Bangun rel kereta api di Kaltim, Rusia investasi Rp24 T
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kalimantan Timur (Kaltim) dan JSC Russian Railways hari ini menandatangani nota kesepahaman pembangunan jaringan rel kereta api sepanjang 240 kilometer di provinsi itu.
JSC menanamkan modal sebesar Rp24 triliun untuk memulai rencana pembangunan sarana transportasi pada tahun 2014 dan baru bisa mulai digunakan pada 2017 mendatang.
Tahap pertama rel yang membentang dari Kota Balikpapan hingga ke Kabupaten Kutai Barat ini akan digunakan untuk mengangkut batu bara.
"Dengan jaringan rel kereta api ini, maka pengangkutan batu bara yang selama ini menggunakan jalur sungai bisa lebih cepat dengan kapasitas angkut lebih banyak," ungkap Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak usai penandatanganan nota kesepahaman seperti dikutip dalam BBC Selasa (7/2/2012)
Ia menambahkan bahwa pembangunn jalur ini bisa mendongkrak pendapatan daerah Kaltim dalam beberapa tahun mendatang dari sektor pertambangan.
Walaupun hanya direncanakan untuk mengangkut barang tambang, namun tidak menutup kemungkinan bahwa dimasa datang rel ini akan digunakan untuk mengangkut produk CPO, hasil perkebunan dan pertanian serta menjadi angkutan manusia. Namun hal tersebut bergantung pada kebijakan pemerintah pusat.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kereta Api, Tunjung Indrawan mengatakan bahwa untuk sementara waktu jika digunakan untuk mengangkut manusia masih belum menguntungkan.
"Dimanapun di dunia kalau kereta api hanya menggantungkan pada pengangkutan manusia tidak akan untung. Saya pikir untuk angkutan manusia menjadi CSR perusahaan dulu lah," kata Tunjung.
Sementara itu alasan mengapa perusahaan jasa konstruksi Rusia yang dipilih untuk membangun jalur kereta ini, Sekretaris Daerah Pemprov Kaltim Irianto Lambrie mengatakan bahwa sejauh ini hanya Rusia yang terang-terangan menyatakan minatnya. "Rusia yang jelas-jelas menyatakan minatnya. Negara lain seperti Jerman dan Jepang kelihatannya tidak tertarik," kata Lambrie.
Rusia menganggap investasinya ini memiliki prospek cerah di masa depan karena Indonesia berpeluang mengembangkan jaringan kereta apinya. Selain itu, Direktur Kalimantan Rail, Andrey Shigaevn menyatakan bahwa Rusia memiliki pengalaman puluhan tahun mengembangkan infrastruktur perkeretaapian. "Kami memiliki berbagai tipe tanah di Rusia, sehingga kami juga memiliki teknologi yang bisa disesuaikan dengan kondisi tanah di Kalimantan," kata Shigaev.
Tidak hanya unggul dalam pengalaman, Shigaev menjamin teknologi kereta api Rusia tak kalah dengan negara-negara lain. "Ini seperti Kalashnikov tetapi di atas rel. Teknologinya bisa diandalkan, murah dan mudah dalam pemeliharaannya," tambah Shigaev.
Kalashnikov yang dimaksud Shigaev adalah senapan mesin otomatis buatan Rusia yang populer di dunia. JSC Russian Railways adalah salah satu perusahaan kereta api terbesar di dunia dengan jaringan rel sepanjang 85.100km, 20 ribu lebih lokomotif dan satu juta gerbong. Selain itu, perusahaan ini menguasai 85 persen jaringan perkeretapian di Rusia yang mengangkut 950 juta penumpang dan 1,2 miliar ton barang dalam setahun yang melewati 11 zona waktu.
JSC menanamkan modal sebesar Rp24 triliun untuk memulai rencana pembangunan sarana transportasi pada tahun 2014 dan baru bisa mulai digunakan pada 2017 mendatang.
Tahap pertama rel yang membentang dari Kota Balikpapan hingga ke Kabupaten Kutai Barat ini akan digunakan untuk mengangkut batu bara.
"Dengan jaringan rel kereta api ini, maka pengangkutan batu bara yang selama ini menggunakan jalur sungai bisa lebih cepat dengan kapasitas angkut lebih banyak," ungkap Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak usai penandatanganan nota kesepahaman seperti dikutip dalam BBC Selasa (7/2/2012)
Ia menambahkan bahwa pembangunn jalur ini bisa mendongkrak pendapatan daerah Kaltim dalam beberapa tahun mendatang dari sektor pertambangan.
Walaupun hanya direncanakan untuk mengangkut barang tambang, namun tidak menutup kemungkinan bahwa dimasa datang rel ini akan digunakan untuk mengangkut produk CPO, hasil perkebunan dan pertanian serta menjadi angkutan manusia. Namun hal tersebut bergantung pada kebijakan pemerintah pusat.
Sementara itu, Direktur Jenderal Kereta Api, Tunjung Indrawan mengatakan bahwa untuk sementara waktu jika digunakan untuk mengangkut manusia masih belum menguntungkan.
"Dimanapun di dunia kalau kereta api hanya menggantungkan pada pengangkutan manusia tidak akan untung. Saya pikir untuk angkutan manusia menjadi CSR perusahaan dulu lah," kata Tunjung.
Sementara itu alasan mengapa perusahaan jasa konstruksi Rusia yang dipilih untuk membangun jalur kereta ini, Sekretaris Daerah Pemprov Kaltim Irianto Lambrie mengatakan bahwa sejauh ini hanya Rusia yang terang-terangan menyatakan minatnya. "Rusia yang jelas-jelas menyatakan minatnya. Negara lain seperti Jerman dan Jepang kelihatannya tidak tertarik," kata Lambrie.
Rusia menganggap investasinya ini memiliki prospek cerah di masa depan karena Indonesia berpeluang mengembangkan jaringan kereta apinya. Selain itu, Direktur Kalimantan Rail, Andrey Shigaevn menyatakan bahwa Rusia memiliki pengalaman puluhan tahun mengembangkan infrastruktur perkeretaapian. "Kami memiliki berbagai tipe tanah di Rusia, sehingga kami juga memiliki teknologi yang bisa disesuaikan dengan kondisi tanah di Kalimantan," kata Shigaev.
Tidak hanya unggul dalam pengalaman, Shigaev menjamin teknologi kereta api Rusia tak kalah dengan negara-negara lain. "Ini seperti Kalashnikov tetapi di atas rel. Teknologinya bisa diandalkan, murah dan mudah dalam pemeliharaannya," tambah Shigaev.
Kalashnikov yang dimaksud Shigaev adalah senapan mesin otomatis buatan Rusia yang populer di dunia. JSC Russian Railways adalah salah satu perusahaan kereta api terbesar di dunia dengan jaringan rel sepanjang 85.100km, 20 ribu lebih lokomotif dan satu juta gerbong. Selain itu, perusahaan ini menguasai 85 persen jaringan perkeretapian di Rusia yang mengangkut 950 juta penumpang dan 1,2 miliar ton barang dalam setahun yang melewati 11 zona waktu.
()