Wall Street Menderita 12% Akibat Corona, Hari Terburuk Sejak 1987

Selasa, 17 Maret 2020 - 09:22 WIB
Wall Street Menderita 12% Akibat Corona, Hari Terburuk Sejak 1987
Wall Street Menderita 12% Akibat Corona, Hari Terburuk Sejak 1987
A A A
NEW YORK - Pasar saham Amerika Serikat alias wall Street menderita pada perdagangan Senin waktu setempat. Ini menjadi hari terburuk sejak peristiwa kejatuhan pasar saham "Black Monday" di tahun 1987. Wall Street telah terkoreksi selama tiga hari. Stimulus moneter dari Federal Reserve belum mampu memulihkan pasar keuangan akibat infeksi virus corona.

Melansir dari CNBC, Selasa (17/3/2020), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 2.997,10 poin atau 12,9% ke level 20.188,52. Bahkan 30 saham yang diperdagangkan di Dow Jones jatuh lebih dari 3.000 poin menjelang penutupan perdagangan.

Indeks S&P 500 juga turun 12% menjadi 2.386,13, mencapai level terendah sejak Desember 2018. Demikian pula indeks Nasdaq yang oleng 12,3% ke posisi 6.904,59, menjadi hari terburuk bagi Nasdaq.

"Pasar tidak bisa beristirahat karena pandemi Covid-19 mendominasi berita utama di dunia. Berita tentang pandemi terus memburuk sehingga investor melakukan aksi jual. Pandemi Covid-19 menjadi masalah yang jauh lebih besar dari sekadar ekonomi," ujar Frank Cappelleri, direktur eksekutif di Instinet.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengatakan kasus corona menjadi wabah terburuk dan bisa berlangsung hingga Agustus mendatang. Ekonomi AS, kata Trump, kemungkinan bisa menuju perlambatan.

"Jika itu berlangsung hingga Agustus, berarti kita mungkin mengalami kontraksi pada kuartal kedua dan kuartal ketiga, dan itu berarti resesi," kata ahli strategi BNY Mellon, Liz Young kepada CNBC.

Kerugian di hari Senin, membuat Dow Jones telah turun 31,7% sepanjag pekan ini, menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Lebih buruk dari kehancuran Black Monday di tahun 1987, yang ketika itu jatuh lebih dari 22%. Adapun S&P 500 dan Nasdaq telah tekor 29% sepanjang pekan ini, lebih buruk dari kinerja mereka di bulan lalu.

Perdagangan indeks S&P 500 bahkan sempat dihentikan selama 15 menit setelah pembukaan karena menurun hingga 8%, demi memutuskan sirkuit. Ini merupakan penghentian perdagangan (trading halt) ketiga kalinya dalam sepekan.

Adapun kebijakan moneter The Fed belum berfungsi di pasar, karena investor menilai kasus corona belum mencapai puncak di AS, sehingga mereka tidak merasa aman untuk mengambil risiko untuk membeli saham.

Sementara itu, The Fed dan Gedung Putih sedang mempersiapkan keringanan pajak untuk konsumen untuk meningkatkan optimisme investor di pasar saham.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3729 seconds (0.1#10.140)