Sumbangan Ekraf Terhadap Ekonomi Nasional Diproyeksi Naik 7,44%

Rabu, 11 Maret 2020 - 10:49 WIB
Sumbangan Ekraf Terhadap Ekonomi Nasional Diproyeksi Naik 7,44%
Sumbangan Ekraf Terhadap Ekonomi Nasional Diproyeksi Naik 7,44%
A A A
JAKARTA - Sektor ekonomi kreatif (ekraf) mempunyai potensi besar menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia ke depan. Untuk itu Indonesia harus mengambil peran, terlebih PBB telah menyetujui tahun 2021 sebagai "International Year of Creative Economy for Sustainable Development" dimana Indonesia menjadi inisiator dalam resolusi tersebut.

"Indonesia menjadi salah satu negara di dunia yang diperhitungkan dalam bisnis ekonomi kreatif di tingkat dunia," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio dalam pernyataanya di Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Di tahun 2019, 17 subsektor ekonomi kreatif memberi kontribusi besar dalam perekonomian tanah air. Berdasarkan data yang dihimpun dalam OPUS Ekonomi Kreatif tahun 2019, ekonomi kreatif berontribusi sebesar Rp1105 triliun terhadap PDB nasional.

Hal itu menempatkan Indonesia di posisi ketiga setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam jumlah kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB negara. Diperkirakan kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional tahun ini meningkat 7,44%.

Tidak sampai di situ, produk ekonomi kreatif nasional juga memiliki jumlah ekspor yang tinggi. Di tahun 2017 jumlahnya mencapai angka 20.50 miliar dolar AS. Sektor ekonomi kreatif juga memiliki serapan tenaga kerja yang tinggi, mencapai angka 17 juta orang di tahun 2019.

"Jumlah tenaga kerja kita sangat banyak dibandingkan dengan tenaga kerja di regional yang lain. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat dengan 4,7 juta pekerja mampu menghasilkan USD20 miliar. Sudah sepatutnya kita bisa mengambil potensi ini dengan baik," kata Wishnutama.

Meski berkembang signifikan, Wishnutama mengakui masih ada pekerjaan rumah dalam mengembangkan ekonomi kreatif tanah air diantaranya regulasi maupun ekosistem dalam menghadapi persaingan global di era Revolusi Industri 4.0.

Hal yang juga harus digarap serius adalah bagaimana membangun ekosistem yang kondusif agar produk lokal dapat menjadi pemimpin di pasar sendiri bahkan dunia. Saat ini perbandingan jumlah produk kreatif lokal dengan impor di market place masih tidak seimbang.

Di layanan e-commerce Indonesia saat ini, 70% diisi produk ekonomi kreatif dari luar negeri sedangkan ekonomi kreatif lokal hanya mengisi tidak lebih dari 10%. Hal serupa juga terjadi untuk pasar offline.

Untuk itu Wishnutama mengatakan pihaknya tengah mendorong lahirnya regulasi yang melindungi perkembangan ekonomi kreatif domestik. "Kita harus dapat menciptakan ekosistem yang kondusif agar produk lokal kita dapat menjadi pemimpin di pasar kita sendiri,” katanya.

Tidak kalah penting adalah transfer pengetahuan dan kemampuan untuk pelaku kreatif di Indonesia. Saat ini pelaku industri ekonomi kreatif di dunia sudah banyak yang memanfaatkan analisis big data serta artificial intelligence sehingga bisa memprediksi selera dan kemauan pasar. Juga melakukan produksi secara presisi dari sisi jumlah dan waktu. “Ini adalah hal yang sangat penting untuk kita terus bangun agar industri kita dapat survive juga dalam berkompetisi," tandasnya.

Lebih lanjut dia menekankan pentingnya mengembangkan bibit unggul entrepreneur ekonomi digital di kalangan milenial dalam menciptakan karya kreatif. Sebagai tahap awal, kata Wishnutama, ke depan akan dibangun creative hub di 5 destinasi super prioritas; Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. Creative hub sebagai ruang berkreasi bagi masyarakat lokal setempat itu sekaligus akan menjadi media dalam menciptakan kemandirian ekonomi daerah.

"Lokasi ini akan digunakan untuk memaksimalkan potensi masyarakat seperti workshop, showcase, weekly creative event, dan sebagainya. Menghadirkan program mentoring dan business matching berkelanjutan untuk wirausaha muda ekonomi kreatif," kata Wishnutama.

Sebanyak 17 subsektor ekonomi kreatif yang dimiliki Indonesia yakni arsitektur, desain interior, desain-komunikasi-visual (DKV), desain produk, fashion, film-animasi-video, fotografi periklanan, kerajinan (kriya), kuliner, musik, aplikasi, pengembangan permainan, penerbitan, periklanan, tv dan radio, seni pertunjukkan, dan seni rupa.

"Dengan program-program inkubasi terpadu, ditargetkan akan lahir banyak karya-karya ekonomi kreatif terobosan untuk kebutuhan pasar yang kekinian. Mewujudkan sektor ekonomi kreatif yang punya potensi luar biasa, menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia kedepan," pungkasnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8648 seconds (0.1#10.140)