Jepang Minati Asuransi RI

Jum'at, 17 Februari 2012 - 10:33 WIB
Jepang Minati Asuransi RI
Jepang Minati Asuransi RI
A A A


Sindonews.com – Perusahaan asuransi Jepang tertarik untuk melakukan joint venture di Indonesia karena prospek industri asuransi dalam negeri dinilai cukup menjanjikan. Kondisi ini terlihat pada pertumbuhan premi asuransi jiwa selama 5 tahun terakhir mencapai 25–30 persen.

“Perusahaan asuransi di Jepang sudah pada titik jenuh karena 50 tahun ke depan populasi penduduk Jepang hanya berjumlah sekitar 50 persen dari jumlah penduduk saat ini, jadi mereka mencari market baru,” ujar Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim seusai acara media gathering di Jakarta, Kamis 16 Februari 2012.

Dia memperkirakan, tahun ini jumlah perusahaan asuransi akan bertambah karena joint venture tersebut. Perusahaan-perusahaan asing langsung melihat kondisi pasar dan menjalin komunikasi dengan perusahaan asuransi.

Namun, dia enggan menjelaskan perusahaan mana yang tertarik untuk melakukan joint venture. ”Yang saya tahu saat ini ada tiga perusahaan yang aktif melihat dan menjalin kontak dengan perusahaan asuransi dalam negeri,” paparnya.

Pada kesempatan sama, Presiden Direktur AXA Mandiri Albertus Wiroyo menyambut positif perkembangan tersebut. Menurutnya, bertambahnya jumlah perusahaan asuransi asing yang masuk ke Indonesia justru akan mendorong iklim kompetisi di dunia asuransi Indonesia.

“Sehingga perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia akan terus terdorong untuk meningkatkan kualitasnya,” paparnya.

Corporate Marketing and Communications Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyo menambahkan, industri asuransi di Indonesia seharusnya bisa lebih berkembang lagi. Menurutnya, saat ini yang perlu dilakukan adalah menyosialisasikan pemahaman asuransi yang benar pada masyarakat.

“Jika dilihat saat ini, memang pertumbuhan premi sebesar 25–30 persen, namun penetration level saat ini masih di bawah 4 persen. Dibandingkan jumlah penduduk Indonesia dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di atas 6 persen pertumbuhan asuransi masih belum memuaskan,” jelasnya.

Masih Butuh 600 Aktuaris

Sementara itu, Hendrisman mengungkapkan industri asuransi Indonesia masih membutuhkan 600 orang aktuaris. Saat ini, aktuaris baru mencapai 110 orang. Padahal, menurut undang-undang, satu perusahaan asuransi harus ada satu aktuaris.

Dia mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan aktuaris, AAJI bekerja sama dengan lima perguruan tinggi di Indonesia yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), dan Universitas Indonesia (UI). “Bentuk kerja sama dengan kelima perguruan tinggi tersebut adalah dengan penyediaan beasiswa,” paparnya.

Hendrisman mengungkapkan, periode pertama program tersebut, beasiswa diperuntukkan bagi lima orang mahasiswa tiap perguruan tinggi, masing-masing senilai Rp10 juta/tahun. Sedangkan, pada periode kedua beasiswa disediakan untuk 10 mahasiswa tiap perguruan tinggi dengan jumlah nominal yang sama yaitu Rp10 juta/tahun.

Aktuaris adalah seorang yang ahli dalam mengaplikasikan ilmu keuangan dan teori statistik untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bisnis aktual. Persoalan ini umumnya menyangkut analisis kejadian masa depan yang berdampak pada segi finansial, khususnya yang berhubungan dengan besar pembayaran pada masa depan dan kapan pembayaran dilakukan pada waktu yang tidak pasti. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7109 seconds (0.1#10.140)