Pemerintah perlu subsidi bunga kredit
A
A
A
Sindonews.com - Tingginya suku bunga untuk pinjaman modal usaha kecil dan menengah adalah wajar adanya mengingat faktor risiko yang dihadapi bank juga tinggi. Oleh karena itu pemerintah harus turun tangan, salah satunya dengan cara memberi subsidi bunga.
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Subagyo menuturkan memang bank tidak akan menurunkan suku bunga. ”Saya kira sektor usaha kecil harus ditolong. Sehingga mereka juga bisa berkembang. Pemerintah harus turun tangan mengatasi persoalan ini. Salah satunya dengan cara memberi subsidi bunga,” katanya.
Bunga yang dibebankan bank ke UKM harus sudah sewajarnya disubsidi. Keberadaan PT Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Jatim juga cukup penting untuk memberi jaminan kredit bagi pelaku UKM.
Data Jamkrida Jatim menyebutkan Jamkrida saat ini telah menjamin 6.000 debitur yang rata-rata berasal dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan perkiraan jumlah tenaga kerja 18 ribu orang.
Proyeksi penyaluran kredit ditargetkan Rp15,25 triliun, tahun 2012 naik menjadi Rp16,01 triliun. Sedangkan tahun 2013 diproyeksi penyaluran kredit mencapai Rp16,81 triliun. ”Ini menjadi salah upaya pemerintah untuk mendorong dan mengembangkan usaha kecil,” katanya.
Sementara itu Ketua Persatuan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Jawa Timur, Herman Halim mengatakan Indonesia menganut sistem ekonomi pasar bebas. Sehingga apapun harus diserahkan kepada mekanisme pasar termasuk dalam penentuan suku bunga kredit bagi usaha kecil.
Tinggi rendahnya suku bunga sangat bergantung pada hukum ekonomi. Jika permintaan lebih tinggi dari persediaan maka suku bunga akan tinggi. Jika sebaliknya, maka suku bunga akan rendah.
”Saya kira persoalan suku bunga bagi pelaku usaha seharusnya tidak menjadi kendala,” paparnya. Kendati suku bunga yang dibebankan ke pelaku UKM terbilang cukup tinggi namun pada tahun ini diprediksi dunia UMK masih tetap akan tumbuh.
Pasalnya sektor konsumsi masih tetap akan mendominasi dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Properti menjadi salah satu sektor konsumsi yang akan prospektif di tahun naga air ini.
Hal ini tak lepas dari rendahnya suku bunga properti yang sudah single digit. ”Untuk sektor konsumsi saya kira akan naik sekitar 20 persen, khususnya untuk KPR (kredit kepemilikan rumah),” ujarnya. (ank)
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga (Unair) Subagyo menuturkan memang bank tidak akan menurunkan suku bunga. ”Saya kira sektor usaha kecil harus ditolong. Sehingga mereka juga bisa berkembang. Pemerintah harus turun tangan mengatasi persoalan ini. Salah satunya dengan cara memberi subsidi bunga,” katanya.
Bunga yang dibebankan bank ke UKM harus sudah sewajarnya disubsidi. Keberadaan PT Penjaminan Kredit Daerah (Jamkrida) Jatim juga cukup penting untuk memberi jaminan kredit bagi pelaku UKM.
Data Jamkrida Jatim menyebutkan Jamkrida saat ini telah menjamin 6.000 debitur yang rata-rata berasal dari usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dengan perkiraan jumlah tenaga kerja 18 ribu orang.
Proyeksi penyaluran kredit ditargetkan Rp15,25 triliun, tahun 2012 naik menjadi Rp16,01 triliun. Sedangkan tahun 2013 diproyeksi penyaluran kredit mencapai Rp16,81 triliun. ”Ini menjadi salah upaya pemerintah untuk mendorong dan mengembangkan usaha kecil,” katanya.
Sementara itu Ketua Persatuan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Jawa Timur, Herman Halim mengatakan Indonesia menganut sistem ekonomi pasar bebas. Sehingga apapun harus diserahkan kepada mekanisme pasar termasuk dalam penentuan suku bunga kredit bagi usaha kecil.
Tinggi rendahnya suku bunga sangat bergantung pada hukum ekonomi. Jika permintaan lebih tinggi dari persediaan maka suku bunga akan tinggi. Jika sebaliknya, maka suku bunga akan rendah.
”Saya kira persoalan suku bunga bagi pelaku usaha seharusnya tidak menjadi kendala,” paparnya. Kendati suku bunga yang dibebankan ke pelaku UKM terbilang cukup tinggi namun pada tahun ini diprediksi dunia UMK masih tetap akan tumbuh.
Pasalnya sektor konsumsi masih tetap akan mendominasi dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Properti menjadi salah satu sektor konsumsi yang akan prospektif di tahun naga air ini.
Hal ini tak lepas dari rendahnya suku bunga properti yang sudah single digit. ”Untuk sektor konsumsi saya kira akan naik sekitar 20 persen, khususnya untuk KPR (kredit kepemilikan rumah),” ujarnya. (ank)
()