Kondisi Kronis Rupiah Bisa Berdampak ke PHK Massal
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai pelemahan rupiah yang terus menerus dapat mengancam ekonomi Indonesia. Bhima menambahkan kondisi kronis rupiah bisa berdampak kepada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal akibat banyak dunia usaha yang tertekan.
"Akibat virus corona, perang dagang, dan rendahnya harga komoditas telah menekan rupiah. Ini membuat dunia usaha melemah dan melakukan efisiensi karyawan besar-besaran. PHK ini terjadi hampir di semua sektor, dari manufaktur, pariwisata, perbankan dan startup. PHK akan semakin melemahkan daya beli masyarakat," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (17/3/2020).
Dia melanjutkan bahwa kondisi rupiah yang terus tertekan juga berdampak pada perlambatan ekonomi Indonesia. Bhima memprediksi ekonomi Indonesia di tahun 2020 ini, akan tumbuh di kisaran 4,5%-4,8%.
"Tahun 2008 saat krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 6,1% baru setelahnya turun tajam ke 4,5%. Jadi kondisi saat ini jauh lebih berisiko dibandingkan krisis keuangan tahun 2008," jelasnya.
Selain itu, mata uang garuda yang masih sakit ini akan membuat aliran modal asing terus keluar. Sepanjang tahun berjalan, tercatat investor asing melakukan aksi jual atau nett sells sebesar Rp16 triliun. IHSG pun turun 24% diperiode yang sama.
"Sementara itu, kurs rupiah terhadap dolar AS melemah 5,41% sepanjang tahun ini sebagai akibat dari keluarnya dana asing," jelasnya.
"Akibat virus corona, perang dagang, dan rendahnya harga komoditas telah menekan rupiah. Ini membuat dunia usaha melemah dan melakukan efisiensi karyawan besar-besaran. PHK ini terjadi hampir di semua sektor, dari manufaktur, pariwisata, perbankan dan startup. PHK akan semakin melemahkan daya beli masyarakat," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (17/3/2020).
Dia melanjutkan bahwa kondisi rupiah yang terus tertekan juga berdampak pada perlambatan ekonomi Indonesia. Bhima memprediksi ekonomi Indonesia di tahun 2020 ini, akan tumbuh di kisaran 4,5%-4,8%.
"Tahun 2008 saat krisis subprime mortgage di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 6,1% baru setelahnya turun tajam ke 4,5%. Jadi kondisi saat ini jauh lebih berisiko dibandingkan krisis keuangan tahun 2008," jelasnya.
Selain itu, mata uang garuda yang masih sakit ini akan membuat aliran modal asing terus keluar. Sepanjang tahun berjalan, tercatat investor asing melakukan aksi jual atau nett sells sebesar Rp16 triliun. IHSG pun turun 24% diperiode yang sama.
"Sementara itu, kurs rupiah terhadap dolar AS melemah 5,41% sepanjang tahun ini sebagai akibat dari keluarnya dana asing," jelasnya.
(ven)