Raih sukses dari pembuatan alat musik tradisional

Jum'at, 20 Januari 2012 - 08:38 WIB
Raih sukses dari pembuatan alat musik tradisional
Raih sukses dari pembuatan alat musik tradisional
A A A
Sindonews.com - Di mana ada niat, di situ ada jalan. Meski awalnya jadi tertawaan orang, Ikrar Mallarangeng, Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri 2010, berhasil membuktikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin jika dibarengi usaha maksimal. Ikrar meraih kesuksesan setelah menekuni pembuatan alat musik tradisional, usaha yang awalnya dianggap banyak orang tidak prospektif.

Tantangan langsung datang ketika dia memutuskan untuk memulai bisnis itu. “Waktu pertama merintis usaha,saya sering disepelekan dan ditertawakan, kenapa sarjana kerjanya hanya membuat kecapi, pekerjaan tak bermasa depan,” ungkap Ikrar menirukan cibiran yang menerpanya.

Ikrar tak surut langkah dengan berbagai cibiran tersebut. Pria kelahiran 19 Oktober 1986 ini membulatkan tekad memulai usaha setelah menemukan fakta langkanya produksi alat musik tradisional.

Hal ini sesuai dengan pengalaman pribadinya. Berdasarkan pengalamannya, Sanggar Barugayya, sebuah sanggar kesenian di Kabupaten Maros tempat dia bergabung, selalu kesulitan mendapatkan kecapi saat akan pentas.

“Pada malam pergantian tahun 2007 ke 2008, Sanggar Barugayya mendapat undangan tampil di Kabupaten Soppeng. Kami kesulitan mencari kacaping (kecapi) serta kesokeso saat itu. Padahal alat musik tersebut merupakan pendukung utama pertunjukan,” tuturnya.

Dari situ, Ikrar yang senang bermain kecapi akhirnya memutuskan untuk membuat alat musik tersebut meski dia sama sekali tidak memiliki keahlian memahat dan mengukir kayu. Ikrar memulai dengan modal Rp500 ribu yang diperolehnya dari beasiswa bantuan belajar mahasiswa (BBM) di kampusnya. Modal itu kemudian digunakan membeli kayu bangkala (bance) sebagai bahan dasar.

Setelah kecapi tersebut jadi, Ikrar berinisitif membuat blog sederhana untuk mempromosikan produknya. Dalam blog itu diciptakan kesan seolah-olah dia pengusaha besar yang memproduksi kecapi dalam jumlah banyak. Strategi itu berhasil.

Pesanan pertama datang dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) yang memesan tujuh kecapi, terdiri atas dua kecapi berukir, dua kecapi biasa, satu kesokeso, dan dua suvenir miniatur kecapi.

Dari penjualan ini dia mengantongi Rp9 juta. Meski demikian, usaha Ikrar tak selamanya berjalan mulus. Dalam perjalanannya, pria 25 tahun ini sempat mengalami kebangkrutan. Di titik terendah ini,semangat dari keluarga menjadi pendorong untuk bangkit kembali. Evaluasi dan introspeksi pun dilakukan. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Timur (UIT) ini kembali merintis usahanya.

Pertemuan dengan beberapa wirausaha muda di daerahnya semakin menginspirasi dia untuk tidak patah arang. “Perasaan yang timbul bahwa saya tidak bisa saya patahkan dengan keyakinan kecapi yang akan membesarkan saya,” katanya.

Kemajuan semakin terasa saat Ikrar mendapat bantuan modal dari Bank Mandiri sebesar Rp50 juta.Dana itu digunakan untuk mengembangkan usaha dengan merekrut sembilan pekerja.

Ikrar sebagai penyedia alat dan bahan, sementara para pekerja diupah berdasarkan jumlah alat musik yang dihasilkan. Semangat pantang menyerah itu terbukti membawa hasil signifikan. Pada 2010, usaha kecapinya kembali maju. Alat musik dan miniatur kecapi produksinya terpajang di salah satu gerai seni di kawasan wisata alam Bantimurung, Maros. Selain itu, kecapi buatannya juga merambah sekolah-sekolah sebagai bahan ajar muatan lokal di tingkat SMP dan SMA.

Tidak hanya di Maros, melainkan juga di beberapa kabupaten lain di Sulawesi Selatan, antara lain Kabupaten Bone dan Malili. Dengan memanfaatkan jaringan pertemanan,alat musik tradisional beserta miniaturnya itu sudah menyebar ke Bali, Yogyakarta, dan Jakarta. Produk itu bahkan menembus pangsa luar negeri, yakni ke Shanghai dan Republik Ceko melalui kerja sama dengan Kemenbudpar.

Ikrar membanderol kecapi berukir buatannya hingga Rp3 juta per buah. Sementara untuk suvenir, ada yang dijual seharga Rp75 ribu. Untuk menghasilkan alat musik, dia membeli kayu jadi siap diolah, adapun untuk suvenir biasanya memanfaatkan limbah kayu hasil pabrikan besar.

“Yang paling saya syukuri dari usaha ini adalah bisa membantu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.Kesuksesan seseorang tidak hanya ditilik dari kesuksesan finansial, tapi bagaimana memberi manfaat sebesar-besarnya bagi lingkungan sekitar,” tutur dia.

Keikutsertaan pada ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) diakui Ikrar sangat bermanfaat dalam pengembangan usahanya. Ikrar bersama finalis lain mendapat kesempatan mengikuti pameran dan berbagai pelatihan serta seminar wirausaha yang diselenggarakan Bank Mandiri.

“Dalam pelatihan itu saya mendapat banyak pelajaran tentang cara agar perusahaan kita menjadi world class. Cara membangun kepercayaan diri, melihat pasar, dan bagaimana membangun orang di dalam perusahaan. Itu sangat berguna,” kata dia.

Seiring dengan perkembangan usaha pembuatan alat musik tradisional, kini Ikrar mulai merambah bidang usaha lain, yakni pencucian pakaian, biro perjalanan (travel), dan media online, yakni Matra Pos yang menyajikan berita seputar Provinsi Sulawesi Barat.Dari modal Rp500 ribu, dia sekarang mampu mengantongi omzet hingga Rp200 juta perbulan dengan jumlah karyawan 20 orang.

Ikrar optimistis masa depan alat musik tradisional yang diproduksinya akan cerah. Apalagi jika ide kreatif terus lahir dengan membuat variasi pada alat musik tersebut. Tidak hanya berupa ukiran, tapi ditambah dengan ornamen menarik seperti gambar atau sejenisnya.Ikrar berjanji akan menjaga eksistensi usaha alat musiknya.

Sebab jika tidak, diakhawatir lima tahun ke depan generasi muda sudah tidak lagi mengenal warisan budaya tersebut.Ikrar berencana mendirikan rumah kecapi untuk memudahkan masyarakat dan wisatawan yang ingin belajar langsung tentang kecapi.

Tidak hanya itu,dia menargetkan mampu membangun usaha yang mempekerjakan ribuan orang sebelum berusia 30 tahun.“Saat ini saya sedang merintis itu. Sekali lagi tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha dan bekerja keras,”ujarnya
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3435 seconds (0.1#10.140)