Pertamina pilih regasifikasi LNG Arun

Rabu, 01 Februari 2012 - 12:33 WIB
Pertamina pilih regasifikasi LNG Arun
Pertamina pilih regasifikasi LNG Arun
A A A


Sindonews.com - Regasifikasi Arun yang bertujuan untuk menghidupkan kembali industri di Aceh dan Sumatera Utara dinilai lebih murah dibanding membangun Floating Strorage Regasification Unit (FSRU) di Belawan, Sumatera Utara.

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun, untuk membangun FSRU, Pertamina membutuhkan dana sebesar USD200 juta.

"Regasifikasi Arun itu kan tujuannya untuk menghidupkan kembali industri di Aceh. Di sana sudah ada aset negara, investasi tambahannya hanya USD80 juta, itu lebih murah dibanding bangun baru di Belawan. Belum lagi bangun pipa ke customers, itu makan waktu dan biaya," ujarnya di Jakarta, Rabu (1/2/2012).

Harun mengatakan, industri seperti pupuk dan kertas yang ada di Aceh harus dihidupkan karena telah terdapat investasi yang sangat besar. "Lagipula kalau di Medan kan sudah ada supply gas dari Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) di sana. Ini industri di Aceh sudah teriak-teriak, di Aceh kalau enggak ada Arun, industri pasti mati suri," tegasnya.

Di samping itu, Harun mengatakan ada power plant 220 megawatt (mw) yang selama ini supply ke Liquid Natural Gas (LNG) plant. "Nah kalau nanti plant-nya shutdown, listrik bisa buat publik. Kalau dari hitungan bisnis, cost and benefit-nya, tetap Arun yang lebih masuk akal," pungkasnya.

Sebelumnya, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) mengatakan lebih baik Terminal LNG Arun dimanfaatkan untuk depo nasional bukan untuk kegiatan perekonomian di Aceh dan Sumatera Utara.

"Itu bisa disimpan di Arun, ini bisa jadi buffer stock energi nasional, Arun adalah untuk kepentingan nasional, menurut kami tidak perlu dikaitkan dengan kegiatan ekonomi di wilayah Sumut," ujar Direktur Utama PGN Hendi Prio Santoso.

Dirinya mengatakan, negara harus punya cadangan strategis nasional yang disebut buffer stock LNG sehingga punya cadangan untuk 21 hari. "Kalau kita tidak punya kemampuan, kita dalam posisi sangat berisiko. Kalau ada sesuatu terjadi di shipment atau supplier, kita tak punya cadangan di depo nasional," tegasnya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9968 seconds (0.1#10.140)