UMKM Indonesia Terus Didorong untuk Menembus Pasar Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM fokus untuk mendampingi dan mendorong usaha skala menengah untuk naik kelas agar masuk ke pasar ekspor. Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria Simanungkalit mengatakan, sasaran strategis kementeriannya adalah fokus pada usaha menengah berbasis sektor riil dan berskala ekonomi melalui sinergi lintas stakeholder.
“Usaha menengah di Indonesia mencapai 60.702 pelaku dengan total kontribusi ekspor 10,85%,” kata Victoria pada IDX Economic Forum bertema Roadmap UMKM 2020-2024 di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Usaha menengah yang dimaksud merupakan usaha beromzet Rp2,5 miliar hingga Rp50 miliar dengan aset lebih dari Rp500 juta hingga Rp10 miliar.
Pihaknya akan menerapkan strategi “high touch” untuk skala usaha menengah dengan diantaranya melakukan market driven atau market intelijen dengan bekerja sama Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan.
“Kami akan melakukan kurasi champion dengan melibatkan asosiasi profesi, komunitas kreatif, local brand activist, dan akun media sosial,” katanya.
Di sisi lain juga melakukan digitalisasi UMKM (proses bisnis dan akses pasar), memperluas creative space (local brand) di daerah, dan membuka channel distribusi (Horeka, Mall, Marketplace).
Seiring dengan itu juga dilakukan scalling up dan internasionalisasi produk UKM melalui dukungan trading house, standardisasi, sertifikasi internasional, investasi atau IPO.
“Hal yang tak kalah penting lainnya adalah memobilisasi experties menjadi mentor UKM dalam pengembangan usaha dan mengembangkan factory sharing berbasis value chain,” kata Victoria.
Pada kesempatan yang sama SVP Micro Development & Agent Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Zedo Faly mengatakan, semakin besarnya dukungan sektor perbankan terhadap UMKM dari sisi akses permodalan, insentif bunga kredit, bahkan hingga perlakuan khusus atau insentif dalam hal proses persetujuan pengajuan kredit. Perbankan kini, kata dia, juga semakin memandang bahwa UMKM merupakan segmen pasar yang kian prospektif.
Sementara Direktur Ritel Sarinah (Persero) Lies Permana Lestari mengatakan, pihaknya membuka peluang kepada lebih banyak pelaku UMKM untuk memanfaatkan Sarinah sebagai jendela UMKM Indonesia atau menjadi etalase produk-produk UMKM.
Pihaknya juga menekankan pentingnya kurasi produk sebelum bisa masuk ke etalase Sarinah yang sekaligus untuk memicu pelaku UMKM agar dapat menghasilkan produk yang senantiasa terjaga kualitas dan kuantitasnya.
Selama ini kendala atau permasalahan UMKM menembus pasar sudah terurai secara perlahan. Namun begitu, dia menambahkan, proses pendampingan masih harus dilakukan agar produk-produk UMKM bisa berdaya saing.
“Pendampingan itu diantaranya menetapkan standar untuk masuk ke pasar. Sarinah sendiri saat ini sedikitnya ada 600 produk UMKM yang kami fungsikan sebagai etalase,” ungkapnya.
Adapun untuk menembus pasar ekspor, pemberdayaan UMKM harus disinergikan dalam satu wadah yang memunginkan semua akses terlibat. “Kita punya banyak sektor atau instrumen pemerintah. Ada pajak, ada perdagangan ada transportasi. Jika UMKM ini vital dilihat maka perlu strategi yang fokus pada pemasaran ekspor sektor ini,” pungkasnya.
Ketua bidang IKM Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ronald Walla mengatakan, selama ini para pelaku UMKM telah melakukan berbagai upaya agar bisa bertahan dan bersaing di pasar dalam negeri di tengah disrupsi digital dan dinamika revolusi industri 4.0. “Maka perlu difasilitasi terutama dari sisi permodalan. Akses perbankan harus dipermudah dengan bunga yang ringan juga,” pungkasnya.
“Usaha menengah di Indonesia mencapai 60.702 pelaku dengan total kontribusi ekspor 10,85%,” kata Victoria pada IDX Economic Forum bertema Roadmap UMKM 2020-2024 di Jakarta, Rabu (12/2/2020).
Usaha menengah yang dimaksud merupakan usaha beromzet Rp2,5 miliar hingga Rp50 miliar dengan aset lebih dari Rp500 juta hingga Rp10 miliar.
Pihaknya akan menerapkan strategi “high touch” untuk skala usaha menengah dengan diantaranya melakukan market driven atau market intelijen dengan bekerja sama Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perdagangan.
“Kami akan melakukan kurasi champion dengan melibatkan asosiasi profesi, komunitas kreatif, local brand activist, dan akun media sosial,” katanya.
Di sisi lain juga melakukan digitalisasi UMKM (proses bisnis dan akses pasar), memperluas creative space (local brand) di daerah, dan membuka channel distribusi (Horeka, Mall, Marketplace).
Seiring dengan itu juga dilakukan scalling up dan internasionalisasi produk UKM melalui dukungan trading house, standardisasi, sertifikasi internasional, investasi atau IPO.
“Hal yang tak kalah penting lainnya adalah memobilisasi experties menjadi mentor UKM dalam pengembangan usaha dan mengembangkan factory sharing berbasis value chain,” kata Victoria.
Pada kesempatan yang sama SVP Micro Development & Agent Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Zedo Faly mengatakan, semakin besarnya dukungan sektor perbankan terhadap UMKM dari sisi akses permodalan, insentif bunga kredit, bahkan hingga perlakuan khusus atau insentif dalam hal proses persetujuan pengajuan kredit. Perbankan kini, kata dia, juga semakin memandang bahwa UMKM merupakan segmen pasar yang kian prospektif.
Sementara Direktur Ritel Sarinah (Persero) Lies Permana Lestari mengatakan, pihaknya membuka peluang kepada lebih banyak pelaku UMKM untuk memanfaatkan Sarinah sebagai jendela UMKM Indonesia atau menjadi etalase produk-produk UMKM.
Pihaknya juga menekankan pentingnya kurasi produk sebelum bisa masuk ke etalase Sarinah yang sekaligus untuk memicu pelaku UMKM agar dapat menghasilkan produk yang senantiasa terjaga kualitas dan kuantitasnya.
Selama ini kendala atau permasalahan UMKM menembus pasar sudah terurai secara perlahan. Namun begitu, dia menambahkan, proses pendampingan masih harus dilakukan agar produk-produk UMKM bisa berdaya saing.
“Pendampingan itu diantaranya menetapkan standar untuk masuk ke pasar. Sarinah sendiri saat ini sedikitnya ada 600 produk UMKM yang kami fungsikan sebagai etalase,” ungkapnya.
Adapun untuk menembus pasar ekspor, pemberdayaan UMKM harus disinergikan dalam satu wadah yang memunginkan semua akses terlibat. “Kita punya banyak sektor atau instrumen pemerintah. Ada pajak, ada perdagangan ada transportasi. Jika UMKM ini vital dilihat maka perlu strategi yang fokus pada pemasaran ekspor sektor ini,” pungkasnya.
Ketua bidang IKM Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Ronald Walla mengatakan, selama ini para pelaku UMKM telah melakukan berbagai upaya agar bisa bertahan dan bersaing di pasar dalam negeri di tengah disrupsi digital dan dinamika revolusi industri 4.0. “Maka perlu difasilitasi terutama dari sisi permodalan. Akses perbankan harus dipermudah dengan bunga yang ringan juga,” pungkasnya.
(ind)