Menuju efisiensi perbankan di Indonesia

Rabu, 21 Desember 2011 - 21:15 WIB
Menuju efisiensi perbankan di Indonesia
Menuju efisiensi perbankan di Indonesia
A A A
Sindonews.com - Harapan besar untuk mengubah efisiensi perbankan di Indonesia, muncul dengan masuknya Indonesia dalam investment grade. Hal ini akan membuat industri perbankan menjadi lebih efisien dalam memperoleh pendanaan.

"Dengan posisi investment grade, maka posisi tawar bisa mendapat pinjaman dengan term lebih murah, dampaknya biaya operasional lebih murah," ujar Deputi Kepala Bagian Analisis Pinjaman dan Investor Direktorat Internasional BI, Jeffry D Putra.

Hal ini memungkinkan perbankan dapat memberikan suku bunga rendah terhadap peminjaman yang dilakukan sektor lain dan ketakutan perbankan terhadap kestabilan dapat berkurang, serta kekuatan untuk bertahan dalam perekonomian global lebih terjaga.

Dia juga menjabarkan jika melalui investment grade, perusahaan di Indonesia bisa menerbitkan obligasi dengan beban suku bunga rendah, sehingga imbasnya biaya operasional perusahaan bisa menjadi lebih efisien.

"Obligasi yang diterbitkan bisa menurunkan cost of fund. Kalau suku bunga, pinjaman dari luar ini lebih banyak ke kredit dalam bentuk valuta asing yang paling banyak kena imbas. Dalam jangka panjang, bank sudah bisa katakanlah efisiensi cukup baik, ke depan jadi bisa lebih murah," katanya.

Dia memastikan, jika sudah masuk ke dalam rating investment grade, maka investor yang akan menanamkan modalnya ke Indonesia akan bersifat jangka panjang. Jika posisinya masih non investment grade memang dimungkinkan investor yang masuk sifatnya spekulatif.

Momentum ini dapat dijadikan perbankan untuk mulai menyusun langkah-langkah agar lebih efisien. "Langkah tersebut bisa berupa efisiensi operasional, menciptakan struktur organisasi yang simpel dan langsing. Mulai mengurangi jalur dan jenjang birokrasi dan melakukan "the right man on the right job"," ujar Pengamat Ekonomi, Ryan Kiryanto dalam pesan pendeknya kepada Sindonews.com.

Membuat produk dan layanan sesuai kebutuhan nasabah juga dapat menjadi pilihan, selain melakukan aliansi strategis dengan sesama bank dan atau non bank di dalam negeri dan di luar negeri.

Dirinya juga menambahkan inovasi dan kreasi baiknya juga dilakukan secara terus-menerus yang berbasis IT oleh para perbankan untuk perbaikan secara kontinyu, selain menyesuaikan jumlah karyawan dengan jumlah unit serta jumlah produk dan services di dalam bank.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Darmin Nasution juga mengatakan tentang kondisi perbankan Indonesia saat ini, nantinya akan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Darmin mengatakan, perbankan di Indonesia sekarang banyak yang tidak efisien. Namun, ketidakefisienan ini tidak menentukan bank tersebut sehat atau tidaknya. "Perbankan kita banyak yang tidak efisien tapi justru malah sehat perbankannya," ujar Darmin.

Lebih lanjut dia mengaku, pada saat BI mengawasi perbankan, BI selalu fokus pada efisiensi bank yang ternyata berdampak secara tidak langsung kepada kesehatan bank. “Ke depan kami akan mendorong agar kesehatan dan kami juga akan meningkatkan tingkat efisiensi perbankan," tambahnya.

Terkait dengan akan hadirnya UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Darmin juga menegaskan sangat perlu koordinasi dan kerja sama pengawasan perbankan karena ini juga faktor penentu dalam pengambilan keputusan makroprudensial.

“Dalam pengawas perbankan harus fokus pada kondisi perbankan, tidak cuma menjaga stabilitas sektor keuangan tapi juga efisensi sektor keuangan dan peran intermediasi dapat saling menjaga," pungkasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3471 seconds (0.1#10.140)