Sri Mulyani Akui Daya Saing Indonesia Masih Lemah
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mengakui daya saing masih perlu digenjot untuk meningkatkan ekonomi. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan, daya saing Indonesia masih lemah dibandingkan negara lainnya, termasuk di kawasan ASEAN.
Sri Mulyani mengatakan, hal ini dikarenakan masih belum selesainya kebijakan untuk menghilangkan hambatan yang bisa membuat daya saing Indonesia semakin maju.
"Kalau kita lihat indeks competitivenes kita ini lemah dimana dari daya sisi produksi masih lemah karena masih adanya kemiskinan," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Sri Mulyani pun mengungkapkan hambatan yang perlu diselesaikan dalam meningkatkan daya saing produksi, yakni memperbaki distribusi logistik serta menurunkan pengangguran di Indonesia.
"Kita memberikan prioritas yang mana apa yang disebut kemajuan dan pemerataan, serta pengangguran yang menurun dan indeks pembangunan manusia kita terus perbaki guna meningkatakan fundamental ekonomi," tegasnya.
Dia menambahkan, pemerintah juga terus menjaga fundamental ekonomi. Salah satunya melakukan intervensi pada ekonomi dalam menghadapi dampak virus corona atau covid-19. "Kita juga ingin punya space dan likuidtas yang longgar dalam meningkatkan ekonomi Indonesia," tambahnya.
Sri Mulyani mengatakan, hal ini dikarenakan masih belum selesainya kebijakan untuk menghilangkan hambatan yang bisa membuat daya saing Indonesia semakin maju.
"Kalau kita lihat indeks competitivenes kita ini lemah dimana dari daya sisi produksi masih lemah karena masih adanya kemiskinan," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Sri Mulyani pun mengungkapkan hambatan yang perlu diselesaikan dalam meningkatkan daya saing produksi, yakni memperbaki distribusi logistik serta menurunkan pengangguran di Indonesia.
"Kita memberikan prioritas yang mana apa yang disebut kemajuan dan pemerataan, serta pengangguran yang menurun dan indeks pembangunan manusia kita terus perbaki guna meningkatakan fundamental ekonomi," tegasnya.
Dia menambahkan, pemerintah juga terus menjaga fundamental ekonomi. Salah satunya melakukan intervensi pada ekonomi dalam menghadapi dampak virus corona atau covid-19. "Kita juga ingin punya space dan likuidtas yang longgar dalam meningkatkan ekonomi Indonesia," tambahnya.
(fjo)