Arus Modal Asing Besar, Investor Pilih Masuk ke Pasar Obligasi

Minggu, 02 Februari 2020 - 21:52 WIB
Arus Modal Asing Besar, Investor Pilih Masuk ke Pasar Obligasi
Arus Modal Asing Besar, Investor Pilih Masuk ke Pasar Obligasi
A A A
JAKARTA - Indonesia masih menjanjikan untuk para investor. Sepanjang Januari arus modal masuk dengan deras demi menikmati pasar obligasi nasional yang kini menguntungkan dibandingkan pasar modal.

Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, sepanjang Januari performa obligasi jauh lebih baik daripada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Kemungkinan naik sekitar 2,5% atau lebih. Obligasi outperformed jauh dibandingkan pergerakan saham di bulan Januari," ujar Handy di Jakarta, Minggu (2/2/2020).

Dia menilai pergerakan rally di pasar obligasi karena arus modal atau inflow asing yang sangat besar. Diperkirakan investor melihat pertimbangan risk return pasar Indonesia masih bagus dibandingkan sesama negara berkembang atau emerging market lainnya.

Selain itu pergerakan ekonomi Indonesia masih didominasi dari domestik, sehingga sentimen corona yang berdampak pada perlambatan ekonomi China diperkirakan berdampak terbatas ke pertumbuhan Indonesia. "Sentimen positif juga dari Japan Rating Agency yang baru saja menaikkan posisi Indonesia menjadi rating BBB+," ujarnya.

Hingga akhir Januari 2020, sentimen global membuat IHSG pada perdagangan Jumat (31/1) turun 117,55 poin atau 1,94% ke level 5.940,04. Chief Economist BNI Sekuritas Damhuri Nasution mengatakan, dalam jangka pendek tekanan jual di pasar modal masih akan cukup tinggi.

Hal itu di luar prediksi karena seharusnya IHSG lebih positif mengingat ekonomi negara maju melambat dan peluang resesi khususnya di AS turun. "Harusnya arus modal masuk ke negara berkembang seperti Indonesia meningkat. Pasar emerging market mulai rebound," ujar Damhuri menambahkan.

Kendati demikian, dia tetap melihat pertumbuhan di pasar obligasi menandakan investor tetap berinvestasi di Indonesia. Menurutnya arus modal yang kencang ke instrumen obligasi karena yield obligasi Indonesia masih tinggi dan arah suku bunga masih turun.

Investor pasti mendapat untung mulai dari kupon, kenaikan harga, lalu juga bisa untung dari penguatan kurs. "Investor tetap berinvestasi di Indonesia tapi sementara mereka masih memilih obligasi yang lebih menarik," ujarnya.

Managing Director Bareksa Prioritas Ricky Rachmatulloh mengatakan, faktor virus Corona yang bermula dari daratan Cina mempengaruhi sentimen pasar dan menyeret IHSG hingga ditutup negatif di akhir perdagangan bursa bulan Januari 2020.

"Kami mengarahkan investor untuk stay invested di market namun dengan lebih sensitif untuk menentukan alokasi asetnya. Alasannya, saat ini kami juga melihat beberapa korporasi global sudah merilis laporan keuangannya yang terlihat rata-rata sesuai ekspektasi,” tutur Ricky.

Menurut dia, para investor segmen high net-worth merespon kondisi bulan ini dengan bertahan di market namun mengambil opsi yang lebih terukur, yakni di produk-produk Reksa Dana Pasar Uang untuk sementara. Kemudian secara bertahap mengambil momentum masuk ke pasar saham atau obligasi jangka menengah dan panjang.

Secara umum, para advisor Bareksa Prioritas cukup optimis melihat faktor internal, khususnya dari sisi nilai tukar Rupiah dan kebijakan akomodatif dari pemerintah.

“Investor high net-worth cenderung tidak terlalu gegabah dalam melihat fenomena-fenomena seperti ini. Pada momen seperti ini, kami menganjurkan investor untuk stay invested di market dan menunggu momen yang tepat untuk menambah porsinya atau kembali masuk ke market. Bahkan ketika market masih cenderung terkoreksi maka investor dianjurkan dapat memanfaatkan momen ini untuk melakukan bottom fishing,” tuturnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4527 seconds (0.1#10.140)