Investment grade bikin RI makin seksi
A
A
A
Sindonews.com - Naiknya peringkat Indonesia ke level investment grade dipastikan akan semakin membuat Indonesia menjadi tempat yang 'seksi' di mata investor.
Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI Latif Adam, dengan predikat tersebut investasi yang masuk akan lebih berkualitas. Adapun diprediksikan investasi akan mencapai Rp294 triliun yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) Rp210,7 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp88,7 triliun.
"Angka yang diprediksikan ini lebih tinggi dari target pemerintah sebesar Rp283,5 triliun yang terdiri dari PMA Rp206,8 triliun dan PMDN Rp76,7 triliun," ujarnya.
Latif juga menambahkan peluang lain dari sisi ekonomi domestik yang berupa populasi adalah tumbuhnya kelas menengah dan peningkatan pendapatan per kapita. Serta dalam bentuk fundamental perekonomian, terhitung dari cadangan devisa USD110,1 miliar dan rasio utang 25 persen.
Selain peluang, ancaman juga ditakutkan Latif dari segi inflasi yang ditakutkan akan berubah dari 5,5 persen dan 6,5 persen. "Kondisi yang kita alami seperti depresiasi, gejolak pangan dan kebijakan subsidi yang akan ditetapkan beberapa saat lagi dan tarif dasar listrik (TDL), akan memperburuk inflasi," pungkasnya.
Disamping itu ancaman lain menurut Latif ada pada krisis global dimana sebelumnya ekspor ke Eropa sebesar 12,6 persen dan USA 9,7 persen, China sebesar 13,1 persen dan Jepang sebesar 11,27 persen. "Ekspor tersebut hanya akan mencapai Rp210,490 juta lebih rendah dari target pemerintah yang sebelumnya ditetapkan sebesar Rp228,229 juta," ungkapnya.
Maka dari itu ditegaskan olehnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sampai dengan 6,5 persen maka Latif menyarankan untuk fokus pada beberapa prasyarat dasar, yaitu adanya bentuk stabilitas ekonomi makro, kepastian hukum, birokrasi, infrastruktur dan kualitas SDM. (ank)
Menurut peneliti dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI Latif Adam, dengan predikat tersebut investasi yang masuk akan lebih berkualitas. Adapun diprediksikan investasi akan mencapai Rp294 triliun yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) Rp210,7 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp88,7 triliun.
"Angka yang diprediksikan ini lebih tinggi dari target pemerintah sebesar Rp283,5 triliun yang terdiri dari PMA Rp206,8 triliun dan PMDN Rp76,7 triliun," ujarnya.
Latif juga menambahkan peluang lain dari sisi ekonomi domestik yang berupa populasi adalah tumbuhnya kelas menengah dan peningkatan pendapatan per kapita. Serta dalam bentuk fundamental perekonomian, terhitung dari cadangan devisa USD110,1 miliar dan rasio utang 25 persen.
Selain peluang, ancaman juga ditakutkan Latif dari segi inflasi yang ditakutkan akan berubah dari 5,5 persen dan 6,5 persen. "Kondisi yang kita alami seperti depresiasi, gejolak pangan dan kebijakan subsidi yang akan ditetapkan beberapa saat lagi dan tarif dasar listrik (TDL), akan memperburuk inflasi," pungkasnya.
Disamping itu ancaman lain menurut Latif ada pada krisis global dimana sebelumnya ekspor ke Eropa sebesar 12,6 persen dan USA 9,7 persen, China sebesar 13,1 persen dan Jepang sebesar 11,27 persen. "Ekspor tersebut hanya akan mencapai Rp210,490 juta lebih rendah dari target pemerintah yang sebelumnya ditetapkan sebesar Rp228,229 juta," ungkapnya.
Maka dari itu ditegaskan olehnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sampai dengan 6,5 persen maka Latif menyarankan untuk fokus pada beberapa prasyarat dasar, yaitu adanya bentuk stabilitas ekonomi makro, kepastian hukum, birokrasi, infrastruktur dan kualitas SDM. (ank)
()