Kandungan lokal naik, nilai Lapangan Banyu Urip turun
A
A
A
Sindonews.com - Proyek pengembangan Lapangan Banyu Urip meleset dari perkiraan semula. Berdasarkan rencana Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), total nilai kontrak proyek yang dioperasikan Mobil Cepu Limited ini seharusnya sebesar USD2,188 miliar. Namun kini nilai kontrak proyek tersebut hanya sekitar USD1,329 miliar.
Menurut Direktur Pengendali Operasi BP Migas Rudi Rubiandini, penyusutan nilai proyek pengembangan Lapangan Banyu Urip tersebut karena banyaknya tingkat kandungan lokal.
"Pemenang-pemenang proyek EPC kebanyakan lokal sehingga penggunaan dalam negeri makin meningkat dan harga akan turun," ujar Rudi di Jakarta, Rabu (4/1/2011).
Seperti diketahui, proyek pengembangan lapangan Banyu Urip terdiri dari lima engineering, procurement dan construction (EPC) yang terdiri dari Central Field Facilities (EPC 1), Onshore Export Pipeline (EPC 2), Offshore Pipeline dan Mooring Tower (EPC 3), Floating Storage & Offloading (EPC 4) dan Infrastructure Facilities (EPC 5).
Meski demikian, Rudi tetap optimis proyek pengembangan ini akan selesai tepat waktu dan sesuai target. Berdasarkan rencana kerja BP Migas, produksi minyak Lapangan Banyu Urip diharapkan sudah mencapai 90 ribu bph pada Juni 2014.
"Pencapaian produksi penuh baru terjadi pada 2015 selama empat tahun kemudian turun lagi," kata Rudi.
Saat ini, produksi Cepu dari tiga sumur yang sudah ada masih sekitar 20 ribu bph hingga 21 ribu bph. Tahun ini, BP Migas meminta kepada Exxon untuk menaikkan produksi Cepu 5.000 bph tiap bulannya. Caranya adalah dengan menambah peralatan sehingga jumlah minyak yang disedot juga bertambah.
"Tambah 5.000 bph itu dari sumur yang eksisting. Untuk yang sumur full skill jangan diganggu dulu," kata Rudi.
Meski Rudi optimis, proyek pengembangan Lapangan Banyu Urip juga mengalami kendala. Salah satunya adalah kendala sosial ekonomi. Salah satunya banyak warga yang meminta pekerjaan. Padahal, untuk bekerja di perusahaan minyak, sumber daya manusia juga harus memadai.
"Di perusahaan minyak itu tidak bisa mempekerjakan sembarang orang. Mereka bisa saja bekerja tapi kita lihat dulu untuk level yang mana," kata Rudi. (bro)
Menurut Direktur Pengendali Operasi BP Migas Rudi Rubiandini, penyusutan nilai proyek pengembangan Lapangan Banyu Urip tersebut karena banyaknya tingkat kandungan lokal.
"Pemenang-pemenang proyek EPC kebanyakan lokal sehingga penggunaan dalam negeri makin meningkat dan harga akan turun," ujar Rudi di Jakarta, Rabu (4/1/2011).
Seperti diketahui, proyek pengembangan lapangan Banyu Urip terdiri dari lima engineering, procurement dan construction (EPC) yang terdiri dari Central Field Facilities (EPC 1), Onshore Export Pipeline (EPC 2), Offshore Pipeline dan Mooring Tower (EPC 3), Floating Storage & Offloading (EPC 4) dan Infrastructure Facilities (EPC 5).
Meski demikian, Rudi tetap optimis proyek pengembangan ini akan selesai tepat waktu dan sesuai target. Berdasarkan rencana kerja BP Migas, produksi minyak Lapangan Banyu Urip diharapkan sudah mencapai 90 ribu bph pada Juni 2014.
"Pencapaian produksi penuh baru terjadi pada 2015 selama empat tahun kemudian turun lagi," kata Rudi.
Saat ini, produksi Cepu dari tiga sumur yang sudah ada masih sekitar 20 ribu bph hingga 21 ribu bph. Tahun ini, BP Migas meminta kepada Exxon untuk menaikkan produksi Cepu 5.000 bph tiap bulannya. Caranya adalah dengan menambah peralatan sehingga jumlah minyak yang disedot juga bertambah.
"Tambah 5.000 bph itu dari sumur yang eksisting. Untuk yang sumur full skill jangan diganggu dulu," kata Rudi.
Meski Rudi optimis, proyek pengembangan Lapangan Banyu Urip juga mengalami kendala. Salah satunya adalah kendala sosial ekonomi. Salah satunya banyak warga yang meminta pekerjaan. Padahal, untuk bekerja di perusahaan minyak, sumber daya manusia juga harus memadai.
"Di perusahaan minyak itu tidak bisa mempekerjakan sembarang orang. Mereka bisa saja bekerja tapi kita lihat dulu untuk level yang mana," kata Rudi. (bro)
()