Tumbuhkan home industry kreatif dari gang Cikutra

Rabu, 01 Februari 2012 - 10:32 WIB
Tumbuhkan home industry kreatif dari gang Cikutra
Tumbuhkan home industry kreatif dari gang Cikutra
A A A


Sindonews.com - Julukan kota kreatif untuk Bandung memang tidak diragukan lagi. Kota ini memiliki banyak potensi kreatif, mulai dari industri rumahan hingga beberapa kawasan yang sudah dikenal dengan kreativitasnya. Sebut saja sentra industri rajutan Binong Jati dan daerah Cibaduyut yang melambung dengan sepatu-sepatu berkualitas.

Satu lagi wilayah yang tak kalah kreatif dimiliki Kota Bandung. Terletak di Gang Cikutra, tumbuh sebuah home indrustry yang membuat tas berbahan dasar kulit. Industri rumahan ini beralamat di Gang Cikutra I, Jalan Cikutra, Kota Bandung. Untuk menempuhnya, kita tinggal menelusuri gang sempit yang padat dengan rumah penduduk.

Adalah Deden Sudiana, salah satu penggagas sekaligus perajin tas kulit yang menumbuhkan roda kreativitas di kawasan tersebut. Dengan label House of Leather, bersama sang kakak, Ade Kusmana, pria berusia 36 tahun ini mengembangkan usaha keluarga yang dibangun ayah mereka pada tahun 1985.

“Usaha ini memang dibangun oleh ayah saya, Pak Subandi. Sebelumnya beliau merupakan pegawai di salah satu industri produk kulit. Keluar dari pekerjaannya dan memilih pensiun, ayah tidak tinggal diam, beliau pun memutuskan untuk membuka usaha sendiri,” ujarnya.

Jaket kulit adalah produk pertama yang dibuat. Menurut Deden, untuk pemasarannya dibidiklah Kota Jakarta dengan menawarkan sampel tiga potong saja. Tidak disangka, peminatnya cukup tinggi dan orderan pun berdatangan. Akan tetapi sekitar tahun 1990-an, usaha keluarga ini beralih dan melirik produk lain, yakni topi kulit.

Berkat peralihan ini, daerah Gang Cikutra pun sempat menjadi sentra topi kulit karena sebagian besar masyarakatnya membuka usaha yang sama. “Sayangnya, usaha topi kulit hanya bertahan selama dua tahun. Kendala yang dihadapi sebagian besar perajin adalah bahan baku yang sulit didapat dan akhirnya hampir semua usaha gulung tikar,” kata Deden.

Kendati demikian, nasib usaha ayahnya tidak meredup begitu saja seperti yang lainnya. Karena masih memiliki bahan baku kulit, mereka kemudian mencoba membuat produk baru, yaitu tas khusus perempuan.

“Kami memilih tas perempuan karena aksesori ini sangat konsumtif dan menjadi fesyen wajib para wanita,” jelas ayah satu anak ini.

Dengan sistem by order, produk-produk tas kulit ini memang dibuat sesuai pesanan. Deden pernah menerima pesanan dari salah satu outlet tas yang kemudian orderannya semakin meningkat karena pembelinya cukup tinggi.

“Pesanan tidak pernah berhenti dan pengerjaannya sempat tidak tertangani.Dari situlah, kami kemudian memutuskan untuk memasarkan sendiri dan membuka toko di Gang Cikutra ini,”tandasnya.

Yustina, 42, salah seorang pembeli asal Jakarta, asyik memilih-milih beragam tas yang tersedia di House of Leather, Gang Cikutra I, Jalan Cikutra, Kota Bandung, Senin (30/1) siang.

Perempuan berperawakan jangkung itu datang ditemani suami dan mengaku mengetahui produk-produk tas kulit asal Gang Cikutra ini dari saudaranya.

Deden Sudiana, perintis tas kulit tersebut, mengatakan bahwa sebagian besar konsumennya memang datang dari Ibu Kota. Untuk Bandung sendiri, malahan tidak banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan home indrustrynya.

“Awal berdirinya usaha ini memang dipasarkan langsung ke Jakarta. Lama kelamaan, produk kami terus dikenal, salah satunya dari pameran perdana (INA Craft) sekitar tahun 2000-an,” kata pria kelahiran Bandung, 17 Januari 1975 ini.

Deden mengatakan, ikut sertanya House of Leather dalam pameran besar ini karena ajakan dari salah satu perusahaan minyak Indonesia. Melalui perusahaan tersebut, mereka pun mendapat bantuan berupa modal dan pelatihan kewirausahaan.

“Dampak dari pameran maupun setelah pameran usai lumayan memuaskan, walaupun pada waktu itu kami memamerkan produk yang tidak banyak”. Akan tetapi, dengan modal membagikan brosur dan kartu nama, akhirnya banyak yang datang ke Gang Cikutra ini,” jelas suami dari Wike Purnawati ini.

Semakin banyaknya pelanggan yang datang, Deden pun mulai mengembangkan tas-tasnya dengan membuat model-model baru yang disesuaikan dengan tren. Efek dari perkembangan daya usaha tersebut pun tidak lepas dari tangan-tangan terampil ke-15 karyawan yang dimilikinya. Seluruh pekerja yang sebagian merupakan perajin dan penjaga toko ini merupakan warga Gang Cikutra sendiri.

“Kami memang ingin memberdayakan tetangga yang memiliki keahlian dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Hampir semua karyawan di sini adalah pria, hal ini memang sudah sedari dulu terjadi ketika home indrustry kami berdiri,” kata Deden.

Untuk tempat produksi, anak kelima dari delapan bersaudara ini menjelaskan, terdapat tiga tempat produksi bagi pembuatan tas kulit sapi miliknya yang biasa didatangkan dari Tangerang dan Cianjur.

Selain berada di belakang galeri toko, salah satu di antaranya mengambil tempat di sebuah rumah warga yang masih berada di Gang Cikutra. Dengan hasil usaha yang terus berkembang, Deden akan terus membuat kreativitas baru agar tas buatannya tetap dilirik dan diminati masyarakat. Sekarang ini, Deden sedang mencoba mengaplikasikan bahan kulit dengan kain batik.

“Kolaborasi bahan ini saya lihat akan tetap berjaya dan tentunya kami juga ingin turut melestarikan batik melalui aplikasi fesyen tas. Setelah batik, tidak menutup kemungkinan juga kami akan menggunakan kain tradisional lainnya dalam tas,” ungkap Deden. (bro)

NENI NURAENI
Kota Bandung
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5368 seconds (0.1#10.140)