Sri Mulyani Bongkar Data BIN, 95.000 Warga RI Akan Terpapar Corona
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu).Sri Mulyani mengungkapkan prediksi dari hasil penelitian yang dikembangkan Badan Intelijen Negara (BIN), Universitas Indonesia (UI) dan Institute Teknologi Bandung (ITB). Adapun hasil penelitian itu mengungkapkan hingga akhir Mei 2020, diprediksi sebanyak 95.000 orang di Indonesia akan terpapar virus corona atau Covid-19.
"Menurut model yang dikembangkan BIN, UI, ITB, melihat pola penyebaran dan puncak penyebaran diperkirakan akhir Mei dengan jumlah estimasi terpapar 95 ribu prediksi BIN dengan modeling universitas ITB dan UI dari berbagai model yang dilakukan Menko PMK. Ketua dewan pengarah covid puncak penyebaran covid akan terjadi pada April dan Mei ini," kata Menkeu Sri Mulyani di Jakarta, Senin (6/4/2020).
Menurutnya penularan penyebaran virus corona mengalami ekskalasi yang begitu cepat dengan pusat penyebaran dari DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan masifnya pergerakan manusia yang belum melakukan pyshical distancing.
"DKI plus Jabodetabek merupakan kawasan konsentrasi namun Jawa Barat daerahnya besar jadi secara presentase jadi lebih kecil dengan penduduk yang besar," ungkapnya.
Mantan Direktur Bank Dunia itu menegaskan, untuk menekan jumlah penyebaran virus corona perlu adanya strategi mencegah agar tidak mencapai puncaknya.
"Dalam literatur covid membuat kurva lebih landai meningkat pasti, tapi tidak secara kecepatan atau luas penyebaran. Diupayakan penyebaran melambat atau melandai, ini yang dilakukan pemerintah melalui langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah," tandasnya.
"Menurut model yang dikembangkan BIN, UI, ITB, melihat pola penyebaran dan puncak penyebaran diperkirakan akhir Mei dengan jumlah estimasi terpapar 95 ribu prediksi BIN dengan modeling universitas ITB dan UI dari berbagai model yang dilakukan Menko PMK. Ketua dewan pengarah covid puncak penyebaran covid akan terjadi pada April dan Mei ini," kata Menkeu Sri Mulyani di Jakarta, Senin (6/4/2020).
Menurutnya penularan penyebaran virus corona mengalami ekskalasi yang begitu cepat dengan pusat penyebaran dari DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan masifnya pergerakan manusia yang belum melakukan pyshical distancing.
"DKI plus Jabodetabek merupakan kawasan konsentrasi namun Jawa Barat daerahnya besar jadi secara presentase jadi lebih kecil dengan penduduk yang besar," ungkapnya.
Mantan Direktur Bank Dunia itu menegaskan, untuk menekan jumlah penyebaran virus corona perlu adanya strategi mencegah agar tidak mencapai puncaknya.
"Dalam literatur covid membuat kurva lebih landai meningkat pasti, tapi tidak secara kecepatan atau luas penyebaran. Diupayakan penyebaran melambat atau melandai, ini yang dilakukan pemerintah melalui langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah," tandasnya.
(akr)