China harus beradaptasi dengan tren global

Sindonews.com – Perkembangan ekonomi China dinilai telah memasuki masa jenuh dan diperkirakan menghadapi pertumbuhan lebih rendah dari level saat ini pada dua dekade mendatang.

Dalam studi terbaru yang dirilis Bank Dunia dan Lembaga Riset Pemerintah China kemarin disebutkan bahwa raksasa Asia tersebut harus cepat tanggap untuk mencegah terjadinya perlambatan ekonomi.

Di antara faktor yang mendapat perhatian adalah sektor badan usaha milik negara (BUMN) di mana disarankan untuk tidak lagi monopolistis terhadap sektor tertentu.

”Reformasi adalah cara yang harus dipaksakan karena China telah menunjukkan bagaimana mereka mendapatkan titik balik dalam pembangunannya,” kata Presiden Bank Dunia Robert Zoellick seperti dikutip AFP kemarin.

Pernyataan Zoellick merujuk pada melambatnya kinerja ekonomi China pada 2011 yang hanya sembilan persen, setelah lebih dari 30 tahun sebelumnya selalu mencatatkan pertumbuhan di atas 10 persen.

Jika perlambatan tersebut berlanjut, akan menyebabkan ekspor dan perekonomian Negeri Panda tidak lagi berkelanjutan. “Saatnya bagi China untuk beradaptasi dengan perubahan besar di dunia dan ekonomi nasional,” katanya.

Laporan tersebut didukung oleh Wakil Presiden Xi Jinping dan Wakil Perdana Menteri Li Keqiang, yang diperkirakan menggantikan Presiden Hu Jintao dan PM Wen Jiabao selama transisi besar kekuasaan yang dimulai pada akhir tahun ini.

Tetapi, ujar Zoellick, laporan yang disusun oleh Bank Dunia dan Pusat Riset yang dinaungi Kabinet China itu,kemungkinan akan menghadapi perlawanan dari orang-orang dengan kepentingan dalam model ekonomi yang berlaku saat ini.

Wakil Presiden Pusat Pengembangan Riset Liu Shijin mengatakan, reformasi ekonomi diperlukan jika negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia itu mengalami perlambatan pertumbuhan di level 5–6 persen pada 20 tahun ke depan.