Bonceng motor anak diminati hingga Papua
A
A
A
Sindonews.com - Inspirasi memang kadang muncul dari sekitar kita, tanpa disadari. Hal ini berlaku pada Roihatul Jannah. Keharusannya untuk mengantarkan anak untuk prasekolah dengan sepeda motor, membawanya merancang sebuah boncengan anak yang ternyata mampu diminati hingga Papua.
Berawal dari kegiatan membonceng anak sulungnya, bernama Hasnah, serta adiknya yang telah masuk usia prasekolah. Berbeda dengan Hasnah, karena sudah berusia 5 tahun, sehingga dapat diberi pengertian untuk menjaga diri selama berbonceng motor. Beda halnya setiap kali ia harus memboncengkan si kecil Fatih. Hatinya dag-dig-dug karena puteranya ini punya kebiasaan tertidur apabila dibonceng.
“Awalnya dari kebutuhan dan pengalaman hidup juga untuk anak saya yang kebetulan masuk usia tiga tahun dan sudah memasuki prasekolah (Playgroup). Jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sekitar enam kilometer serta melewati jalan raya yang cukup besar. Mengharuskan saya membonceng mereka, hal ini karena mencoba mencari sekolah yang cukup bagus. Ternyata saat perjalanan itu anak-anak cenderung mengantuk,” ucap Iat begitu biasa ia disapa, kepada Sindonews belum lama ini.
Selanjutnya, ia mengandalkan bantuan kerabat untuk ikut berbonceng sambil memegangkan si kecil Fatih. Ia kemudian menyadari bahwa tidak selalu kerabat bisa diminta tolong. Wajarlah apabila ia kemudian menjelajah toko-toko perlengkapan sepeda motor mencari alat pengaman untuk memboncengkan anak. Hasilnya sia-sia.
“Setelah mencoba di berbagai toko aksesoris motor ternyata saya tidak juga menemukan alat pengaman untuk anak. Akhirnya terpikir perlu adanya alat pengaman anak di motor,” jelas Iat.
Walau jauh dari latar belakangnya, sebagai lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI), Iat mencoba membuat sebuah gambar teknis sederhana mengenai struktur boncengan motor. Kemudian ia membawa gambar ini ke tukang las untuk diwujudkan menggunakan bahan baja anti-karat (stainless steel). Agar anak merasa nyaman, kursi pembonceng itu diberi bantalan dan sabuk pengaman. Setiap bahan yang ia pilih terutama mempertimbangkan keselamatan si anak pengguna.
Karena bentuknya yang unik, dalam perjalanan mengantarkan anak. Banyak pengemudi motor lain menyapanya ketika berhenti di lampu merah dan menanyakan di mana pembonceng itu bisa dibeli. “Setelahnya hampir setiap dalam perjalanan anak ke sekolah kita suka bertemu orang yang menanyakan mengenai bagaimana membeli bonceng anak yang saya punya. Jadi saya pikir ternyata ini bukan hanya kebutuhan saya saja, ternyata orang lain juga butuh juga,” ucapnya.
Berbekal kemenangannya di sebuah acara award yang diadakan Shell Live WIRE Indonesia yang mengundang kaum muda di UI yang bertajuk Business Start-Up Award. Roihatul Jannah, dengan hadiah yang diperoleh dari kemenangannya tersebut dipakainya untuk modal membuat usaha yang digelutinya menjadi serius dengan membuat bengkel sendiri.
Keseriusan dalam bisnis ini membuatnya melakukan pengujian terhadap produknya guna mengetahui daya kekuatannya dalam penggunaan. “Setiap unit menjalani uji kekuatan dan beban di laboratorium Teknik Mesin UI. Dari hasil tes, produknya itu aman sampai bebas maksimal 50 kilogram (kg). Pada keterangan produk, saya merekomendasikan 40 kg,” ujar perempuan asli Tegal ini.
Bahkan Produk HELMIAT sudah mendapatkan hak cipta (patent) dari Dirjen Haki dan nomor patent. Produk yang ditawarkan dengan harga Rp300 ribu-Rp350 ribu, ini walau terbilang kecil namun memilik manfaat yang besar bagi para orang tua.
Produk yang diajurkan hanya untuk membonceng dengan jarak dekat ini ia namakan ‘HELMIAT’, kata yang dibuat dari gabungan nama suaminya ‘Helmi’ dan nama panggilan dirinya sejak kecil, yaitu ‘Iat’. Dalam deskripsinya, produk buatannya ini disebut ‘bonceng bocah’. Ternyata produk Bonceng Bocah Helmiat mengundang peminat dari seluruh Indonesia. Pada akhir tahun 2008, ia sudah memiliki distributor di Jakarta, Surabaya.
Pengecerannya sudah jauh menyebar luas, dari Palembang, Padang, Lampung, Samarinda, Balikpapan, Bali, NTT, Ambon, hingga Papua. "Di saat-saat tertentu seperti menjelang mudik lebaran maupun tahun ajaran baru, Iat mampu menjual kurang lebih 100 unit Helmiat," katanya.
Berawal dari kegiatan membonceng anak sulungnya, bernama Hasnah, serta adiknya yang telah masuk usia prasekolah. Berbeda dengan Hasnah, karena sudah berusia 5 tahun, sehingga dapat diberi pengertian untuk menjaga diri selama berbonceng motor. Beda halnya setiap kali ia harus memboncengkan si kecil Fatih. Hatinya dag-dig-dug karena puteranya ini punya kebiasaan tertidur apabila dibonceng.
“Awalnya dari kebutuhan dan pengalaman hidup juga untuk anak saya yang kebetulan masuk usia tiga tahun dan sudah memasuki prasekolah (Playgroup). Jarak dari rumah ke sekolah yang cukup jauh sekitar enam kilometer serta melewati jalan raya yang cukup besar. Mengharuskan saya membonceng mereka, hal ini karena mencoba mencari sekolah yang cukup bagus. Ternyata saat perjalanan itu anak-anak cenderung mengantuk,” ucap Iat begitu biasa ia disapa, kepada Sindonews belum lama ini.
Selanjutnya, ia mengandalkan bantuan kerabat untuk ikut berbonceng sambil memegangkan si kecil Fatih. Ia kemudian menyadari bahwa tidak selalu kerabat bisa diminta tolong. Wajarlah apabila ia kemudian menjelajah toko-toko perlengkapan sepeda motor mencari alat pengaman untuk memboncengkan anak. Hasilnya sia-sia.
“Setelah mencoba di berbagai toko aksesoris motor ternyata saya tidak juga menemukan alat pengaman untuk anak. Akhirnya terpikir perlu adanya alat pengaman anak di motor,” jelas Iat.
Walau jauh dari latar belakangnya, sebagai lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI), Iat mencoba membuat sebuah gambar teknis sederhana mengenai struktur boncengan motor. Kemudian ia membawa gambar ini ke tukang las untuk diwujudkan menggunakan bahan baja anti-karat (stainless steel). Agar anak merasa nyaman, kursi pembonceng itu diberi bantalan dan sabuk pengaman. Setiap bahan yang ia pilih terutama mempertimbangkan keselamatan si anak pengguna.
Karena bentuknya yang unik, dalam perjalanan mengantarkan anak. Banyak pengemudi motor lain menyapanya ketika berhenti di lampu merah dan menanyakan di mana pembonceng itu bisa dibeli. “Setelahnya hampir setiap dalam perjalanan anak ke sekolah kita suka bertemu orang yang menanyakan mengenai bagaimana membeli bonceng anak yang saya punya. Jadi saya pikir ternyata ini bukan hanya kebutuhan saya saja, ternyata orang lain juga butuh juga,” ucapnya.
Berbekal kemenangannya di sebuah acara award yang diadakan Shell Live WIRE Indonesia yang mengundang kaum muda di UI yang bertajuk Business Start-Up Award. Roihatul Jannah, dengan hadiah yang diperoleh dari kemenangannya tersebut dipakainya untuk modal membuat usaha yang digelutinya menjadi serius dengan membuat bengkel sendiri.
Keseriusan dalam bisnis ini membuatnya melakukan pengujian terhadap produknya guna mengetahui daya kekuatannya dalam penggunaan. “Setiap unit menjalani uji kekuatan dan beban di laboratorium Teknik Mesin UI. Dari hasil tes, produknya itu aman sampai bebas maksimal 50 kilogram (kg). Pada keterangan produk, saya merekomendasikan 40 kg,” ujar perempuan asli Tegal ini.
Bahkan Produk HELMIAT sudah mendapatkan hak cipta (patent) dari Dirjen Haki dan nomor patent. Produk yang ditawarkan dengan harga Rp300 ribu-Rp350 ribu, ini walau terbilang kecil namun memilik manfaat yang besar bagi para orang tua.
Produk yang diajurkan hanya untuk membonceng dengan jarak dekat ini ia namakan ‘HELMIAT’, kata yang dibuat dari gabungan nama suaminya ‘Helmi’ dan nama panggilan dirinya sejak kecil, yaitu ‘Iat’. Dalam deskripsinya, produk buatannya ini disebut ‘bonceng bocah’. Ternyata produk Bonceng Bocah Helmiat mengundang peminat dari seluruh Indonesia. Pada akhir tahun 2008, ia sudah memiliki distributor di Jakarta, Surabaya.
Pengecerannya sudah jauh menyebar luas, dari Palembang, Padang, Lampung, Samarinda, Balikpapan, Bali, NTT, Ambon, hingga Papua. "Di saat-saat tertentu seperti menjelang mudik lebaran maupun tahun ajaran baru, Iat mampu menjual kurang lebih 100 unit Helmiat," katanya.
()