Usaha Mikro Naik Kelas, Menteri Teten Beri Contoh Sasirangan Bordir
A
A
A
BANJARMASIN - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop dan UKM) terus mendorong sektor UMKM untuk naik kelas, dari mikro ke kecil, kecil ke menengah. Untuk itu diperlukan kerjasama antara pemerintah pusat, daerah dan sektor swasta dalam mewujudkan program nasional tersebut.
Salah satunya adalah Sasirangan Bordir NDF yang berada di Desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Sasirangan bordir merupakan industri rumahan, potret usaha mikro yang terus berkembang dengan dukungan pemerintah daerah, dengan membudayakan sebagai pakaian dinas.
"Ini sudah jadi industri rumahan yang berkembang. Tadinya masyarakat disini pendulang intan. Sekarang pelan pelan terlibat dalam batik Sasirangan. Permintaannya cukup besar bahkan kurang," kata Menkop dan UKM Teten Masduki di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (7/2).
Menurutnya dengan pembiayaan dari BNI melalui Kredit Usaha Rakyat membuat usaha mikro ini naik kelas menjadi usaha kecil. Pihaknya optimis sektor tersebut akan terus berkembang, dikarenakan market yang selalu dibutuhkan."Pembiayaan BNI dengan KUR maksimum 500 juta. Contoh usaha mikro yang berkembang naik kelas. Ini bisa tumbuh terus karena marketnya ada," tambahnya.
Meskipun belum berorientasi ekspor, namun dengan upaya yang dilakukan pemerintah daerah dengan mewajibkan pegawainya menggunakan batik Sasirangan merupakan langkah yang tepat. "Langkah pemerintah daerah yang mewajibkan pegawainya menggunakan batik sasirangan. Ini sudah tepat. Jadi kita gak harus berpikir ekspor," kata Teten.
Menkop dan UKM mengharapkan adanya pengembangan produk melalui riset dan development kerjasama dinas UMKM dan BNI. Agar produk yang dihasilkan disesuaikan selera pasar serta design baru.
"Harus dikembangkan riset and developmentnya. Mengembangkan produk design baru disesuaikan dengan selera. Karena UMKM rata rata tidak punya riset. Kerjasama dengan dinas, BNI. Terus mengembangkan bukan hanya design juga development produk," ujarnya.
Selain itu, kata Teten, harus mulai dirubah, pewarna yang selama ini menggunakan bahan kimia, ke bahan alam. Karena di wilayah Kalimantan diakui memiliki kekayaan yang luar biasa dalam hal pewarna alami.
"Diusahakan bahan motif pewarna. Ini masih pakai kimia. Kedepan dipikirkan alam. Di kalimantan banyak pewarna alam. Suku dayak punya pengetahuan banyak tentang itu," jelasnya.
Salah satunya adalah Sasirangan Bordir NDF yang berada di Desa Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, Sasirangan bordir merupakan industri rumahan, potret usaha mikro yang terus berkembang dengan dukungan pemerintah daerah, dengan membudayakan sebagai pakaian dinas.
"Ini sudah jadi industri rumahan yang berkembang. Tadinya masyarakat disini pendulang intan. Sekarang pelan pelan terlibat dalam batik Sasirangan. Permintaannya cukup besar bahkan kurang," kata Menkop dan UKM Teten Masduki di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (7/2).
Menurutnya dengan pembiayaan dari BNI melalui Kredit Usaha Rakyat membuat usaha mikro ini naik kelas menjadi usaha kecil. Pihaknya optimis sektor tersebut akan terus berkembang, dikarenakan market yang selalu dibutuhkan."Pembiayaan BNI dengan KUR maksimum 500 juta. Contoh usaha mikro yang berkembang naik kelas. Ini bisa tumbuh terus karena marketnya ada," tambahnya.
Meskipun belum berorientasi ekspor, namun dengan upaya yang dilakukan pemerintah daerah dengan mewajibkan pegawainya menggunakan batik Sasirangan merupakan langkah yang tepat. "Langkah pemerintah daerah yang mewajibkan pegawainya menggunakan batik sasirangan. Ini sudah tepat. Jadi kita gak harus berpikir ekspor," kata Teten.
Menkop dan UKM mengharapkan adanya pengembangan produk melalui riset dan development kerjasama dinas UMKM dan BNI. Agar produk yang dihasilkan disesuaikan selera pasar serta design baru.
"Harus dikembangkan riset and developmentnya. Mengembangkan produk design baru disesuaikan dengan selera. Karena UMKM rata rata tidak punya riset. Kerjasama dengan dinas, BNI. Terus mengembangkan bukan hanya design juga development produk," ujarnya.
Selain itu, kata Teten, harus mulai dirubah, pewarna yang selama ini menggunakan bahan kimia, ke bahan alam. Karena di wilayah Kalimantan diakui memiliki kekayaan yang luar biasa dalam hal pewarna alami.
"Diusahakan bahan motif pewarna. Ini masih pakai kimia. Kedepan dipikirkan alam. Di kalimantan banyak pewarna alam. Suku dayak punya pengetahuan banyak tentang itu," jelasnya.
(akr)