Wishnutama Dorong Agen Wisata di Indonesia Miliki Platform Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Wishnutama Kusubandio mendorong ASITA (Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies) memiliki platform digital untuk mempersiapkan prediksi lonjakan wisatawan pasca pandemi Covid-19.
Wishnutama menjelaskan, saat ini teknologi dan media digital memberi cara baru dalam rutinitas dan kehidupan yang akan menjadi "New Normal". Terlebih, gaya hidup, mencari informasi, memperbandingkan antar produk, memesan paket wisata, dan berbagi informasi kini telah dilakukan secara digital.
"Pandemi ini akan membawa kita pada kondisi "New Normal". Ini yang akan segera kita alami dalam industri pariwisata kita. Meskipun berbagai macam teknologi yang kita gunakan seperti virtual reality (VR) sangat canggih, namun tidak bisa menggantikan experience ketika kita berkunjung langsung ke destinasi wisata," kata Wishnutama dalam keterangan tertulis, Minggu (3/5/2020).
Wishnutama menjelaskan, era digital memang menjadi tantangan yang berat bagi travel agen secara umum. Platform digital diyakini sangat dibutuhkan dalam ekosistem pariwisata yang mempertemukan buyer dan seller, dimana semua travel agent, akomodasi, atraksi dikumpulkan untuk bertransaksi, terlebih dalam mempersiapkan lonjakan wisatawan pasca pandemi Covid-19.
"Teman-teman ASITA harus mencari potensi apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini, suka tidak suka mau tidak mau, era digital suatu keniscayaan, dan ini tantangan buat ASITA," tambahnya.
Selain itu, Kemenparekraf tengah berkoordinasi dengan para stakeholder pariwisata untuk mempersiapkan lonjakan wisatawan tersebut dengan membuat paket wisata menarik dan kompetitif. Sehingga setelah masa pandemi ini selesai, pihaknya langsung gencar melakukan promosi, baik dalam atau luar negeri.
"Tentunya sebagai langkah awal menggerakan wisatawan Nusantara dengan membuat paket wisata yang kompetitif. Kami juga sudah berkomunikasi dengan Garuda dan jaringan hotel untuk membuat paket-paket menarik. Nanti setelah pandemi selesai kita siap menyambut wisatawan," terangnya.
Tren wisata dan paradigma baru, kata Wishnutama, pasca pandemi Covid-19 diperkirakan akan terjadi. Hal tersebut mengarah pada kesehatan dan kenyamanan di berbagai sektor mulai dari atraksi, akomodasi, preferensi produk, transportasi, hingga label higienis.
"Pembangunan pariwisata ke depan, kita akan fokuskan ke hal-hal yang sangat prinsip misalnya toilet bersih, sanitasi dan higienitas. Sebagai salah satu contoh, toilet yang ada di Mandalika dibuat setara dengan toilet hotel berbintang. Nantinya kita harapkan terdapat semacam sertifikasi tempat wisata atau hotel memenuhi kriteria tersebut, aman dari sisi keamanan, kesehatan terjamin dan ini menjadi hal yang sangat penting," katanya.
Ia juga menceritakan saat berbicara dalam forum G20, ia mendorong seluruh negara terus bekerja sama dalam menyiapkan standar baru dalam menyikapi dinamika perubahan global akibat pandemi Covid-19 di sektor kepariwisataan.
"Dibutuhkan kerjasama yang kuat untuk mendorong dunia dalam mitigasi dan pemulihan situasi. Baik selama pandemi dan pasca pandemi. Indonesia siap untuk membantu, dalam merumuskan kebijakan global dan menerapkan norma dan standar baru," pungkasnya.
Wishnutama menjelaskan, saat ini teknologi dan media digital memberi cara baru dalam rutinitas dan kehidupan yang akan menjadi "New Normal". Terlebih, gaya hidup, mencari informasi, memperbandingkan antar produk, memesan paket wisata, dan berbagi informasi kini telah dilakukan secara digital.
"Pandemi ini akan membawa kita pada kondisi "New Normal". Ini yang akan segera kita alami dalam industri pariwisata kita. Meskipun berbagai macam teknologi yang kita gunakan seperti virtual reality (VR) sangat canggih, namun tidak bisa menggantikan experience ketika kita berkunjung langsung ke destinasi wisata," kata Wishnutama dalam keterangan tertulis, Minggu (3/5/2020).
Wishnutama menjelaskan, era digital memang menjadi tantangan yang berat bagi travel agen secara umum. Platform digital diyakini sangat dibutuhkan dalam ekosistem pariwisata yang mempertemukan buyer dan seller, dimana semua travel agent, akomodasi, atraksi dikumpulkan untuk bertransaksi, terlebih dalam mempersiapkan lonjakan wisatawan pasca pandemi Covid-19.
"Teman-teman ASITA harus mencari potensi apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini, suka tidak suka mau tidak mau, era digital suatu keniscayaan, dan ini tantangan buat ASITA," tambahnya.
Selain itu, Kemenparekraf tengah berkoordinasi dengan para stakeholder pariwisata untuk mempersiapkan lonjakan wisatawan tersebut dengan membuat paket wisata menarik dan kompetitif. Sehingga setelah masa pandemi ini selesai, pihaknya langsung gencar melakukan promosi, baik dalam atau luar negeri.
"Tentunya sebagai langkah awal menggerakan wisatawan Nusantara dengan membuat paket wisata yang kompetitif. Kami juga sudah berkomunikasi dengan Garuda dan jaringan hotel untuk membuat paket-paket menarik. Nanti setelah pandemi selesai kita siap menyambut wisatawan," terangnya.
Tren wisata dan paradigma baru, kata Wishnutama, pasca pandemi Covid-19 diperkirakan akan terjadi. Hal tersebut mengarah pada kesehatan dan kenyamanan di berbagai sektor mulai dari atraksi, akomodasi, preferensi produk, transportasi, hingga label higienis.
"Pembangunan pariwisata ke depan, kita akan fokuskan ke hal-hal yang sangat prinsip misalnya toilet bersih, sanitasi dan higienitas. Sebagai salah satu contoh, toilet yang ada di Mandalika dibuat setara dengan toilet hotel berbintang. Nantinya kita harapkan terdapat semacam sertifikasi tempat wisata atau hotel memenuhi kriteria tersebut, aman dari sisi keamanan, kesehatan terjamin dan ini menjadi hal yang sangat penting," katanya.
Ia juga menceritakan saat berbicara dalam forum G20, ia mendorong seluruh negara terus bekerja sama dalam menyiapkan standar baru dalam menyikapi dinamika perubahan global akibat pandemi Covid-19 di sektor kepariwisataan.
"Dibutuhkan kerjasama yang kuat untuk mendorong dunia dalam mitigasi dan pemulihan situasi. Baik selama pandemi dan pasca pandemi. Indonesia siap untuk membantu, dalam merumuskan kebijakan global dan menerapkan norma dan standar baru," pungkasnya.
(bon)