Tak Kunjung Sepakat dengan Aramco, Progres Kilang Cilacap Capai 10% Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memastikan pembangunan Kilang Cilacap tetap berlanjut sesuai target yang ditetapkan kendati menghadapi sejumlah kendala salah satunya terkait kerja sama investasi dengan Saudi Aramco yang tak kunjung sepakat. Perseroan menargetkan progres pembangunan Kilang Cilacap tahun ini bisa mencapai 10%.
"Kita targetkan tahun ini mencapai 10% dan akan terus dikebut sesuai target tahapan pembangunannya,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, di Jakarta, Rabu (8/4/2020).
Menurut dia, negosiasi dengan Saudi Aramco masih terus berlanjut. Pihaknya menargetkan kerja sama investasi tersebut bisa segera disepakati pada akhir April 2020. Selain Kilang Cilacap, imbuhnya, Pertamina juga menargetkan pembangunan Kilang Balongan dapat mencapai progres yang sama.
“Dalam perkembangannya, Pertamina secara paralel melaksanakan sejumlah pekerjaan seperti pembangunan dermaga (jetty), site development, pembangunan workshop and warehouse, pembangunan kantor gedung laboratorium dan HSSE, serta sarana pendukung lainnya,” kata dia.
Tidak hanya itu, Pertamina juga telah menyelesaikan pengadaan peralatan utama untuk memastikan proyek tersebut dapat berjalan sesuai target. Saat ini, peralatan tersebut sedang dalam proses pembuatan atau manufacturing.
Terkait pembangunan Kilang Balongan dikerjakan melalui sejumlah fase. Pengerjaan fase pertama berupa Dual FEED Competition (DFC) dengan dua konsorsium yakni Konsorsium RRE (Rekayasa Industri, Rekayasa Engineering, dan Enviromate Technology International) serta konsorsium JSW di antaranya JGC Indonesia, Synergy Engineering, dan Wijaya Karya. “Proses itu ditargetkan selesai pada Mei 2020,” kata Fajriyah.
Untuk fase kedua berupa studi kelayakan serta memulai Revamp Studi Unit ARDHM. Sedangkan fase ketiga berupa studi kelayakan bersama mitra, serta penetapan lokasi dan pengadaan lahan.
Disamping itu, Pertamina juga telah menandatangani kesepakatan kerja sama investasi dengan ADNOC. “Pertamina juga sedang memproses pengadaan lahan,” ungkap dia.
Di sisi lain, Pertamina juga memastikan progres pembangunan Kilang Balikpapan menunjukkan perkembangan signifikan. Berdasarkan laporan Pertamina, hingga kuartal pertama 2020 progresnya telah mencapai 15,02% dan ditargetkan hingga akhir tahun ini mencapai 40%.
Sementara, proyek Kilang Plaju, Pertamina telah memasuki pengadaan Licensor Basic Engineering Design (BED) dan memulai pekerjaan BED. Sedangkan progres Kilang Dumai dalam tahap tender revisit Bankable Feasibility Study (BFS).
Terakhir, proyek Kilang Tuban telah selesai dengan proses pengadaan lahan dan sedang dalam proses pembayaran. Adapun Pertamina dan mitranya Rosneft telah menandatangani kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada 28 Oktober 2019.
Fajriyah mengatakan, saat ini proyek Kilang Tuban telah dimulai pelaksanaan BED dan Front End Engineering Design (FEED). Progres Land Clearing telah mencapai 90,08% serta progress restorasi mencapai 46,40%. Adapun progress General Engineering Design (GED) telah mencapai 6,22%.
“Dengan dukungan semua pihak, pembangunan kilang diharapkan berjalan lancar dan selesai sesuai waktu yang ditargetkan, sehingga kita bisa berdaulat secara energi,” kata Fajriyah.
"Kita targetkan tahun ini mencapai 10% dan akan terus dikebut sesuai target tahapan pembangunannya,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, di Jakarta, Rabu (8/4/2020).
Menurut dia, negosiasi dengan Saudi Aramco masih terus berlanjut. Pihaknya menargetkan kerja sama investasi tersebut bisa segera disepakati pada akhir April 2020. Selain Kilang Cilacap, imbuhnya, Pertamina juga menargetkan pembangunan Kilang Balongan dapat mencapai progres yang sama.
“Dalam perkembangannya, Pertamina secara paralel melaksanakan sejumlah pekerjaan seperti pembangunan dermaga (jetty), site development, pembangunan workshop and warehouse, pembangunan kantor gedung laboratorium dan HSSE, serta sarana pendukung lainnya,” kata dia.
Tidak hanya itu, Pertamina juga telah menyelesaikan pengadaan peralatan utama untuk memastikan proyek tersebut dapat berjalan sesuai target. Saat ini, peralatan tersebut sedang dalam proses pembuatan atau manufacturing.
Terkait pembangunan Kilang Balongan dikerjakan melalui sejumlah fase. Pengerjaan fase pertama berupa Dual FEED Competition (DFC) dengan dua konsorsium yakni Konsorsium RRE (Rekayasa Industri, Rekayasa Engineering, dan Enviromate Technology International) serta konsorsium JSW di antaranya JGC Indonesia, Synergy Engineering, dan Wijaya Karya. “Proses itu ditargetkan selesai pada Mei 2020,” kata Fajriyah.
Untuk fase kedua berupa studi kelayakan serta memulai Revamp Studi Unit ARDHM. Sedangkan fase ketiga berupa studi kelayakan bersama mitra, serta penetapan lokasi dan pengadaan lahan.
Disamping itu, Pertamina juga telah menandatangani kesepakatan kerja sama investasi dengan ADNOC. “Pertamina juga sedang memproses pengadaan lahan,” ungkap dia.
Di sisi lain, Pertamina juga memastikan progres pembangunan Kilang Balikpapan menunjukkan perkembangan signifikan. Berdasarkan laporan Pertamina, hingga kuartal pertama 2020 progresnya telah mencapai 15,02% dan ditargetkan hingga akhir tahun ini mencapai 40%.
Sementara, proyek Kilang Plaju, Pertamina telah memasuki pengadaan Licensor Basic Engineering Design (BED) dan memulai pekerjaan BED. Sedangkan progres Kilang Dumai dalam tahap tender revisit Bankable Feasibility Study (BFS).
Terakhir, proyek Kilang Tuban telah selesai dengan proses pengadaan lahan dan sedang dalam proses pembayaran. Adapun Pertamina dan mitranya Rosneft telah menandatangani kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada 28 Oktober 2019.
Fajriyah mengatakan, saat ini proyek Kilang Tuban telah dimulai pelaksanaan BED dan Front End Engineering Design (FEED). Progres Land Clearing telah mencapai 90,08% serta progress restorasi mencapai 46,40%. Adapun progress General Engineering Design (GED) telah mencapai 6,22%.
“Dengan dukungan semua pihak, pembangunan kilang diharapkan berjalan lancar dan selesai sesuai waktu yang ditargetkan, sehingga kita bisa berdaulat secara energi,” kata Fajriyah.
(ind)