Waspadai efek kenaikan TDL-BBM

Jum'at, 20 Januari 2012 - 10:19 WIB
Waspadai efek kenaikan TDL-BBM
Waspadai efek kenaikan TDL-BBM
A A A


Sindonews.com - Pemerintah perlu memikirkan kemungkinan terjadinya lonjakan inflasi akibat diberlakukannya pembatasan BBM bersubsidi dan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang berlaku serentak pada April 2012.

Dua kebijakan tersebut diperkirakan akan semakin memberatkan masyarakat. Harga sejumlah komoditas dipastikan naik cukup signifikan dan merangsang kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok lainnya. Loncatan inflasi akibat dua kebijakan tersebut diperkirakan bisa menyentuh level 1%.

Menurut Dewan Pengarah Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Jawa Barat (Jabar) Lucky Fathul Aziz Hadibrata, pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi diperkirakan menekan kenaikan inflasi di Jabar antara 0,4-0,6%. “Sedangkan kenaikan TDL akan menyebabkan kenaikan inflasi sampai 0,3%,” ujar Lucky di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis 19 Januari 2012.

Dia mengatakan, inflasi dengan rentang antara 0,3-0,6% perlu mendapat perhatian khusus. Hal itu berhubungan dengan besaran harga sejumlah komoditas di pasaran. Apalagi kenaikan inflasi di Jabar telah dirasakan sejak November dan Desember 2011. Namun, dia tidak menyebutkan kapan lonjakan harga kebutuhan pokok di masyarakat mulai terkena imbas pembatasan BBM dan kenaikan TDL.

“Pemerintah harus segera memberi kepastian soal pembatasan BBM bersubsidi dan kenaikan TDL,” kata Lucky.
Dia mengaku optimistis FKPI mampu menekan lonjakan inflasi yang mungkin akan terjadi di Jabar. Hal itu didasarkan pada pengalaman tahun lalu, inflasi di Jabar termasuk terendah kedua setelah Jawa Tengah. Secara umum kenaikan inflasi bulanan di sejumlah kota besar di Jabar rata-rata di bawah 0,60%.

Sampai akhir tahun 2011, inflasi year to year (yoy) di Jabar tertekan pada angka 3,10% atau lebih rendah dari inflasi tahun 2010 sebesar 6,62% dan lebih rendah dari inflasi nasional.

Menurut dia, beberapa komoditas yang menyokong kenaikan inflasi tertinggi di Jabar di antaranya daging ayam, telur ayam, dan cabai merah. Beras masih mampu ditekan dan tidak menimbulkan efek dominan pada kenaikan inflasi.

“Tasikmalaya dan Sukabumi adalah daerah dengan inflasi tertinggi sepanjang tahun 2011, biasanya Bekasi dan Depok. Ini perlu perhatian serius dari pemerintah daerah,” ucapnya.

Ketua FKPI Jabar Ferry Sofwan Arif mengatakan, telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk menekan inflasi pada tahun ini. Kebijakan yang dilakukan yaitu menerbitkan lima paket kebijakan melalui sejumlah strategi jitu.

Seperti menjaga target produksi pangan dan strategi melakukan antisipasi penanganan distribusi. Panjangnya rantai distribusi membuat biaya ongkos melonjak yang berdampak pada harga jual.

”Operasi pasar mutlak dilakukan untuk menekan harga kebutuhan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng termasuk menggunakan energi biogas untuk mengantisipasi kenaikan TDL dan pembatasan BBM bersubsidi,” ujarnya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6673 seconds (0.1#10.140)