Masyarakat mulai rajin berinvestasi

Kamis, 09 Februari 2012 - 12:54 WIB
Masyarakat mulai rajin berinvestasi
Masyarakat mulai rajin berinvestasi
A A A


Sindonews.com – Masyarakat Indonesia mulai memperlihatkan keinginan kuat untuk berinvestasi. Sejak tahun 2011, tingkat investasi terus mengalami kenaikan, baik investasi langsung ke sektor riil maupun permodalan.

Hal itu diungkap Head of Wealth Management Steven Suryana dalam acara Economic Outlook 2012 di Aryaduta Hotel Medan, Rabu 8 Februari 2012. “Kemudian ini, diikuti oleh kenaikan peringkat kredit oleh lembaga pemeringkat Fitch dan Moody’s,” ujarnya.

Steven Suryana mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini dipandang sebagai negara favorit investasi. Faktor penunjang investasi ini, antara lain disahkannya Undang-Undang Pembebasan Tanah atau land bill dan perbaikan rasio utang negara terhadap total ekonomi atau debt tp GDP ratio.

Survei dari Wealth Management menunjukkan bahwa tingkat nasabah yang berinvestasi di Indonesia sekitar 33 persen dari total nasabah. Tren berinvestasi ini, imbuh Suryana, diperkirakan semakin menarik nasabah lebih banyak lagi pada 2012.

Sementara itu, Senior Vice President Branch Manager HSBC Region Medan Martalina Pola mengungkapkan sejak berdiri pada 1994, HSBC sudah melayani nasabah koperasi, retail atau consumer banking, dan penerbitan kartu kredit.

Melihat perkembangan selama ini, lanjutnya, animo masyarakat berinvestasi sudah bagus. Melalui 20 macam produk reksadana yang ditawarkan HSBC, sekitar 50 persen nasabahnya sudah berinvestasi.

“Animo masyarakat terhadap investasi kini cukup besar. Di HSBC, rata-rata pertumbuhan investasi sekitar 20 persen per tahun. Dan dari jumlah nasabah di atas 10.000, sekitar 40 persen hingga 50 persen merupakan nasabah yang berinvestasi,” katanya.

Dari sisi tren investasi ritel, Indonesia juga menunjukkan terus tumbuhnya kelas menengah (middle class) yang merupakan pendorong utama perekonomian. Menurut studi HSBC dalam HSBC Affluent Tracker, terungkap bahwa middle class di Indonesia semakin muda dan semakin sadar mengenai pentingnya berinvestasi.

“Di antara delapan negara Asia yang disurvei, affluent segmet di Indonesia rata-rata berusia 38 tahun dan merupakan yang kedua termuda setelah China,” tandasnya.

Di sisi lain, Peneliti Ekonomi Madya Senior Bank Indonesia Medan Mikael Budisatrio mengungkapkan, kredit investasi perkreditan perbankan memperlihatkan kenaikan yang cukup besar.

Pertumbuhan kredit investasi pada 2011 sebesar 25,73 persen senilai Rp22,51 triliun dibanding pada 2010 yang hanya Rp17,90 triliun. Begitu juga dengan kredit investasi di Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yang tumbuh 23,29 persen sebesar Rp0,09 triliun dari Rp0,07 triliun pada 2010. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3649 seconds (0.1#10.140)