Himpuh: Virus Corona Tidak Menurunkan Minat Umrah

Kamis, 12 Maret 2020 - 11:01 WIB
Himpuh: Virus Corona Tidak Menurunkan Minat Umrah
Himpuh: Virus Corona Tidak Menurunkan Minat Umrah
A A A
VIRUS corona (COVID-19) akhirnya “menjangkiti” bisnis umrah. Lewat pernyataan resmi pada 5 Maret 2020, Pemerintah Arab Saudi menangguhkan sementara pelaksanaan ibadah umrah dari 23 negara, termasuk Indonesia. Akibatnya, bisnis umrah terganggu. Bukan hanya perusahaan jasa haji dan umrah, “infeksi” ini juga dirasakan vendor, penyedia koper, perlengkapan seperti mukena, kain ihram, serta jasa handling bandara.

“Dampaknya luas. Ditambah kesulitan yang kami hadapi di masalah hotel dan visa,” ujar HM Firman Taufik, Wakil Sekjen Dalam Negeri Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus (Himpuh). Berikut petikan wawancaranya dengan Efi Susiyanti dari SINDO Weekly pada Kamis pekan lalu.

Benarkah Arab Saudi menangguhkan umrah selama setahun?
Berita itu belum valid. Saya berpegang pada informasi dari Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia serta Kementerian Haji, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi, termasuk KBRI serta KJRI.

Jadi, sebenarnya penangguhannya sampai kapan?
Belum ada informasi yang valid kapan akan dibuka lagi. Namun, kalau ditutupnya sudah.

Kapan?
Ada dua informasi yang saya terima. Menurut Kementerian Kesehatan Arab Saudi 30 Mei, sedangkan menurut Kementerian Haji Arab Saudi 15 April. Soal kapan dibukanya, belum ada berita.

Bagaimana respons Himpuh?
Himpuh jelas prihatin karena datangnya tiba-tiba. Pada 27 Februari, Arab Saudi pertama menutup akses visa dulu. Lalu, disusul dengan pernyataan resmi bahwa mereka menolak kedatangan warga dari 23 negara, termasuk kita. Kami menyayangkan hal itu.

Berapa calon jemaah yang gagal berangkat?
Kawan-kawan mendata ada sekitar 13.579 calon jemaah umrah yang akan berangkat pada Maret dan April. Itu baru dari anggota Himpuh, belum lagi asosiasi yang lain. Kami angkat topi dengan kecepatan Kemenag bergerak.

Kami sebagai asosiasi, airlines, dan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada 28 Februari berkumpul membicarakan masalah ini. Alhamdulillah, ada kebijakan yang berpihak kepada kami. Kemenag dan Kemenhub meminta kepada airlines jangan sampai ada kerugian untuk jemaah.

Berapa potensi ekonomi yang hilang?
Menurut hitungan kasar, rata-rata paket umrah kan minimal Rp20 juta. Jadi, kalau ada 13.579 calon, tinggal dikalikan saja. Itu potensi kerugian dari kami, belum yang lain. Pemerintah Arab Saudi katanya akan mengembalikan semua dana visa.

Namun, sampai saat ini enggak ada realisasinya. Kalau kami tanya kepada provider visa, mereka juga belum bisa menjawab tegas terkait pengembalian dana visa tersebut dalam bentuk deposit atau dikembalikan utuh.

Bagaimana upaya Himpuh meminimalisasi kerugian ini?
Masih dibahas pengurus. Namun, dari rumusan yang sudah dibuat, kira-kira ada beberapa hal yang akan kami sampaikan kepada anggota. Pertama, mengingat sudah ada kebijakan dari beberapa airlines untuk melakukan refund tanpa kena penalti, Himpuh mendorong kawan-kawan untuk segera melakukan itu.

Jadi, jangan berspekulasi ini buka 15 Maret, ada yang bilang 15 April, ada yang bilang Mei; atau nanti jemaah bisa kami berangkatkan lagi, reservasi ulang hotel maupun pesawat, dan sebagainya. Kedua, kami tekankan kepada anggota Himpuh semaksimal mungkin untuk mengembalikan dana yang telah dibayarkan masyarakat kalau memang terjadi pembatalan.

Mana saja airlines yang bersedia refund?
Jadi, yang saya tahu persis Saudi Air, Emirate, dan Etihad. Kita boleh melakukan refund 100% tanpa dikenakan penalti.

Bagaimana nasib jemaah?
Sejauh ini, tentu ada komplain. Kami saja sebagai operator kaget, apalagi jemaah. Namun, Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi memberikan pernyataan yang sama bahwa kejadian ini bukan rekayasa. Kami sampaikan kepada para calon jemaah, semua beritanya valid. Kami tunjukkan surat-suratnya langsung dari KJRI, KBRI Jedah, Riyad, Kementerian Haji Arab Saudi, dan Kementerian Kesehatan Arab Saudi. Bisa dikatakan bahwa kawan-kawan bisa menenangkan jemaahnya.

Jika umrah kembali dibuka, itu artinya tidak ada kekhawatiran soal virus corona lagi?
Kalau Pemerintah Arab Saudi kembali membuka umrah, pasti mereka akan mempertimbangkan banyak hal. Artinya, soal keamanan dan potensi penularan serta lain sebagainya dipikirkan. Kalau saya melihat animo masyarakat, virus corona mencuat sejak Desember 2019. Namun, pendaftar umrah kami pada Januari dan Februari enggak ada penurunan. Jadi, mereka enggak peduli ada korona atau tidak.

Saat ini, berapa jemaah Indonesia di Arab Saudi?
Perkiraan kami sampai 15 Maret atau 14 Maret, sekitar 4.000-an jemaah Indonesia.

Kapan akan dipulangkan?
Dipulangkan insyaallah. Grup saya sendiri baru pulang semalam. Artinya, pemulangan itu lancar-lancar saja.

Ada kendala?
Ada satu kendala. Kawan-kawan yang berangkat sebelum berita 27 Februari, tujuannya memang umrah. Namun, mereka main dulu ke negara atau kota lain, seperti Istanbul, Mesir, atau Aqsa.

Ketika sudah ke sana, visa mereka ditutup. Ada 153 jemaah dari anggota Himpuh yang sempat tertahan di Yordania. Mereka seharusnya pulang pada 2 Maret dini hari waktu Aman, Yordania.

Apakah mereka membayar lagi?
Alhamdulillahnya enggak. Mereka memakai penerbangan Emirate, sayangnya sempat tertahan dua hari di Yordania karena jumlahnya terlalu banyak. Mereka enggak jadi umrah.

Tidak ada kompensasi?
Tidak. Kami punya bukti bahwa ini bukan rekayasa dan lain sebagainya. Apalagi, dalam kondisi mereka sudah berangkat. Artinya, yang sudah terbiasa bepergian pasti tahu soal hangusnya biaya dan lain sebagainya. Justru yang jadi masalah justru yang belum pergi.

Apa saja upaya pemerintah?
Saya baru mendengar dari ketua umum kami bahwa kami akan dipanggil lagi oleh Kemenag pekan depan. Kami akan membahas solusi untuk mereka yang belum berangkat. Sebab, kalau semuanya menunggu, saat visa dibuka pada 15 Maret, bisa terjadi rush. Pasti ramai.
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6843 seconds (0.1#10.140)