Jabar berpeluang kembangkan ekspor kopi
A
A
A
Sindonews.com - Petani kopi di Jawa Barat memiliki peluang untuk mengembangkan ekspor ke sejumlah negara di kawasan Afrika dan Eropa tanpa melalui jalur Medan.
Ketua DPD Jabar Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Definitif Didiet Arry Suparno mengatakan, produksi kopi arabika yang dihasilkan petani Jawa Barat memiliki kualitas cukup baik. Selain itu, produksi kopi tersebut menjadi incaran banyak pihak terutama di kawasan Afrika dan Eropa.
Strategi pemasaran dengan cara ekspor kopi itu, kata dia, dapat dilakukan dengan cara menggunakan sertivikasi sendiri. Sehingga, petani kopi bisa mengembangkan market ekspor tanpa melalui Medan.
“Saat ini ekpor kopi dari Jabar masih menggunakan jalur Medan. Ini karena, kopi Jabar belum punya sertifikasi sendiri. Padahal, kopi arabika dari Jabar cukup diminati pangsa pasar Afrika dan Eropa,” jelas Didiet Arry Suparno di Bandung, Rabu 1 Februari 2012.
Menurut dia, kopi arabika lebih diminati ketimbang kopi robusta. Kopi tersebut memiliki kadar cafein lebih rendah dari kopi robusta. Selain itu, aroma kopi arabika lebih harum. Harga jual ekspornya pun tinggi yaitu Rp65.000/kg.
Didiet mengaku, sekitar 30- 40 persen ekspor kopi dari Medan atau sekitar 200 ton-nya, merupakan kopi asal Jabar. Upaya sertifikasi kopi, lanjut dia, penting dilakukan untuk menaikkan citra kopi asli Jawa Barat. Sertifikasi tersebut berpotensi meningkatkan daya saing harga kopi Jabar di mata internasional.
Dia menyebutkan, upaya Pemprov Jabar dalam melalukan sertifikasi kopi perlu mendapat dukungan dari semua pihak. Termasuk dalam upaya meningkat produksi kopi di Jabar.
Karena, market kopi nasional dan internasional masih cukup besar. Pasar domestik, saja misalnya, kebutuhannya besar. Misalnya memasok kopi ke hotel dan restoran termasuk kafe-kafe di Jabar. Setidaknya kebutuhan kopi bisa mencapai 20 kilogram per hari.
Sayangnya, kata dia, produksi kopi Jabar belum digarap secara optimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, produksi kopi baru mencapai 886 kg/ha per tahun. Sementara target nasional yaitu 1.330 kg/ha per tahun.
Untuk memenuhi target produksi kopi nasional, Jabar harus menaikkan produksi kopi sebesar 10 persen per tahun. Target tersebut bisa tercapai mengingat potensi luas lahan di Jabar untuk mengembangkan komoditi kopi mencapai 29.548 hektar.
Walaupun, sementara ini baru 16.411 hektar lahan yang tereksplorasi yakni di Kabupaten Bandung 8.941 hektar dengan produksi 4.273 ton per musim panen. Kabupaten Bandung Barat 1.464 hektar dengan kapasitas produksi sekitar 1.592 ton per musim panen.
Daerah penghasil kopi lainnya yaitu Kabupaten Garut seluas 3.436 hektar dengan berkapasitas produksi 1.088 ton per musim panen. Serta Kabupaten Sumedang seluas 2.570 hektare dengan produksi sebanyak 623 ton per musim panen. (bro)
()