BI Masih Punya Ruang Tekan Suku Bunga Acuan
A
A
A
JAKARTA - Bank Mandiri melihat masih terdapat ruang untuk menurunkan suku bunga kebijakan BI 7 days reverse repo rate atau suku bunga acuan sebanyak 25 bps menjadi 4,5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Kamis (19/3). Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, ruang penurunan tersebut didorong oleh langkah pre-emptive yang dilakukan BI dalam mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi global.
Terutama akibat penyebaran virus Covid-19 dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini. Pada sisi lain laju inflasi masih relatif stabil dan terkendali, meskipun beberapa waktu terakhir terdapat kenaikan beberapa bahan makanan dan kebutuhan pokok seperti gula pasir dan bawang merah.
Inflasi sampai Februari 2020 secara tahunan tercatat sebesar 2,98%, masih dalam rentang target BI yang sebesar 2,0-4,0%. "Kami memperkirakan sepanjang tahun ini inflasi akan berada pada level 3,25%,” kata Andry di Jakarta.
Industri perbankan juga sudah mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi karena dampak dari penyebaran virus Covid-19, dan terus memantau perkembangan dari dampak penyebaran Covid-19 di dalam negeri. Kondisi ke depan memang masih sangat sulit untuk diprediksi. "Meski demikian, Kami telah menyiapkan berbagai skenario dari dampak ekonomi penyebaran Covid-19 ini. Secara umum, kami berusaha sekuat mungkin untuk menjaga stabilitas beberapa indikator, terutama kualitas aset dan likuiditas di tengah masih tingginya ketidakpastian ke depan,” ujar Andry.
Adapun kondisi perbankan hingga Februari 2020 masih sangat baik dan pertumbuhan kredit serta perbaikan kualitas asset masih sejalan dengan target perseroan. Sementara di kuartal kedua, bank akan melakukan penyesuaian dengan tetap memperhatikan likuiditas dan kualitas asset.
Untuk suku bunga kredit sendiri sebetulnya di bulan Januari dan Februari sudah lebih rendah dibandingkan akhir tahun lalu karena transmisi moneter penurunan suku bunga acuan di akhir tahun lalu. "Ke depan, tentu kami akan melihat berbagai faktor ekonomi yang berkembang,” ungkap Andry.
Terutama akibat penyebaran virus Covid-19 dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini. Pada sisi lain laju inflasi masih relatif stabil dan terkendali, meskipun beberapa waktu terakhir terdapat kenaikan beberapa bahan makanan dan kebutuhan pokok seperti gula pasir dan bawang merah.
Inflasi sampai Februari 2020 secara tahunan tercatat sebesar 2,98%, masih dalam rentang target BI yang sebesar 2,0-4,0%. "Kami memperkirakan sepanjang tahun ini inflasi akan berada pada level 3,25%,” kata Andry di Jakarta.
Industri perbankan juga sudah mengantisipasi risiko perlambatan ekonomi karena dampak dari penyebaran virus Covid-19, dan terus memantau perkembangan dari dampak penyebaran Covid-19 di dalam negeri. Kondisi ke depan memang masih sangat sulit untuk diprediksi. "Meski demikian, Kami telah menyiapkan berbagai skenario dari dampak ekonomi penyebaran Covid-19 ini. Secara umum, kami berusaha sekuat mungkin untuk menjaga stabilitas beberapa indikator, terutama kualitas aset dan likuiditas di tengah masih tingginya ketidakpastian ke depan,” ujar Andry.
Adapun kondisi perbankan hingga Februari 2020 masih sangat baik dan pertumbuhan kredit serta perbaikan kualitas asset masih sejalan dengan target perseroan. Sementara di kuartal kedua, bank akan melakukan penyesuaian dengan tetap memperhatikan likuiditas dan kualitas asset.
Untuk suku bunga kredit sendiri sebetulnya di bulan Januari dan Februari sudah lebih rendah dibandingkan akhir tahun lalu karena transmisi moneter penurunan suku bunga acuan di akhir tahun lalu. "Ke depan, tentu kami akan melihat berbagai faktor ekonomi yang berkembang,” ungkap Andry.
(akr)