ITS gelar seminar hemat energi bersama Jepang

Rabu, 22 Februari 2012 - 20:00 WIB
ITS gelar seminar hemat energi bersama Jepang
ITS gelar seminar hemat energi bersama Jepang
A A A


Sindonews.com - Kebutuhan energi tentunya menjadi perhatian yang sangat vital. Saat ini banyak negara di dunia yang mulai khawatir akan krisis energi. Agar hal itu tidak terjadi maka yang harus dilakukan adalah penghematan energi dan mencari sumber-sumber energi terbaru.

Atas dasar itulah, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) menggelar seminar dalam usaha penghematan energi. Negera Jepang sendiri merupakan dapat menjadi prototipe dan contoh bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia soal energi.

“Saat itu pemerintah Jepang memberlakukan Undang-Undang konservasi energi pada 1997, dimana penggunaan energi ada aturannya, terutama energi primer,” kata President of Veglia Laboratories, Jepang, Kenzo Tsutsumi di gedung Rektorat ITS, Rabu (22/2/2012).

Kenzo mengatakan hingga awal 1970 negara Jepang sepenuhnya masih bergantung pada minyal bumi. Hingga akhirnya terjadi krisis energi dan kemudian beralih menggunakan gas alam dan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir). Namun karena terjadi tsunami tahun lalu yang menyebabkan beberapa PLTN di Jepang tidak berfungsi, pemerintah Jepang akhirnya melirik energi terbarukan, yaitu energi surya, angin, bio massa, hidro dan geothermal.

“Saat ini, ada beberapa perusahaan listrik yang diwajibkan membeli energi terbarukan pada waktu-waktu tertentu. Sekarang baru 2,5 persen penggunaannya,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Kepala Pusat Energi ITS Prabowo menuturkan, sekitar 50 persen konsumsi energi nasional berasal dari minyak bumi. Jumlah tersebut, menunjukkan Indonesia masih sangat bergantung pada energi tak terbarukan itu.

Contoh nyata, terlihat pada semakin bertambahnya kepemilikan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi massal yang andal dan baik. Meningkatnya jumlah kendaraan yang melintas di jalan raya, selain memberikan dampak kemacetan yang berujung kepada pemborosan waktu kerja efektif juga memberikan dampak luar biasa terhadap cadangan energi berupa bahan bakar solar dan premium di pasaran.

“Kalau di Jepang, lebih mengutamakan menggunakan transportasi massal dibanding kendaraan pribadi. Mobil hanya digunakan di hari-hari libur,” tuturnya. (bro)
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5332 seconds (0.1#10.140)