Pelemahan Ekonomi Dampak Covid-19 Masih Akan Membayangi Enam Bulan ke Depan
A
A
A
JAKARTA - Pelemahan ekonomi dampak dari pandemi virus corona atau Covid-19 diperkirakan bisa terus berlangsung empat hingga enam bulan ke depan. Hal ini membuat pemerintah perlu memikirkan stimulus agar sektor ekonomi bergariah kembali setelah pandemi ini lewat.
"Meski bukan yang utama harus dipikirkan sekarang, tapi stimulus peningkatan investasi dan ekonomi juga harus disiapkan pemerintah. Pandemi ini bisa membuat ekonomi mandek hingga enam bulan," kata Kepala Departemen Ekonomi Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri di Jakarta.
Menurutnya, dunia usaha saat ini terperangkap dalam situasi yang sangat tidak diuntungkan. Perlambatan ekonomi sudah mulai terjadi ditandai dengan dua permasalahan utama. Pertama soal suplai yang pasti akan berkurang karena imbauan masif untuk bekerja dari rumah.
"Padahal, 80 persen pekerjaan menyangkut ekonomi di dunia, tidak bisa dari rumah. Pekerja pabrik contoh paling mudahnya. Ini tentu berpengaruh besar pada suplai yang akan berkurang," kata Yose Rizal.
Permasalahan selanjutnya adalah soal permintaan yang juga akan terus berkurang di beberapa sektor. Salah satu yang paling terpukul dari awal pandemi Covid-19 adalah sektor pariwisata dan rekreasi. "Karena orang tidak bisa bekerja efektif, mungkin income akan turun dan tentu ini berdampak pada permintaan serta konsumsi total," paparnya.
Desakan untuk mengambil pilihan melakukan karantina, menurutnya juga akan berdampak parah pada perekonomian. Konsumsi barang-barang yang sifatnya tersier akan jatuh, orang-orang akan beralih ke konsumsi dasar. Sementara dunia usaha juga akan kesulitan menjaga stabilitas produksi mereka.
Secara ekonomi, Yose Rizal berpendapat saat ini pemerintah perlu memastikan ketersediaan berbagai kebutuhan mendasar bisa tercukupi. Karena permintaan akan barang-barang ini akan terus meningkat jelang puncak pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal ini harus menjadi prioritas, selain tentunya memastikan langkah-langkah kesehatan seperti tes masif dan peningkatan fasilitas terus dilaksanakan.
Tapi, pemerintah juga harus mulai memikirkan bagaimana mengembalikan kepercayaan publik untuk kembali membangun ekonomi ke depannya dalam masa pemulihan nanti. "Kepercayaan dunia usaha harus ditanam kembali. Birokrasi tidak boleh ribet, jangan sampai banyak aturan yang menghambat upaya memulai kembali usaha dan investasi," terang Rizal.
"Meski bukan yang utama harus dipikirkan sekarang, tapi stimulus peningkatan investasi dan ekonomi juga harus disiapkan pemerintah. Pandemi ini bisa membuat ekonomi mandek hingga enam bulan," kata Kepala Departemen Ekonomi Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri di Jakarta.
Menurutnya, dunia usaha saat ini terperangkap dalam situasi yang sangat tidak diuntungkan. Perlambatan ekonomi sudah mulai terjadi ditandai dengan dua permasalahan utama. Pertama soal suplai yang pasti akan berkurang karena imbauan masif untuk bekerja dari rumah.
"Padahal, 80 persen pekerjaan menyangkut ekonomi di dunia, tidak bisa dari rumah. Pekerja pabrik contoh paling mudahnya. Ini tentu berpengaruh besar pada suplai yang akan berkurang," kata Yose Rizal.
Permasalahan selanjutnya adalah soal permintaan yang juga akan terus berkurang di beberapa sektor. Salah satu yang paling terpukul dari awal pandemi Covid-19 adalah sektor pariwisata dan rekreasi. "Karena orang tidak bisa bekerja efektif, mungkin income akan turun dan tentu ini berdampak pada permintaan serta konsumsi total," paparnya.
Desakan untuk mengambil pilihan melakukan karantina, menurutnya juga akan berdampak parah pada perekonomian. Konsumsi barang-barang yang sifatnya tersier akan jatuh, orang-orang akan beralih ke konsumsi dasar. Sementara dunia usaha juga akan kesulitan menjaga stabilitas produksi mereka.
Secara ekonomi, Yose Rizal berpendapat saat ini pemerintah perlu memastikan ketersediaan berbagai kebutuhan mendasar bisa tercukupi. Karena permintaan akan barang-barang ini akan terus meningkat jelang puncak pandemi Covid-19 di Indonesia. Hal ini harus menjadi prioritas, selain tentunya memastikan langkah-langkah kesehatan seperti tes masif dan peningkatan fasilitas terus dilaksanakan.
Tapi, pemerintah juga harus mulai memikirkan bagaimana mengembalikan kepercayaan publik untuk kembali membangun ekonomi ke depannya dalam masa pemulihan nanti. "Kepercayaan dunia usaha harus ditanam kembali. Birokrasi tidak boleh ribet, jangan sampai banyak aturan yang menghambat upaya memulai kembali usaha dan investasi," terang Rizal.
(akr)