Dihantam Wabah Virus Corona, Duka Pariwisata Kita

Selasa, 10 Maret 2020 - 08:15 WIB
Dihantam Wabah Virus...
Dihantam Wabah Virus Corona, Duka Pariwisata Kita
A A A
SEPERTI hari-hari biasa, para turis tampak lalu lalang berjalan kaki di jalan-jalan Kelurahan Ubud pada akhir Februari 2020. Sebagian lagi mengendarai sepeda motor. Hanya saja, ada suatu pemandangan yang berbeda. Hari itu, tak tampak turis asal China. Mereka kebanyakan bule dari Eropa dan Australia.

Ubud adalah barometer wisata di Gianyar dan Bali. Kepala Dinas Pariwisata Daerah (Disparda) Gianyar AA Gede Putrawan mengatakan jumlah kunjungan wisatawan ke Gianyar pada Februari lalu anjlok. Pada Januari 2020, jumlah turis yang datang tercatat 116.452 orang. Namun, pada Februari 2020 tinggal 92.207. “Kemungkinan Maret ini juga turun. Kami tidak bisa berbuat banyak. Ini situasi dunia,” keluh Gede pasrah.

Turunnya jumlah wisatawan yang datang ke Gianyar mendatangkan duka untuk bisnis hotel. Kadek “Rijasa” Wiradana, pemilik Hotel Pillow Inn Ubud, mengungkapkan tingkat hunian di hotelnya hanya 25%. Maknanya, 75% kamar kosong dari penginap. Dia pun mengurangi biaya operasional hotel. “Jalani yang urgen saja, misalnya turunkan harga atau promosi. Kami stop proyek perbaikan,” jelasnya. (Baca: RI Positif Corona, Okupansi Hotel Turun 40 % Dalam Tiga Hari)

Tak hanya Gianyar yang bersedih. Sektor pariwisata Bali juga oleng. Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyebut penurunan wisatawan secara tahunan sudah mencapai 50%. Pada Februari, tingkat keterisian atau okupansi hotel di Bali 65%. Sekarang menjadi tinggal 30%–35%. “Artinya, 65%–70% kamar hotel kosong,” ujar pria yang akrab disapa Cok Ace itu kepada CNBC Indonesia pada Rabu, 4 Maret lalu.

Penurunan kunjungan wisatawan di Bali terjadi menyusul penutupan rute penerbangan dari dan menuju China. Market share wisatawan di Bali dari Tiongkok mencapai 18%. Tragisnya, kehilangan pasar dari China tersebut pada akhirnya disusul juga dengan penurunan kunjungan wisatawan dari negara-negara lain. “Sekarang kan Korea juga yang merupakan potential market kita kena masalah. Singapura yang jadi hub kita pun kena masalah,” keluhnya.

Selama ini, rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Bali mencapai enam juta turis per tahun. Turis domestik mencapai delapan juta orang per tahun. Turis domestik sempat menguasai pasar pariwisata Bali sebelum harga tiket pesawat melonjak tinggi. Tahun lalu, dengan harga tiket pesawat yang mahal, turis domestik turun 40%.

Itulah gambaran di Bali. Secara nasional, Ketua Umum Persatuan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengungkap data yang tak jauh beda. Gara-gara virus korona, menurutnya, sudah terjadi 40.000 pembatalan kamar hotel dengan total nilai kerugian sebesar Rp1 triliun.

Menurut PHRI, khusus Batam dan Bintan, tingkat keterisian hotel pada Januari dan Februari 2020 turun berkisar 30%–40% jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Rata-rata okupansi atau tingkat keterisian saat ini anjlok di kisaran 20%–30%.

Selanjutnya, penurunan okupansi di Bali berkisar 60%–80%, khususnya di daerah favorit turis Tiongkok, yaitu Nusa Dua, Tuban, dan Legian, Kuta. Rata-rata okupansi hotel saat ini hanya mencapai 30%–40% dari kapasitas hotel. Di Manado, biasanya tercatat 70% turis yang masuk berasal dari China.

Bukan hanya hotel yang menjerit. Bisnis travel juga setali tiga uang. Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno bilang bahwa pada Januari sampai Maret 2020, telah terjadi penurunan penjualan mencapai 60%. Banyak calon pelancong yang sebelumnya memesan tiket malah memilih melakukan pembatalan. “Pembatalan perjalanan baik yang ke luar negeri maupun di dalam negeri sudah 80%. Bisa lebih juga dalam waktu dekat,” ujarnya.

Akibatnya, sudah banyak juga perusahaan yang tak tahan. Mereka menurunkan bendera bisnisnya. Mereka yang bertahan menjalankan sistem shift bagi pegawainya. Ada juga perusahaan yang meliburkan karyawannya selama seminggu secara bergantian. Artinya, jatah kerja pegawai dipangkas jadi separuh.

Stimulus

Deputi Pemasaran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nia Niscaya menyebut ada tiga destinasi wisata domestik yang paling terdampak akan isu virus korona. Tiga destinasi wisata itu adalah Bali, Manado, dan Kepulauan Riau (Kepri).Tiga destinasi tersebut memiliki dampak yang berbeda. Bali dampaknya ke overseas (wisman). Soalnya, Bali merupakan pilihan wisman. “Jadi, tidak hanya wisatawan Tiongkok saja, tapi juga lainnya,” jelasnya.

Kerugian Manado juga sangat parah. Soalnya, daerah ini mengandalkan wisatawan dari Tiongkok. Tutupnya penerbangan dari dan ke Tiongkok membuat destinasi wisata Manado lumpuh. (Baca juga: Wabah Corona Meluas, Ekonom: Kebijakan Ekonomi RI Bakal Tumpul)

Sementara itu, Kepri terbagi menjadi dua daerah yang terdampak isu virus korona, yaitu Bintan dan Batam. Batam menyasar wisatawan Singapura, sedangkan Bintan menyasar wisatawan Tiongkok. “Jadi, sudah pasti mereka kena, sudah pasti terdampak. Itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),” lanjutnya.

Bukan berarti destinasi wisata lain tidak mengalami dampak dari isu virus corona. Ia mengatakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) akan berfokus pada destinasi wisata lainnya yang belum berdampak signifikan. “Salah satu caranya dengan memberlakukan pola strategic partner (rekan strategis) lewat penerbangan dan hotel,” katanya.

Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio menyebut akan memberikan stimulus atau insentif bagi sektor pariwisata yang terkena dampak isu virus corona. Hanya saja, belakangan pemerintah sepertinya sudah berubah pikiran. Menteri Wishnutama mengatakan mesti menunda insentif itu. “Ditunda, di-review dulu. Sampai lebih jelas lagi kondisinya,” tuturnya.

Sementara itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan insentif diskon tiket pesawat hingga 50% masih tetap berjalan. Sebab, insentif itu diberikan untuk wisatawan domestik. “Ya, sekarang kan baru mau dijalanin. Tinggal tanggalnya kapan mau dilaksanakan. Sudah firm, enggak perlu dievaluasi. Setelah tiga bulan, baru nanti dievaluasi,” tuturnya.

Pemerintah menyediakan Rp298,5 miliar secara khusus untuk sektor pariwisata. Secara rinci, dana tersebut merupakan insentif untuk maskapai dan agen travel sebesar Rp98,5 miliar, anggaran promosi wisata Rp103 miliar, kegiatan pariwisata Rp25 miliar, dan influencer Rp72 miliar.

Kemudian, telah ditetapkan pula insentif secara khusus untuk kunjungan wisman ke sepuluh destinasi pariwisata, yakni Danau Toba, Yogyakarta, Malang, Manado, Bali, Mandalika, Labuan Bajo, Bangka Belitung, Batam, dan Bintan.
BPS melansir jumlah kunjungan wisman ke Indonesia turun 7,62% pada Januari 2020. Kunjungan wisman menurun dari sejumlah negara, seperti Singapura, Malaysia, Jepang, hingga Australia.

Pada Januari 2020, jumlah kunjungan wisman hanya sebesar 1,27 juta. Jumlah itu lebih rendah dari Desember 2019, yakni sebesar 1,37 juta kunjungan. Meski demikian, jumlah itu masih sedikit lebih tinggi dari Januari 2019 sebanyak 1,2 juta kunjungan.

Wabah virus corona mulai menyerang pada pekan terakhir Januari. Sayang, data BPS baru sampai Januari 2020. Akibatnya, belum kelihatan dengan jelas seberapa besar dampak wabah ini terhadap penurunan kunjungan wisman di Indonesia. (Miftah H. Yusufpati)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0158 seconds (0.1#10.140)