Jakarta-Surabaya hanya butuh 2 jam

Minggu, 05 Februari 2012 - 21:00 WIB
Jakarta-Surabaya hanya butuh 2 jam
Jakarta-Surabaya hanya butuh 2 jam
A A A


Sindonews.com – Jakarta-Surabaya saat ini bisa ditempuh dalam waktu 10 jam perjalanan kereta api. Waktu tempuh ini sebenarnya bisa dipersingkat hingga menjadi dua jam, hanya selisih satu jam lebih lama dari perjalanan melalui udara.

Sarananya adalah kereta supercepat yang sedang digagas Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Kereta supercepat ala Shinkansen di Jepang ini bakal diberi nama Argo Cahaya. Meski belum dibahas secara serius dengan melibatkan kementerian lain dan Presiden, Kemenhub sebelumnya telah melakukan studi awal tentang proyek seharga Rp150 triliun hingga Rp180 triliun ini.

Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan, studi awal tentang kereta supercepat tersebut telah dilakukan pada 2008 hingga 2009, dengan melibatkan Jepang. Namun untuk studi kelayakan belum dilakukan karena harus melalui pembahasan lebih mendalam.

“Mungkin nanti setelah proyek double track (jalur ganda) Jakarta-Surabaya selesai dibangun pada 2014, baru akan diprioritaskan Argo Cahaya,” kata Bambang di Jakarta akhir pekan lalu.

Menurut Bambang, proyek pembangunan kereta supercepat telah banyak digagas untuk dibangun negara-negara Asia lain. Sebab kereta ini mampu mengangkut lebih banyak penumpang dibandingkan pesawat udara, juga lebih hemat bahan bakar. Beban jalan pun menjadi berkurang sehingga ikut mengurangi potensi kerusakannya. Bambang memprediksikan, pembangunan proyek kereta cepat Argo Cahaya untuk tujuan Jakarta-Surabaya akan memakan waktu 10 tahun.

Tahap pembangunannya sendiri terbagi dalam tiga periode yaitu pembuatan grand design selama tiga tahun, pengerjaan konstruksi selama 5-6 tahun dan sisanya yaitu tahap uji coba.

“Untuk konstruksinya diperkirakan mencapai USD14,3 miliar, namun jika termasuk biaya pembebasan lahan mencapai USD20 miliar atau Rp261 miliar per kilometer, Masing-masing negara biaya pembangunannya berbeda, di China Rp223 miliar per kilometer dan Taipe Rp331 miliar per kilometer,” jelasnya.

Meskipun belum mau menyebutkan secara gamblang, namun Bambang menyatakan telah ada investor dari China dan Jepang yang berminat untuk berinvestasi dalam proyek pembangunan kereta cepat ini. Nantinya proyek ini direncanakan akan menggunakan skema private public partnership atau kerjasama pemerintah swasta. Jadi pemerintah turut andil dalam pembiayaannya.

“Dipilihnya rute Jakarta-Surabaya karena kedua kota tersebut menghubungkan dua pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia, seperti Tokyo-Osaka di Jepang, China menghubungkan Beijing-Shanghai, di Amerika Serikat menghubungkan Boston-Washington,” ungkap Bambang.

Rencana pembangunan kereta supercepat ini pun mendapat tanggapan dari PT Industri Kereta Api (Inka). Bagi BUMN pabrik sepur ini, wacana ini sudah lama. PT Inka bahkan pernah menawarkan diri membuat kereta ini kepada pemerintah sejak lima tahun lalu. Kendati ada perbedaan dalam bentuk dengan kereta peluru Shinkansen, kecepatan kereta rancangan PT Inka dijamin sama.

“Waktu itu kami menawarkan kereta peluru yang mampu menempuh jarak Surabaya-Jakarta dalam waktu dua jam saja,” tutur Rasjid.

Menurut Rasjid, saat ini Inka sudah sangat siap untuk turut serta melahirkan kereta peluru di Indonesia. Rasjid menyatakan para insinyurnya sudah memiliki kapabilitas yang cukup untuk membuat kereta peluru.

“Kami sudah siap dan investor sudah ada. Sekarang pemerintah bagaimana? Mau membuat atau tidak? Kalau ya kapan?” kata Rasjid.

Direktur Komersial PT Kerata Api Indonesia (Persero) Sulistio Wimbo Hardjito mengaku siap bila ditunjuk sebagai operator kereta Argo Cahaya. Dia juga menyambut baik jika pemerintah benar-benar serius membangun megaproyek senilai ratusan triliun ini. Pasalnya, negara-negara lain di wilayah Asia Tenggara juga telah membangun proyek serupa.

“Namun kuncinya ada di feasibility study (studi kelayakan) dan itu dilakukan pemerintah. PT KAI dalam hal ini hanya bertindak sebagai pengelola dan kami siap jika ditunjuk, kalaupun dilakukan tender, perseroan juga pasti akan turut mengajukan sebagai perserta,” kata Wimbo melalui sambungan telepon.

Benahi Infrastruktur
Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyambut baik rencana pemerintah tersebut. Ketua MTI Danang Parikesit menyatakan, rencana tersebut merupakan suatu terobosan untuk menjawab tantangan transportasi massal di Indonesia. Namun ada syarat yang harus dipenuhi yaitu pembenahan infrastruktur.

“Benahi dulu infrastruktur yang ada. Agar dapat membuat terobosan yang lebih baik,” kata Danang, Sabtu 4 Februari 2012.

Dia melanjutkan, kereta api dengan konsep speed rel itu telah lama direncanakan di Indonesia. Hanya hal itu belum dapat terwujud sampai saat ini lantaran sulitnya melakukan pembebasan lahan untuk mengembangkan infrastruktur. Masalah rel dan bantalan tua, perlintasan segaris, membutuhkan perhatian lebih ketat.

Sebelum rencana ini direalisasikan, pemerintah harus melakukan pembenahan terhadap bagaimana pengelolaan gerbong, lokomotif, permodalan, kapasitas pasar, dan jaminan keselamatan terhadap penumpang.

Direktur Institut Transportasi (Instran) Darmanintyas menambahkan, pembenahan infrastruktur di bidang kereta api terutama di sektor sinyal dan kedisiplinan kerja dan pelayanan. Kereta cepat membutuhkan kedisiplinan kerja agar dapat datang tepat waktu di stasiun tujuan.

Dengan adanya jaminan ketepatan waktu kedatangan, maka masyarakat akan lebih memercayakan media transportasinya untuk keluar kota dengan kereta api. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6598 seconds (0.1#10.140)