Tingkatkan Daya Saing, Dunia Usaha Harus Kuasai Teknologi
A
A
A
JAKARTA - Kalangan dunia usaha diminta untuk menguasai teknologi dalam rangka ketahanan ekonomi nasional. Pembina Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), Pontjo Sutowo, mengatakan dengan penguasaan teknologi di dalam negeri maka impor khususnya energi dan bahan pangan bisa dikurangi.
"Misalnya penguasaan teknologi pertanian sehingga beras dan cabai tak perlu impor. Begitupula di sektor energi," tegasnya di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Pontjo menambahkan pengusaha harus melatih diri untuk penguasaan teknologi sehingga mampu menggunakan teknologi yang cocok sesuai dengan jenis usahanya.
Teknologi, kata dia, harus berkembang di dunia usaha bukan di universitas atau lembaga riset saja. Sehingga akan memberikan dampak nyata bagi perekonomian nasional. "Jadi industri kita harus bersaing dalam penguasaan teknologi," paparnya. Sebab ketertinggalan dalam penguasaan teknologi akan menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
Defisit neraca perdagangan diyakini akan berkurang apabila teknologi benar-benar dikuasai dan diaplikasikan oleh dunia usaha di dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit USD870 juta. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar USD13,41 miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai USD14,28 miliar.
Komoditas pangan seperti cabai, bawang putih dan beras, kata Pontjo, seharusnya bisa dimaksimalkan produksinya di dalam negeri. Sehingga kegiatan impor bisa dikurangi. Saat ini, sudah ada teknologi digital farming di sektor pertanian, namun belum banyak digunakan di dalam negeri.
"Teknologi di sektor pertanian perlu dimaksimalkan. Jika ingin memperbaiki ekonomi maka perbaiki dulu penguasaan teknologinya," tegas Pontjo yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) itu.
"Misalnya penguasaan teknologi pertanian sehingga beras dan cabai tak perlu impor. Begitupula di sektor energi," tegasnya di Jakarta, Rabu (4/3/2020). Pontjo menambahkan pengusaha harus melatih diri untuk penguasaan teknologi sehingga mampu menggunakan teknologi yang cocok sesuai dengan jenis usahanya.
Teknologi, kata dia, harus berkembang di dunia usaha bukan di universitas atau lembaga riset saja. Sehingga akan memberikan dampak nyata bagi perekonomian nasional. "Jadi industri kita harus bersaing dalam penguasaan teknologi," paparnya. Sebab ketertinggalan dalam penguasaan teknologi akan menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
Defisit neraca perdagangan diyakini akan berkurang apabila teknologi benar-benar dikuasai dan diaplikasikan oleh dunia usaha di dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 mengalami defisit USD870 juta. Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar USD13,41 miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai USD14,28 miliar.
Komoditas pangan seperti cabai, bawang putih dan beras, kata Pontjo, seharusnya bisa dimaksimalkan produksinya di dalam negeri. Sehingga kegiatan impor bisa dikurangi. Saat ini, sudah ada teknologi digital farming di sektor pertanian, namun belum banyak digunakan di dalam negeri.
"Teknologi di sektor pertanian perlu dimaksimalkan. Jika ingin memperbaiki ekonomi maka perbaiki dulu penguasaan teknologinya," tegas Pontjo yang juga Ketua Umum Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI-Polri (FKPPI) itu.
(ven)