Gapki bantah produk CPO RI tak ramah lingkungan
A
A
A
Sindonews.com - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut membantah tudingan Amerika Serikat kalau produk hilir Crude Palm Oil (CPO) Indonesia tidak ramah lingkungan.
“Dilihat dari sisi mana, sehingga dikatakan tidak ramah lingkungan. Oleh karenanya tudingan Amerika Serikat tentang produk hilir CPO dari Indonesia dianggap mencemarkan lingkungan perlu diperdebatkan kembali,” ujar Bendahara Gapki Sumut, Laksamana Adyaksa.
Dia juga menambahkan terbukti berdasarkan buku karya Al Gore, mantan wakil presiden Amerika Serikat berjudul An Inconvenient Truth, penghasil zat karbon terbesar adalah Amerika dengan porsi sebesar 30,3 persen, diikuti Eropa sebesar 27,2 persen. Sementara Asia Tenggara hanya 12,2 persen termasuk Indonesia.
Menurut Laksamana, hak setiap negara untuk membuat larangan berupa aturan boleh atau tidaknya setiap produk yang masuk. Karena itu dia berharap agar keputusan pelarangan masuknya produk hilir CPO asal Indonesia dikaji kembali. “Pemerintah harus melobi demi meningkatkan hubungan dagang,” tuturnya.
Sementara itu Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara (Disperindag Sumut), Fitra Kurnia mengungkapkan khusus untuk pangsa pasar Amerika produk hilir CPO, diantaranya stearing, shortening, dan lainnya dilarang masuk ke negara tersebut.
“Saat ini masih kita ekspor ke negara tersebut, karena masih ada kontrak. Pada Maret 2012 nanti tidak lagi,” tuturnya.
Bila pelarangan masuknya barang ekspor asal Indonesia khususnya Sumut ke Amerika benar terjadi, imbuhnya, pasti akan berpengaruh kepada nilai ekspor CPO Sumut. Pasalnya, produk hilir CPO termasuk komoditas yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dibanding produk setengah jadi.
Untuk itu, pelaku ekspor akan diarahkan untuk mulai mencari pasar alternatif yang potensial, seperti Kanada, Eropa Tengah hingga Eropa Timur. (ank)
“Dilihat dari sisi mana, sehingga dikatakan tidak ramah lingkungan. Oleh karenanya tudingan Amerika Serikat tentang produk hilir CPO dari Indonesia dianggap mencemarkan lingkungan perlu diperdebatkan kembali,” ujar Bendahara Gapki Sumut, Laksamana Adyaksa.
Dia juga menambahkan terbukti berdasarkan buku karya Al Gore, mantan wakil presiden Amerika Serikat berjudul An Inconvenient Truth, penghasil zat karbon terbesar adalah Amerika dengan porsi sebesar 30,3 persen, diikuti Eropa sebesar 27,2 persen. Sementara Asia Tenggara hanya 12,2 persen termasuk Indonesia.
Menurut Laksamana, hak setiap negara untuk membuat larangan berupa aturan boleh atau tidaknya setiap produk yang masuk. Karena itu dia berharap agar keputusan pelarangan masuknya produk hilir CPO asal Indonesia dikaji kembali. “Pemerintah harus melobi demi meningkatkan hubungan dagang,” tuturnya.
Sementara itu Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara (Disperindag Sumut), Fitra Kurnia mengungkapkan khusus untuk pangsa pasar Amerika produk hilir CPO, diantaranya stearing, shortening, dan lainnya dilarang masuk ke negara tersebut.
“Saat ini masih kita ekspor ke negara tersebut, karena masih ada kontrak. Pada Maret 2012 nanti tidak lagi,” tuturnya.
Bila pelarangan masuknya barang ekspor asal Indonesia khususnya Sumut ke Amerika benar terjadi, imbuhnya, pasti akan berpengaruh kepada nilai ekspor CPO Sumut. Pasalnya, produk hilir CPO termasuk komoditas yang memiliki nilai tambah lebih tinggi dibanding produk setengah jadi.
Untuk itu, pelaku ekspor akan diarahkan untuk mulai mencari pasar alternatif yang potensial, seperti Kanada, Eropa Tengah hingga Eropa Timur. (ank)
()