Peluang Baru Sektor Properti, Sewa Hunian bagi Kaum Milenial
A
A
A
JAKARTA - Sektor properti masih menunjukkan tren yang sama di mana permintaan semakin meningkat seiring pertumbuhan populasi. Namun, keterbatasan lahan dan harga yang dinilai terlalu tinggi oleh konsumen menjadi tantangan bagi para pengembang.
Meski demikian, menurut pengamat properti Anton Sitorus, saat ini terdapat segmen pasar yang cukup gemuk yang bisa digarap oleh para pengembang, yaitu generasi milenial yang usianya berkisar antara 21 hingga 30 tahun. Menurut peneliti dari perusahaan riset properti global Savills tersebut, milenial menjadi pasar properti yang cukup prospektif meski preferensinya dalam memilih properti bisa beda-beda.
"Dulu orang ingin beli rumah karena memang butuh, ingin memiliki, sedangkan saat ini milenial tidak selalu ingin memiliki rumah. Mereka hanya butuh tempat tinggal, tidak mesti membeli tapi bisa dengan menyewa, yang penting adalah kebutuhan akan tempat tinggal terpenuhi. Ini yang harus diantisipasi oleh pengembang," tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Secara umum, tambahnya, segmen milenial ini sangat besar, terutama di kota-kota besar, termasuk di Surabaya. Pilihan lokasi menjadi prioritas utama generasi ini saat memilih hunian untuk tempat tinggal.
"Mereka cenderung pada lokasi residensial yang dekat dengan tempat kerja, fasilitas umum, pusat keramaian. Profil milenial seperti mereka ini minatnya ke tengah kota, bukan pinggir kota. Karena itulah bagi mereka opsi menyewa pun tidak masalah, asalkan di tengah kota," jelasnya.
Potensi ini antara lain ditangkap oleh perusahaan rintisan digital yang khusus bergerak di bidang peer to peer lending untuk properti, Gradana. Co-founder Gradana Angela Oetama mengatakan, platform ini memiliki solusi terhadap permasalahan milenial yang ingin memiliki atau menyewa hunian di pusat kota di Jawa Timur, khususnya di Surabaya, tanpa harus menyiapkan biaya yang besar di awal.
"Kita sangat paham market behavior segmen ini yang ingin kepraktisan. Mereka tidak mau membuang waktu di jalan untuk mengakses tempat kerja. Memilih lokasi tempat tinggal di pusat kota adalah solusinya, sementara biaya membeli properti adalah tantangannya dan apabila harus membayar sewa tahunan di muka pun cukup berat bagi mereka," tuturnya.
Angela menuturkan, menyewa adalah opsi alternatif untuk bisa mendapatkan lokasi hunian di tengah kota. Apalagi, tambahnya, Surabaya merupakan kota metropolitan yang tingkat kemacetannya cukup tinggi. Berdasarkan laporan Asia Development Bank (ADB) tahun 2019 tentang Update: Fostering Growth and Inclusion in Asia's Cities, Surabaya menempati urutan ke-20 sebagai kota termacet di Asia.
"Wajar jika anak-anak muda usia produktif di Surabaya pun mulai mengadopsi kebiasaan seperti di Jakarta yang lebih memilih sewa properti di pusat kota daripada membeli rumah dan apartemen di pinggir kota," tuturnya.
Angela menjelaskan bahwa GraSewa menyediakan fasilitas talangan untuk satu tahun ke depan sehingga penyewa tidak perlu menyiapkan dana besar di awal untuk kepentingan sewa properti. "Secara tidak langsung, bisa membantu anak-anak muda Surabaya dalam mengurangi biaya operasional tahunan yang besar," katanya.
Gradana, sebagai bagian dari anggota Hipmi, baru-baru ini berkolaborasi dengan anggota Hipmi yang bergerak di bidang renovasi, Farabi, dalam memberikan solusi pembiayaan renovasi properti. Khusus untuk pasar Surabaya, Gradana juga menjalin kerja sama dengan Galaxy sebagai salah satu agen properti terkemuka di kota tersebut.
Meski demikian, menurut pengamat properti Anton Sitorus, saat ini terdapat segmen pasar yang cukup gemuk yang bisa digarap oleh para pengembang, yaitu generasi milenial yang usianya berkisar antara 21 hingga 30 tahun. Menurut peneliti dari perusahaan riset properti global Savills tersebut, milenial menjadi pasar properti yang cukup prospektif meski preferensinya dalam memilih properti bisa beda-beda.
"Dulu orang ingin beli rumah karena memang butuh, ingin memiliki, sedangkan saat ini milenial tidak selalu ingin memiliki rumah. Mereka hanya butuh tempat tinggal, tidak mesti membeli tapi bisa dengan menyewa, yang penting adalah kebutuhan akan tempat tinggal terpenuhi. Ini yang harus diantisipasi oleh pengembang," tuturnya saat dihubungi di Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Secara umum, tambahnya, segmen milenial ini sangat besar, terutama di kota-kota besar, termasuk di Surabaya. Pilihan lokasi menjadi prioritas utama generasi ini saat memilih hunian untuk tempat tinggal.
"Mereka cenderung pada lokasi residensial yang dekat dengan tempat kerja, fasilitas umum, pusat keramaian. Profil milenial seperti mereka ini minatnya ke tengah kota, bukan pinggir kota. Karena itulah bagi mereka opsi menyewa pun tidak masalah, asalkan di tengah kota," jelasnya.
Potensi ini antara lain ditangkap oleh perusahaan rintisan digital yang khusus bergerak di bidang peer to peer lending untuk properti, Gradana. Co-founder Gradana Angela Oetama mengatakan, platform ini memiliki solusi terhadap permasalahan milenial yang ingin memiliki atau menyewa hunian di pusat kota di Jawa Timur, khususnya di Surabaya, tanpa harus menyiapkan biaya yang besar di awal.
"Kita sangat paham market behavior segmen ini yang ingin kepraktisan. Mereka tidak mau membuang waktu di jalan untuk mengakses tempat kerja. Memilih lokasi tempat tinggal di pusat kota adalah solusinya, sementara biaya membeli properti adalah tantangannya dan apabila harus membayar sewa tahunan di muka pun cukup berat bagi mereka," tuturnya.
Angela menuturkan, menyewa adalah opsi alternatif untuk bisa mendapatkan lokasi hunian di tengah kota. Apalagi, tambahnya, Surabaya merupakan kota metropolitan yang tingkat kemacetannya cukup tinggi. Berdasarkan laporan Asia Development Bank (ADB) tahun 2019 tentang Update: Fostering Growth and Inclusion in Asia's Cities, Surabaya menempati urutan ke-20 sebagai kota termacet di Asia.
"Wajar jika anak-anak muda usia produktif di Surabaya pun mulai mengadopsi kebiasaan seperti di Jakarta yang lebih memilih sewa properti di pusat kota daripada membeli rumah dan apartemen di pinggir kota," tuturnya.
Angela menjelaskan bahwa GraSewa menyediakan fasilitas talangan untuk satu tahun ke depan sehingga penyewa tidak perlu menyiapkan dana besar di awal untuk kepentingan sewa properti. "Secara tidak langsung, bisa membantu anak-anak muda Surabaya dalam mengurangi biaya operasional tahunan yang besar," katanya.
Gradana, sebagai bagian dari anggota Hipmi, baru-baru ini berkolaborasi dengan anggota Hipmi yang bergerak di bidang renovasi, Farabi, dalam memberikan solusi pembiayaan renovasi properti. Khusus untuk pasar Surabaya, Gradana juga menjalin kerja sama dengan Galaxy sebagai salah satu agen properti terkemuka di kota tersebut.
(fjo)