itu.
"Investasi kita tidak semua di sektor manufaktur, tidak semuanya di sektor padat karya, dan sebagian kontribusi tenaga kerja di awal digantikan teknologi," tuturnya.
Ke depan, BKPM bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan berusaha menggiring investasi ke sektor-sektor berkualitas dan mampu menciptakan lapangan kerja yang banyak.
"Menciptakan lapangan kerja adalah salah satu tujuan utama bagi investasi. Negara juga punya kewajiban untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM)," tandasnya.
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan, serapan tenaga kerja sepanjang tahun 2019 ini lebih tinggi dari tahun 2018 yang sebanyak 960.052 orang. Meski begitu, realisasi penyerapan tenaga kerja di tahun 2019 menurun dibandingkan realisasi penyerapan tenaga kerja di tahun 2017 yang mencapai 1,17 juta orang.
"Dibanding 2018 terjadi peningkatan. Ini angka yang cukup luar biasa yang harus disyukuri bersama," ujarnya di Kantor BKPM, Rabu (29/1/2020).
Bahlil mengakui, dengan realisasi investasi sebesar Rp809,6 triliun seharusnya mampu menyerap banyak tenaga kerja lebih dari 1 juta orang. Namun karena kemajuan perkembangan teknologi yang saat ini banyak digunakan perusahaan membuat serapan tenaga kerja menjadi rendah.
"Itulah kemajuan teknologi dan tidak bisa kita hindari bahwa tenaga kerja manusia sekarang sudah banyak digantikan teknologi. Semakin hari negara di dunia semakin berubah," jelasnya.
Bahlil menuturkan, pada tahun 2013, 1% pertumbuhan ekonomi mampu menyerap tenaga kerja kurang lebih 270.000 orang. Namun saat ini 1% pertumbuhan ekonomi hanya mampu menyerap tenaga kerja tidak lebih dari 110.000 orang bahkan kurang dari itu.
"Investasi kita tidak semua di sektor manufaktur, tidak semuanya di sektor padat karya, dan sebagian kontribusi tenaga kerja di awal digantikan teknologi," tuturnya.
Ke depan, BKPM bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan berusaha menggiring investasi ke sektor-sektor berkualitas dan mampu menciptakan lapangan kerja yang banyak.
"Menciptakan lapangan kerja adalah salah satu tujuan utama bagi investasi. Negara juga punya kewajiban untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM)," tandasnya.
(fjo)