Maskapai siap gunakan biofuel

Jum'at, 06 Januari 2012 - 11:05 WIB
Maskapai siap gunakan biofuel
Maskapai siap gunakan biofuel
A A A
Sindonews.com - Penerbangan ramah lingkungan dipelopori Alaska Airlines dengan menggunakan 20 persen bahan bakar nabati berbahan dasar enceng gondok (algae) dan buah jarak (jatrhopa seeds) pada 75 penerbangan komersilnya. Maskapai yang bermarkas di Seattle ini juga menggunakan bahan bakar dari minyak goreng bekas untuk mendorong penggunaan energi terbarukan.

Kini giliran sejumlah maskapai di Tanah Air siap menerapkan penerbangan ramah lingkungan dengan menggunakan bahan bakar nabati (biofuel). Penggunaan biofuel sejalan dengan misi maskapai untuk mengurangi dampak emisi.

Vice President Corporate Communication PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pujobroto mengaku Garuda sedang melakukan kajian mengenai penggunaan bahan bakar nabati ini. "Kami juga menuju ke arah itu. Kami sedang lakukan kajian biofuel dan tidak menutup kemugkinan akan menggunakannya," kata Pujobroto di Jakarta.

Menurut Pujo, penggunaan bahan bakar nabati seiring dengan isu ramah lingkungan yang menjadi kepentingan global saat ini. Sejalan dengan program Asosiasi Perusahaan Penerbangan Internasional (Internasional Air Transport Association/IATA), Garuda Indonesia akan mengembangkan green air line atau maskapai penerbangan yang ramah lingkungan.

"Dalam hal ini Garuda Indonesia merupakan salah satu perusahaan penerbangan di kawasan Asia-Pasifik yang melaksanakan kerja sama dengan IATA dalam program pengurangan dampak emisi (CO2)," ungkapnya.

Hal senada dikatakan Senior Manager Corporate Communication Sriwijaya Air, Agus Soedjono yang menyambut baik rencana digunakannya biofuel pada industri penerbangan global. Menurut Agus, Sriwijaya pun siap melakukan langkah serupa.
"Tentunya pihak Sriwijaya Air sangat menyambuat baik hal itu. Namun semuanya tergantung kepada penyediaan dan distribusi di seluruh station Indonesia," ujar Agus.

Kepala Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) Jumina mengatakan, potensi penciptaan bahan bakar terbarukan di Indonesia sangat besar. Indonesia dikenal sebagai emas hijau berkaitan dengan melimpahnya keanekaragaman hayati yang tidak hanya berfungsi sebagai komoditas, tetapi menjadi bahan bakar alternatif.

Selain tanaman jarak pagar ataupun ganggang, bahan bakar nabati juga dapat diciptakan dari kelapa sawit.

Jumina menyatakan, pihaknya sekarang sedang melakukan pengembangan biofuel dengan bahan bakar karbondioksida (CO2). Nantinya, CO2 ini akan dijadikan bahan bakar dalam bentuk premium. "Setelah nanti sudah siap akan dipubikasikan," tandasnya. (ank)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6512 seconds (0.1#10.140)