Bank Dunia Proyeksi Ekonomi RI Bakal Rebound di Level 5,4%

Jum'at, 03 April 2020 - 11:58 WIB
Bank Dunia Proyeksi...
Bank Dunia Proyeksi Ekonomi RI Bakal Rebound di Level 5,4%
A A A
JAKARTA - Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal rebound di 2021. Meskipun saat ini ekonomi Indonesia akan tertekan di level 2,1% akibat meluasnya persebaran virus corona (Covid-19) baik di dalam negeri maupun di lingkup global.

Berdasarkan laporan yang bertajuk East Asia and the Pacific in the Time of Covid-19, Bank Dunia mengungkapkan pada 2021 mendatang pertumbuhan ekonomi RI akan kembali rebound di kisaran 5,4%.

Seperti halnya Indonesia, saat ini negara-negara berkembang di Asia Timur dan Pasifik tengah berjuang menghadapi ketegangan perdagangan internasional (trade tension) dan Covid-19.

"Negara-negara Asia Timur dan Pasifik harus bertindak cepat, kooperatif, dan dalam skala yang besar. Laporan ini memberikan enam rekomendasi kebijakan utama untuk pengambil kebijakan di negara-negara di Kawasan Asia Timur Pasifik," tulis laporan tersebut, Jumat (3/4/2020).

Laporan tersebut juga menyarankan penyesuaian kebijakan kesehatan dan kebijakan ekonomi makro. Untuk mencegah penyebaran infeksi, banyak pemerintah mengambil langkah-langkah pengendalian transmisi seperti lockdown dan larangan bepergian untuk “meratakan kurva pandemi”.

Secara paralel, untuk mengurangi dampak ekonomi yang merugikan, pemerintah mengambil langkah-langkah moneter, fiskal dan struktural untuk "meratakan kurva resesi".

Selain itu, investasi awal di bidang kesehatan dapat mengurangi kebutuhan untuk mengambil tindakan pencegahan yang mahal ketika epidemi menyerang.

"Negara-negara seperti Singapura dan Republik Korea adalah contoh negara yang memetik hasil dari investasi awal yang baik di bidang kesehatan sehingga mampu melakukan pengujian (testing), pelacakan (tracking), dan karantina secara cepat dan dalam jumlah yang masif," sebut laporan itu.

Saran lain terkait penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter untuk memenuhi krisis Covid-19. Memperluas kebijakan ekonomi makro tidak dapat meningkatkan produksi dan lapangan pekerjaan selama pekerja diwajibkan untuk tinggal di rumah.

Sebaliknya, langkah-langkah fiskal harus mendukung respons terkait kesehatan masyarakat, memberikan perlindungan sosial untuk meredam guncangan, terutama bagi mereka yang paling rentan secara ekonomi.

Misalnya, subsidi untuk pembayaran dan pengeluaran untuk perawatan kesehatan dapat mengurangi tekanan finansial rumah tangga dan membantu mendukung program penanganan.

Jaring pengaman yang diperluas dapat memberikan pertolongan sementara bagi keluarga yang penghasilannya terkena dampak buruk dari pandemi tersebut.

Pemberian makanan di sekolah dan dukungan lain kepada siswa selama penutupan sekolah, serta dukungan pekerjaan untuk membantu pekerja mengintegrasikan dirinya kembali ke dalam ekonomi setelah pandemi mereda, akan memastikan bahwa dampak ekonomi jangka pendek tidak akan berlanjut ke dalam kerugian jangka panjang dari sisi sumber daya manusia.

Selain itu, tulis Bank Dunia, suntikan likuiditas dapat membantu perusahaan bertahan dalam bisnis dan menjaga hubungan yang bermanfaat dengan Rantai Nilai Global (GVC).

Di sektor finansial, Bank Dunia menyarankan mempermudah akses kredit untuk rumah tangga untuk mengurangi kesulitan dan melancarkan konsumsi, serta permudah akses ke likuiditas bagi perusahaan untuk membantu mereka bertahan dari guncangan ekonomi saat ini.

Bagi negara-negara yang lebih miskin, keringanan utang sangat penting, sehingga sumber daya penting dapat difokuskan pada pengelolaan dampak ekonomi dan kesehatan dari pandemi.

Sementara itu, kebijakan perdagangan harus tetap terbuka. Untuk mempertahankan produksi pasokan esensial bagi konsumen domestik, beberapa negara telah memberlakukan pembatasan ekspor produk medis.

Ilmu ekonomi dan pengalaman baru-baru ini menunjukkan bahwa langkah-langkah ini pada akhirnya merugikan semua negara, terutama negara – negara yang lebih rapuh.

Di semua bidang ini, tingkatkan kerja sama internasional dan kembangkan kemitraan swasta-pemerintah, khususnya untuk memastikan pasokan produk medis utama.

"Semua negara harus menyadari bahwa selain aksi nasional yang berani, peningkatan kerja sama internasional adalah vaksin yang paling efektif melawan ancaman besar ini," kata Bank Dunia.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1352 seconds (0.1#10.140)