Indef: Corona Ancam Resesi, Kerugian Indonesia Bisa Capai Rp127 T
A
A
A
JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai virus Corona (Covid-19) akan membuat Indonesia terancam mengalami resesi ekonomi. Peneliti Senior Indef Enny Sri Hartati mengatakan, jika pemerintah tidak melakukan terobosoan, ekonomi Indonesia bisa tertekan lebih dalam.
Pertumbuhan ekonomi yang melambat ini, kata dia, membuat Indonesia berpotensi mengalami kerugian yang banyak. Kondisi ini juga bisa memicu lonjakan harga serta inflasi akan tinggi dan ujungnya membuat Indonesia mengalami resesi ekonomi.
"Kalau yang lebih fatalnya kita bisa terkena resesi ekonomi dan ini bisa menimbulkan krisis," ujar Enny saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (9/3/2020).
Dia pun melanjutkan adanya virus corona ini akan membuat sektor industri manufaktur tertentu yang bahan bakunya tergantung dari China mengalami penurun dan akan terjadi kelangkaan. Hal inilah yang membuat inflasi akan melonjak dan akan sulit diantisipasi. Selain itu, asumsi ekonomi pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) juga kemungkinan meleset.
"Sehingga dengan persoalan virus yang bermula di Wuhan ini akan berdampak ke banyak sektor, tidak hanya sektor pariwisata yang terdampak langsung, tapi akan lebih luas dampak ekonominya," jelasnya.
Ekonom Indef Bhima Yudisthira menyebutkan adanya potensi kerugian bagi Indonesia akibat wabah corona. Perhitungannya, jika tahun 2019 produk domestik bruto berlaku mencapai Rp15.833,9 triliun, maka tahun 2020 dengan angka pertumbuhan ekonomi yang dipatok di APBN 5,3% asumsinya menjadi Rp16.673 triliun.
Namun, dengan adanya corona hampir dipastikan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi, dan diproyeksikan potensi kerugian yang dialami Indonesia mencapai Rp127 Triliun. "Jika growth hanya 4,5% maka PDB nilainya Rp16.546 triliun. Ini berarti kita kehilangan Rp127 triliun," jelasnya.
Pertumbuhan ekonomi yang melambat ini, kata dia, membuat Indonesia berpotensi mengalami kerugian yang banyak. Kondisi ini juga bisa memicu lonjakan harga serta inflasi akan tinggi dan ujungnya membuat Indonesia mengalami resesi ekonomi.
"Kalau yang lebih fatalnya kita bisa terkena resesi ekonomi dan ini bisa menimbulkan krisis," ujar Enny saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (9/3/2020).
Dia pun melanjutkan adanya virus corona ini akan membuat sektor industri manufaktur tertentu yang bahan bakunya tergantung dari China mengalami penurun dan akan terjadi kelangkaan. Hal inilah yang membuat inflasi akan melonjak dan akan sulit diantisipasi. Selain itu, asumsi ekonomi pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) juga kemungkinan meleset.
"Sehingga dengan persoalan virus yang bermula di Wuhan ini akan berdampak ke banyak sektor, tidak hanya sektor pariwisata yang terdampak langsung, tapi akan lebih luas dampak ekonominya," jelasnya.
Ekonom Indef Bhima Yudisthira menyebutkan adanya potensi kerugian bagi Indonesia akibat wabah corona. Perhitungannya, jika tahun 2019 produk domestik bruto berlaku mencapai Rp15.833,9 triliun, maka tahun 2020 dengan angka pertumbuhan ekonomi yang dipatok di APBN 5,3% asumsinya menjadi Rp16.673 triliun.
Namun, dengan adanya corona hampir dipastikan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi, dan diproyeksikan potensi kerugian yang dialami Indonesia mencapai Rp127 Triliun. "Jika growth hanya 4,5% maka PDB nilainya Rp16.546 triliun. Ini berarti kita kehilangan Rp127 triliun," jelasnya.
(ind)