Bursa timah Indonesia resmi diluncurkan
A
A
A
Sindonews.com – Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) meluncurkan bursa pasar timah internasional di Indonesia dengan kode INATIN. Peluncuran perdana INATIN ini ditandai dengan masuknya sembilan produsen sebagai anggota baru BKDI, yakni PT Timah Tbk (TINS), 3H CO Ltd, Gold Matrix Resources Pte Ltd, Purple Products Pvt Ltd, PT Tambang Timah, PT Mitra Stania Prima, PT Comexindo International, PT Timah Industri dan PT Refined Banka Tin.
Chief Executive Officer BKDI Megain Widjaja menargetkan, transaksi sebesar 10 ribu ton transaksi timah di BKDI pada tahun ini.Timah tersebut sepenuhnya berasal dari PT Timah Tbk. “Mereka berkomitmen menyediakan timah sebesar 10 ribu ton pada tahun ini.Tapi jumlahnya bisa naik atau turun tergantung kondisi pasar,” kata dia di Jakarta kemarin.
Dia berharap melalui INATIN, Indonesia sebagai eksportir timah terbesar di dunia dapat menciptakan harga yang wajar dan transparan, serta dapat menjadi acuan harga bagi perdagangan timah dunia. Menurutnya, spesifikasi kontrak INATIN adalah lima metrik ton untuk setiap ton dengan fluktuasi harga minimum USD5. Kualitas timah yang diperdagangkan memiliki kadar timah minimum 99,90 persen (Sn 99,90 persen).
Penyelesaian kontrak diselesaikan dengan penyerahan fisik melalui delivery points di Pangkal Balam dan Mentok yang terletak di lokasi penghasil timah, Pulau Bangka Propinsi Bangka Belitung. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pelaku pasar Indonesia masih bergantung pada acuan harga timah di Kuala Lumpur Tin Market (KLTM) dan London Metal Exchange (LME). Padahal Indonesia adalah produsen timah ke empat terbesar di dunia setelah China, Amerika Serikat dan Peru.
Dia mengatakan, sebagai eksportir timah terbesar di dunia,sudah sewajarnya Indonesia dijadikan acuan harga dunia. Dengan hadirnya perdagangan kontrak fisik timah ini, maka harga timah diharapkan dapat terbentuk secara wajar dan menguntungkan semua pihak.
Baik produsen timah, perdagangan timah, pedagang timah maupun industri timah.
Menurut dia, perdagangan kontrak fisik timah di BKDI juga akan mendorong terciptanya pasar yang efisien, efektif, dan transparan.Di samping itu, para pelaku timah Indonesia juga mempunyai wadah yang dapat mengurangi faktor risiko bertransaksi. Baik dari sisi harga jual dan beli yang adil, jaminan kualitas komoditas, maupun jaminan pasokan.
Sementara, Kepala Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Syahrul R Sampurnajaya mengatakan, INATIN akan dijadikan model percontohan bagi sistem perdagangan komoditi unggulan Indonesia lainnya. “Perdagangan perdana kontrak INATIN diikuti oleh anggota bursa dari luar negeri seperti Jepang,Korea, Singapura, dan India,” paparnya.
Chief Executive Officer BKDI Megain Widjaja menargetkan, transaksi sebesar 10 ribu ton transaksi timah di BKDI pada tahun ini.Timah tersebut sepenuhnya berasal dari PT Timah Tbk. “Mereka berkomitmen menyediakan timah sebesar 10 ribu ton pada tahun ini.Tapi jumlahnya bisa naik atau turun tergantung kondisi pasar,” kata dia di Jakarta kemarin.
Dia berharap melalui INATIN, Indonesia sebagai eksportir timah terbesar di dunia dapat menciptakan harga yang wajar dan transparan, serta dapat menjadi acuan harga bagi perdagangan timah dunia. Menurutnya, spesifikasi kontrak INATIN adalah lima metrik ton untuk setiap ton dengan fluktuasi harga minimum USD5. Kualitas timah yang diperdagangkan memiliki kadar timah minimum 99,90 persen (Sn 99,90 persen).
Penyelesaian kontrak diselesaikan dengan penyerahan fisik melalui delivery points di Pangkal Balam dan Mentok yang terletak di lokasi penghasil timah, Pulau Bangka Propinsi Bangka Belitung. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan, pelaku pasar Indonesia masih bergantung pada acuan harga timah di Kuala Lumpur Tin Market (KLTM) dan London Metal Exchange (LME). Padahal Indonesia adalah produsen timah ke empat terbesar di dunia setelah China, Amerika Serikat dan Peru.
Dia mengatakan, sebagai eksportir timah terbesar di dunia,sudah sewajarnya Indonesia dijadikan acuan harga dunia. Dengan hadirnya perdagangan kontrak fisik timah ini, maka harga timah diharapkan dapat terbentuk secara wajar dan menguntungkan semua pihak.
Baik produsen timah, perdagangan timah, pedagang timah maupun industri timah.
Menurut dia, perdagangan kontrak fisik timah di BKDI juga akan mendorong terciptanya pasar yang efisien, efektif, dan transparan.Di samping itu, para pelaku timah Indonesia juga mempunyai wadah yang dapat mengurangi faktor risiko bertransaksi. Baik dari sisi harga jual dan beli yang adil, jaminan kualitas komoditas, maupun jaminan pasokan.
Sementara, Kepala Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Syahrul R Sampurnajaya mengatakan, INATIN akan dijadikan model percontohan bagi sistem perdagangan komoditi unggulan Indonesia lainnya. “Perdagangan perdana kontrak INATIN diikuti oleh anggota bursa dari luar negeri seperti Jepang,Korea, Singapura, dan India,” paparnya.
()