Bahan makanan turun, Aceh deflasi 0,31%
A
A
A
Sindonews.com - Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mengalami deflasi sebesar 0,31 persen selama Februari 2012. Deflasi ini secara umum disebabkan adanya penurunan harga pada kelompok bahan makanan.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Syeh Suhaimi menyebutkan, deflasi pada Februari lalu secara umum disebabkan terjadinya penurunan pada kelompok bahan makanan sebesar 1,68 persen. Dia juga menerangkan bahwa deflasi Aceh diperoleh berdasarkan agregat tingkat inflasi di kota Banda Aceh dan kota Lhokseumawe pada bulan lalu.
"Kota Banda Aceh terjadi deflasi 0,28 persen, begitu juga Lhokseumawe terjadi deflasi yaitu 0,35 persen. Secara agregat untuk Provinsi Aceh terjadi deflasi 0,31 persen," katanya dalam konferensi pers di Banda Aceh, Kamis (1/3/2012).
Secara agregat, Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Aceh mengalami penurunan dari 130,56 pada Januari 2012 menjadi 130,15 pada Februari.
Laju inflasi Provinsi Aceh sepanjang 2012 tercatat 0,18 persen, sedangkan secara year on year (Februari 2011-Februari 2012) Aceh inflasi sebesar 1,55 persen.
Dia menambahkan bahwa enam kelompok komoditas mengalami inflasi dan satu kelompok yaitu kelompok kesehatan tercatat stabil. Komoditas cabai merah tercatat memberi andil tertinggi terhadap deflasi Banda Aceh pada bulan lalu yaitu sebesar minus 0,25 persen, disusul bahan bakar rumah tangga minus 0,15 persen, bandeng minus 0,07 persen dan lainnya.
Dari 66 kota di Indonesia dipantau IHK, tercatat 40 kota mengalami inflasi dan 26 kota deflasi pada Februari 2012. Inflasi tertinggi terjadi di kota Mataram sebesar 1,73 persen, terendah di kota Tanggerang sebesar 0,03 persen.
Deflasi tertinggi terjadi di kota Jambi yaitu sebesar 0,29 persen dan terendah di kota Palu sebesar 0,04 persen.
Sementara di Sumatera, dari 16 kota dihitung IHK pada bulan lalu semua kota mengalami deflasi. Tertinggi di Jambi dan deflasi terendah di Bandar Lampung sebesar 0,11 persen. (ank)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh Syeh Suhaimi menyebutkan, deflasi pada Februari lalu secara umum disebabkan terjadinya penurunan pada kelompok bahan makanan sebesar 1,68 persen. Dia juga menerangkan bahwa deflasi Aceh diperoleh berdasarkan agregat tingkat inflasi di kota Banda Aceh dan kota Lhokseumawe pada bulan lalu.
"Kota Banda Aceh terjadi deflasi 0,28 persen, begitu juga Lhokseumawe terjadi deflasi yaitu 0,35 persen. Secara agregat untuk Provinsi Aceh terjadi deflasi 0,31 persen," katanya dalam konferensi pers di Banda Aceh, Kamis (1/3/2012).
Secara agregat, Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Aceh mengalami penurunan dari 130,56 pada Januari 2012 menjadi 130,15 pada Februari.
Laju inflasi Provinsi Aceh sepanjang 2012 tercatat 0,18 persen, sedangkan secara year on year (Februari 2011-Februari 2012) Aceh inflasi sebesar 1,55 persen.
Dia menambahkan bahwa enam kelompok komoditas mengalami inflasi dan satu kelompok yaitu kelompok kesehatan tercatat stabil. Komoditas cabai merah tercatat memberi andil tertinggi terhadap deflasi Banda Aceh pada bulan lalu yaitu sebesar minus 0,25 persen, disusul bahan bakar rumah tangga minus 0,15 persen, bandeng minus 0,07 persen dan lainnya.
Dari 66 kota di Indonesia dipantau IHK, tercatat 40 kota mengalami inflasi dan 26 kota deflasi pada Februari 2012. Inflasi tertinggi terjadi di kota Mataram sebesar 1,73 persen, terendah di kota Tanggerang sebesar 0,03 persen.
Deflasi tertinggi terjadi di kota Jambi yaitu sebesar 0,29 persen dan terendah di kota Palu sebesar 0,04 persen.
Sementara di Sumatera, dari 16 kota dihitung IHK pada bulan lalu semua kota mengalami deflasi. Tertinggi di Jambi dan deflasi terendah di Bandar Lampung sebesar 0,11 persen. (ank)
()